14

3.7K 165 6
                                    

Cerita ini hanya fiksi belaka, hanya karangan yang tercipta dari hayalan tinggi yang mengada-ngada. Harap bagi pembaca dapat mengerti dan memaklumi. Dan cerita ini hanya untuk manusia yang sudah seharusnya memiliki KTP

....

Jun dan Anjeli terpaksa harus kembali ke rutinitas mereka dan mengakhiri kehidupan nyaman mereka menjadi seorang anak yang dimanja, menjadi wanita karir yang mandiri.

Jun dan Anjeli baru saja sampai di basement apartemen mereka. Hawa menyeramkan mulai mengerayangi mereka, hingga bulu kuduk keduanya merinding. Basement pada malam hari terlihat beberapa kali lebih menyeramkan, ditambah lagi keadaan basement sangat sepi dan penerangannya remang-remang. Keduanya pun keluar dari mobil dan mulai mengangkat barang bawaan mereka dengan terburu-buru.

Anjeli dengan cepat berlari menuju lift saat pintu lift terbuka, dia memencet tombol tanda panah berlawanan, untuk menahan pintu agar tidak tertutup, menunggu Jun yang masih sibuk mengambil barang bawaanya yang emang lebih banyak dari pada bawaan Anjeli.

Merasa hawa jadi terasa lebih dingin, Jun mempercepat gerakanya. Tak peduli dengan kerapihan, Jun memasukan pernak pernik yang tercecer di dashboard mobil dengan sembarangan.

Satu tepukan menghentikan gerakan Jun, membuat tubuhnya membeku seketika.

Jun dengan perlahan memutar tubuhnya dan dia tak menemukan siapapun dibelakanya. Jun menutup matanya dan mulai berkomat-kamit memanjatkan doa untuk mengusir mahluk-mahluk goip.

Saat dia kembali membuka matanya, pupil matanya melebar dan degup jantungnya melompat tak teratur. "kyaaaaaa" teriaknya kencang.

"Hahahahaha" Dan suara tawa mengelegar pun terdengar.

Jun menahan diri untuk tidak mengumpat dan mengatakan sumpah serapah yang sadis dan pedas. Tapi dia tak bisa menahan dirinya untuk memukul orang iseng didepannya dengan seluruh tenaga yang ia punya, walau sepertinya orang itu tak merasa sakit sama sekali malah orang itu merasa geli yang teramat sangat, dibuktikan dengan tawanya yang malah bertambah menggelegar.

Bagas menjepit kepala Jun dengan ketiak kirinya lalu mengelus-elus kepala Jun dengan tangan satunya.

Jun meronta "Bagas, lepasinnn"

"Hahaha, dasar Jun penakut" Bagas pun melepaskan jepitanya lalu dengan cepat mengambil alih bawaan Jun dengan satu tangannya, dan tangan lainnya ia gunakan untuk menggengam tangan Jun, menariknya untuk masuk ke lift.

Jun menggembukan pipinya kesal "kamu rese"

Bagas tersenyum gemas. "Maaf Jun jun"

Anjeli memerhatikan tingkah Bagas yang belum menyadari keberadaanya. Dia mendengus menatap tangan pria kekar itu yang menggenggam tangan kakaknya erat seakan tak ingin dilepaskan dan kakaknya sama sekali tak terlihat terganggu dengan hal itu.

Anjeli berdehem beberapa kali, membuat Bagas akhirnya menyadari keberadaanya. "Haloha Bagas" sapa Anjeli dengan nada menggodanya seperti biasa.

Bagas yang baru menyadari keberadaan Anjeli diselimuti rasa canggung seketika. Bagas seperti biasa hanya menjawab dengan senyuman kikuk.

Mereka emang tidak terlalu dekat. Tidak seperti Jun, Anjeli punya jiwa liar saat disamping cowok putih, tinggi, dan berbadan kekar seperti Bagas dan Bagas selalu merasa tidak nyaman dengan tatapan dan cara penyebutan namanya oleh Anjeli.

Jun terkekeh melihat Bagas yang jadi pendiam dan kaku disamping adiknya. Tak bisa ia pungkiri, wajah kikuk Bagas terlihat lucu dan menggemaskan.

"Jangan godain Bagas, Anjeli" tegur Jun pada adiknya dengan senyum jail dan puas.

Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang