41

340 55 6
                                    

Jun benar-benar bersyukur saat bunyi bel terdengar, yang berhasil menyelamatkan dirinya dari terkaman Zefa.

Zefa menegakan tubuhnya, "Apa tadi bunyi bel?" tanyanya.

Jun mengangguk sebagai jawaban. Jun dapat melihat tubuh Zefa menegang dan dahinya berkerut seakan-akan sedang memikirkan sesuatu. "Kamu masuk aja kekamar ya, biar aku cek kedepan" ucap Zefa dengan senyum kaku.

Jun menggeleng kecil, "emang itu siapa?"

"Aku gak tau, tapi setelah kedatangan keluarga kamu kemarin berarti ayah ku mengetahui keberadaan kita. Bisa jadi yang datang adalah orang suruhannya" 

#

Jun tidak dapat menahan dirinya untuk tidak mengikuti langkah Zefa. Rasa penasaranya sungguh besar.

"Bagas?" Gumam Jun saat matanya menangkap sosok Bagas yang berdiri di depan pintu.

Zefa dan Bagas pun secara bersamaan menatap kearah Jun.

Bagas segera mendorong tubuh Zefa, menerobos masuk. "Jun" panggilnya sembari memeluk tubuh Jun erat. "Maaf aku ceroboh"

Jun tidak bergeming. "Kamu ngapain kesini lagi?"

Bagas melepas dekapannya, merasa kehadirannya tidak diinginkan. "Maaf Jun aku buat kesalahan. Please jangan marah"

Jun menggeleng. "Aku gak marah, aku cuma pengen tau kenapa kamu kesini lagi?"

"Aku khawa..."

"Jangan bilang kamu orang suruhan dari papa Zefa" potong Jun.

Bagas menggeleng. "Enggak" tepis Bagas cepat. "Aku..."

"Terus dari mana kamu tau tempat ini? Apa tujuan kamu bawa mama papa aku kesini?" Potong Jun lagi dengan suara yang mulai meninggi, enggan mendengar penjelasan.

Zefa segera menarik lengan Bagas. "Jun lagi hamil, jangan buat dia stress" tegur Zefa keras.

Bagas menepis lengan Zefa. "Kenapa kamu jadi gini Jun? Aku yang harusnya kamu percaya bukan dia" Bagas menunjuk Zefa tepat didepan wajahnya.

Zefa kembali menarik lengan Bagas namun Bagas malah melayangkan tinjuanya pada bahu Zefa hingga Zefa jatuh terduduk.

Jun menjerit histeris, dan segera berlari menghampiri Zefa.

Namun Zefa malah tersenyum kearah Jun berusaha menenangkannya. "Aku baik-baik saja"

Jun mulai menangis, dan menyalahkan dirinya atas apa yang Zefa dapatkan. "Maaf semua gara-gara aku"

"Enggak, aku baik-baik aja, liat nih" Zefa mulai mengerakan lengan kanannya.

Jun dapat melihat wajah Zefa yang berusaha menahan nyeri. Hal itu membuatnya menangis semakin histeris.

Bagas yang melihat hal itu, berusaha mendekati Jun. Namun Jun malah menatap kerahnya dan berteriak menyuruhnya pergi.

"Maaf kan aku Jun" gumam Bagas tanpa beranjak dari posisinya.

Jun menggeleng. "Kamu gak perlu minta maaf kalau kamu gak merasa bersalah"

"Aku merasa bersalah" Jawab Bagas cepat.

Jun menggeleng lagi. "Tolong bawa Zefa ke mobil, aku mau bawa dia kerumah sakit. Setelah itu pergi, aku akan memaafkan mu"

Bagas terdiam, suara parau Jun sungguh menyayat hatinya. Lagi-lagi dia berbuat kesalahan.

"Bagas please" ucap Jun putus asa.

"Jun" Zefa berusaha menampilkan senyum terbaiknya. "Aku baik-baik saja"

"Kalau kamu baik-baik saja, berdiri lah dan kita kerumah sakit sekarang!!"

Zefa mengangguk. "Iya, ayo kita kerumah sakit"

Bagas mendengus, entahlah, menurutnya Zefa sungguh lebay, dirinya hanya memukul sekali dan reaksinya sudah seperti mau mati.

Jun kembali menoleh kearah Bagas. "Kamu sungguh gak merasa bersalah ya?"

"Aku merasa bersalah"

Jun memapah Zefa untuk berdiri. Dan kembali menatap kearah Bagas saat Zefa sudah berdiri dengan sempurna. "Kamu seorang petinju dan Zefa bukan tandingan kamu. Aku kecewa sama kamu Bagas"

#TBC

Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang