Cerita ini hanya karangan yang tercipta dari hayalan tinggi yang mengada-ngada. Harap bagi pembaca dapat mengerti dan memaklumi. Dan cerita ini hanya untuk manusia yang sudah seharusnya memiliki KTP.
...Tio terpaku melihat bosnya yang sudah berada di kantor pagi-pagi sekali, masih menggunakan baju yang sama dengan kemarin ia gunakan, yang mengartikan bosnya menghabiskan malam di kantor lagi.
"lo nginep di kantor lagi?" Tio duduk kursi depan meja bosnya itu, memerhatikan bosnya yang sibuk mengetik tanpa merespon pertanyaannya.
Bosnya menjelma jadi sosok yang rajin dan giat bekerja dengan gila-gilaan
sejak kejadian di cafe itu."sebenernya apa yang terjadi?" tanya Tio.
"gue yakin lo udah liat cctv" jawab Zefa tanpa berpaling dari layar laptopnya. Tau kearah mana sekertarisnya bertanya.
Tio tau apa yang terjadi dicafe kemarin, bukan hal yang sulit untuk mengetahui hal itu. Ia hanya perlu datang ke cafe dan memeriksa cctv disana. Apalagi cafe itu sudah berpindah hak milik ke bosnya, itu membuatnya lebih mudah untuk mendapat video cctv itu. Tio mengangguk, mengiyakan. "tapi apa yang sebenarnya terjadi antara lo dan dia?"
Tio cukup penasaran dengan hal ini. Tio sebagai sekertaris dan temen sejak kecil Zefa, sangat mengenal bagaimana Zefa luar dalam, segalahal ia ketahui tentang Zefa. Apapun, sampai-sampai kapan waktu petama kali Zefa kehilangan keperjakaannya pun ia tau. Tapi sekarang, dia benar-benar tidak mengenal Zefa.
Zefa mengangkat wajahnya, lalu memusatkan pandanganya pada sekertarisnya itu. "tolong jangan ungkit-ungkit dia lagi, baik itu masalah kantor atau masalah pribadi gue dengan dia"
"Bukanya lo mau nikahi dia?"
"tidak lagi" tekan Zefa tegas.
Tio mengangguk-angguk paham. "Bagus lah, kasian kalau dia jadi nikah sama lo"
"maksud lo apa?" ucap Zefa dengan nada tinggi. Dia kesal, sungguh kesal. Apa alasan yang membuat Tio mengasihani wanita itu kalau wanita itu menikah denganya? Apapun akan wanita itu dapatkan dari nya, mobil terbaru dan mewah, rumah besar bak istana, perusahaan, harta.
"mungkin iya, didunia ini lo yang paling mungkin memberikan dia banyak harta, tapi kebahagiaan? kita sama-sama tau harta tidak bisa membeli kebahagian" Ucap Tio seolah bisa membaca pikiran bosnya.
Zefa terdiam. Pada akhirnya, rasa bersalah yang kini menyesakkan hati malah semakin membesar. Dan tetep saja, apa yang ia rasakan tidak sebanding dengan apa yang wanita itu akan rasakan. Zefa beranjak berdiri, lalu meraih ponsel, dompet, dan kunci mobilnya. "Gue udah selesaikan semuanya, jadi lo tinggal pelajari. Semua pertemuan dihari ini, jadi tanggung jawab lo"
Tanpa menunggu jawaban sekertarisnya, Zefa beranjak pergi.
#
Gundukan-gundukan tanah yang ditutupi oleh rerumputan dengan batu berukir nama diatasnya berjejer dengan rapih.
Zefa menguatkan hatinya untuk melewati pintu pagar yang membatasi antara tempat persinggaham terahir dengan keriuhan dunia. Dengan langkah kecil ia melewati tiap-tiap gundukan hingga menemukan gundukan dengan batu berukir nama Manohara Magentha.
"mah, Zefa datang. Mamah pasti tau kenapa Zefa kesini" ucapnya lirih sembari meletakan setangkai bunga mawar putih. "Zefa melakukan kesalahan" lanjutnya sembari menunduk.
Zefa sangat jarang mengunjungi ibunya, dia hanya datang jika ia melakukan kesalahan, kesalahan yang ia anggap salah dan ia tidak tau harus melakukan apa terhadap hal itu. Ibunya selalu mengatakan, ia harus terbuka soal apapun padanya, agar jika terjadi masalah masih belum terlambat untuk memperbaikinya.
"Bukan Zefa yang salah mah, dia duluan yang mau masuk ke club, kalau dia gak masuk semua pasti gak akan terjadi" keluhnya membela diri.
Zefa menatap batu nisan itu dengan mata sendu. Walau tak ada jawaban dari seseorang yang dia harapkan namun ia seakan tau apa yang akan ibunya katakan padanya. "iya, Zefa yang nyeret dia masuk, dan sekarang Zefa berharap dia hamil anak laki-laki, agar si tua bangka itu berhenti menganggu hidup Zefa. Tapi... dia mengabaikan Zefa"
Selayaknya seoarang anak, Zefa merengek pada ibunya. Dia merengek memohon bantuan pada orang satu-satunya yang ia sayangi dan menyayangi dia. Walau pun pada akhirnya dia hanya menduga kata-kata apa yang akan ibunya katakan padanya.
Ibunya Zefa, Manohara Magentha meninggal saat Zefa berusia 8 tahun, meninggal karena jatuh terguling dari tangga di rumah mereka, saat itu ibunya sedang mengandung 7 bulan, benturan yang sangat keras dibagian perut, membuat bayi pada kandunganya mati yang menyebabkan pendarahan. Ibu Zefa tak dapat selamat, ia meninggal karena kehabisan banyak darah. Saat itu, saat ibunya jatuh, Zefa berada disana, ia melihat semua kejadian itu. Namun yang bisa dia ingat hanya saat ibunya sudah berada dilantai dengan banyak darah menggenang, sisanya ia tak bisa mengingatnya, memorinya hilang karena tauma mendalam.
Zefa mengelus batu nisan pada gundukan itu. "Apa yang harus Zefa lakukan mah?"
#
![](https://img.wattpad.com/cover/88623468-288-k726491.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Out of Love
RomanceJun ingin menjadi seorang ibu, dia sangat ingin memiliki seorang anak yang lucu dan mengemaskan yang akan menjadi tujuan dari kehidupanya. Namun pemikiran salah yang selalu ia pikirkan adalah, bagaimana cara memiliki anak tanpa memiliki suami. Jadi...