4

5.3K 244 9
                                    

Cerita ini hanya fiksi belaka,
hanya karangan yang tercipta dari hayalan tinggi yang mengada-ngada. Harap bagi pembaca dapat mengerti dan memaklumi. Dan cerita ini hanya untuk manusia yang sudah seharusnya memiliki KTP.
...

Zefa terbangun dari tidurnya yang lelap, sudah sangat lama dia tidak bisa tidur nyenyak tanpa bantuan obat tidur dosis tingginya, dia tak ingat apa yang terjadi semalam tapi kamar yang seperti kapal pecah ini seakan menceritakan sesuatu.

Zefa mengernyitkan dahinya. Jika kemungkinan dia tidur dengan seseorang tidak mungkin orang itu akan meninggalkan nya begitu saja jika belum ia usir atau dia bayar.

Mengingat wanita kotor itu hanya menginginkan harta dan ketampanyanya, sebagai pangeran dari kerajaan bisnis-bisnis besar yang ayahnya bangun.

Zefa tidak ingin memusingkan hal ini, tapi fakta kalau dia benar tidur sama seseorang dan dia ditinggalkan sedikit mengoyahkan egonya, menjatuhkan harga diri seorang Zefa.

Jadi untuk mengetahui kebenaranya dia berjalan turun dari tempat tidurnya untuk mencari dompetnya, memeriksa masih adakah uang atau cek yang selalu ada di dalamnya. Namun dompetnya tersimpan rapih disaku celananya, tampak tidak disentuh siapapun.

"ah bodo ah" gumamnya tak ambil pusing.

Dia kembali duduk pada kasurnya dan mulai menjelajahi isi ponselnya. Membaca beberapa email dari rekan bisnisnya atau email dari bawahanya. Semuanya tentang bisnis tentunya. Dan menghapus beribu chat gak mutu dari wanita-wanita ganjen yang mengirimkan ucapan selamat pagi untuknya tanpa niat membaca bahkan membukanya.

Setelah rutinitas bangun tidurnya itu selesai dia pun beranjak berniat untuk membersihkan diri. Dia melangkah santai menuju toilet tapi...

gubrak...

Dia terjatuh tepat pada langkah ketiga.

Zefa mengumpat keras saat tubuhnya berhasil mencium lantai dengan sempurna.

Ada benda kecil yang bertanggung jawab atas insiden ini, sebuah benda kecil memanjang, berwarna merah.

Zefa segera meraihnya dan dahinya pun mengerut. "gue tidur sama seseorang?" gumamnya melihat lipstick merah digenggamannya.

Ini adalah yang pertama kalinya, Seorang Zefa ditinggal begitu saja oleh seseorang yang ia tiduri, tanpa ada sepatah kata pun.

Zefa kembali duduk di pinggir kasurnya, dan seketika itu pula pandanganya menangkap sebuah noda merah pada kasurnya.

Zefa menggeleng kencang. "Gue merampas keperawanan seseorang?"

Zefa termangu saat kejadian kemarin berlomba-lomba kembali keingatanya. Dari saat dia beradu argumen dengan seorang bocah didepan clubnya sampai dia dengan cerobohnya menodai bocah itu.

"Bocah itu" ucapnya setelah sadar apa yang telah ia perbuat pada seorang bocah polos yang tak berdosa. 

Zefa menundukan kepalanya dan memejamkan matanya saat rasa sakit menyerang pada kepalanya. Dadanya serasa sedikit sesak. Dan sosok wanita dan sorang anak laki-laki pun mulai terlihat oleh pandanganya. Dia ditarik kembali pada memory masa lalu.

#

Air mengucur dengan deras, menusuk kulit Jun secara berulang-ulang. Jun tak memperdulikan tubuhnya yang menggigil kedinginan, ia seakan tak merasakannya sama sekali.

Jun ingin menghukum dirinya sendiri. Dia kehilangan harta terbesarnya hari ini, untuk seseorang yang tidak tau siapa namanya dan bahkan dia hanya bisa mengingat samar-samar bagaimana rupa dari orang beruntung itu.

Jun termangu, pandangannya kosong  dan kepalanya terus dipenuhi kata kenapa. Ini adalah rencananya tapi itu bukan jalan yang ia rencanakan, dia bahkan sempat melupakan rencananya. Tapi kenapa ini bisa terjadi?

Jun mulai mengosok tubuhnya, berusaha menghilangkan noda yang seakan tak ingin lenyap. Dia berasa sangat kotor, kotor yang teramat sangat. Gosokan demi gosokan ia lakukan hingga permukaan kulitnya terasa perih.

Entah siapa yang berusaha ia bohongi. Tapi untuk pura-pura kuat saat ini. Dia tidak mampu. 

Jun pun mengerang keras. 

Claudy yang sedaritadi berdiri di depan pintu kamar mandi terkejut mendengar erangan keras Jun, Ia langsung masuk tanpa mengetuk, dan terpaku melihat tubuh sahabatnya itu yang  kemerahan, terduduk dibawah pancuran air shower yang dingin.

Tanpa berfikir panjang, Claudy mematikan air, lalu menyelimuti tubuh Jun dengan handuk. Sahabatnya itu benar-benar terlihat rapuh. Selama hidup Claudy baru kali ini ia melihat sahabatnya ini begitu memprihatinkan. 

"Aku baik-baik aja Clau" ucap Jun lirih.

"Iya Jun, kamu baik-baik aja"

Jun mengangguk. Ia memaksakan dirinya untuk tersenyum. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja, tidak akan ada yang berubah, hidupnya masih lah sama. Semoga bibit itu berhasil, dan dia akan melahirkan malaikat kecilnya sendiri, yang akan dia rawat dengan penuh kasih. Jika anak itu lahir, hidupnya akan berubah, dia akan merasakan kebahagiaan dan kesedihan yang mengganggunya hingga saat ini akan lenyap. Dia akan memiliki tujuan hidup.

"Aku ini Jun, Clau. Aku selalu baik-baik saja. Perbuatan ku sudah benar" ucap Jun meyakinkan dirinya sendiri.

Claudy hanya bisa mengiyakan tanpa membantah.

#

Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang