Cerita ini hanya fiksi belaka,
hanya karangan yang tercipta dari hayalan tinggi yang mengada-ngada. Harap bagi pembaca dapat mengerti dan memaklumi. Dan cerita ini hanya untuk manusia yang sudah seharusnya memiliki KTP.
...Anjeli membaca ulang bahan presentasinya dengan gugup. Dia tidak pernah segugup ini untuk hal persentasi, tapi kali ini berbeda. Ia harus persentasi dengan sangat baik tanpa cela didepan seorang pangeran dan sekertarisnya yang tampan. Pada ruangan rapat, di ruangan dengan meja panjang dan sembilan kursi kosong dihadapanya membuat ia semakin gemetaran, membayangkan ia menjadi pusat perhatian dua orang penting tersebut.
Tiba-tiba pintu terbuka. Menampakan seoarang pria tampan dengan setelan jas lengkap. Anjeli menyambutnya dengan senyum, namun yang disambut hanya melangkah mendekatinya tanpa membalas senyumnya.
Anjeli segera bediri. "ada apa? bos kamu dimana?"
Yang di tanya hanya menarik kursi di sampingnya lalu duduk disana dengan diam.
"Apa ada masalah?" tanya Anjeli lagi khawatir. Mengingat ini pertama kalinya ia melihat Tio bertingkah laku seperti ini. Tio tidak pernah diam seribu bahasa seperti ini, dia suka sekali tersenyum dan berbicara dengan hangat.
Tio mengangkat wajahnya menatap Anjeli. "bos kamu dimana?"
Anjeli memutar bola matanya kesal mendengar pertanyaanya di jawab dengan pertanyaan lain. "Dia ada pertemuan lain" Jawabnya pada akhirnya.
Anjeli menggenggam tangan Tio lembut. "Ada masalah?" Anjeli mengulang pertanyaannya dengan suara lebih rendah.
Anjeli tiba-tiba teringat ketika Tio mendatanginya ke rumah orang tuanya. Saat Tio terlihat sedih dan memeluknya erat, namun memilih menyembunyikan masalahnya. Anjeli meremas tangan Tio, berharap bisa menyalurkan kekuatanyanya. Ia berharap hal itu bisa membantu Tio.
Tio mendongak menatap wajah Anjeli, kedua mata Anjeli menatapnya dengan teduh, bibirnya melukiskan senyum yang menyejukan, dan genggaman tangan nya terasa hangat. Entah apa yang merasuki Tio kali ini. Tio meneteskan air mata tanpa bisa ia bendung lagi.
Melihat hal itu Anjeli segera berdiri dan memeluk tubuh kekar Tio dengan erat.
Tio menjatuhkan kepalanya pada pundak Anjeli, air matanya semakin menetes tanpa henti, membuat Anjeli seakan merasakan kesedihanya. Anjeli menepuk-nepuk punggung Tio lembut dan sesekali mengelusnya.
"Semua.... di dalam hidup ku.... masalah" ucap Tio dengan suara bergetar.
Anjeli emang tidak tau banyak hal tentang Tio. Iya hanya tau Tio adalah seorang sekertaris yang tinggal sendiri di arpatemen sederhana di tengah kota. Hanya itu yang ia tau, dan hanya dengan pengetahuan minim itu ia mempercayakan hatinya pada Tio.
Anjeli tidak tau harus melakukan apa, ia tidak tau harus meresponnya bagaimana. Ia ingin bertanya banyak hal tapi ia takut itu malah membuat Tio semakin terpuruk. Anjeli memeluk Tio semakin erat, berharap Tio meluapkan semuanya padanya.
Cukup lama mereka dalam posisi itu. Hingga Tio menarik bahu Anjeli menjauh lalu mencengkramnya. "apa kamu akan pergi juga?" Tio menatap lurus pada mata Anjeli dengan sendu.
Anjeli memasang senyum tulusnya. "aku tidak akan kemana-mana" Jawabnya walau tidak tau siapa 'Juga' yang dia maksud.
"walau kamu tau aku yang sebenarnya, apa yang aku lakukan?" tanya Tio berusaha meyakinkan dirinya.
Tanpa berfikir Anjeli mengangguk yakin. "aku percaya kamu."
Medengar kata-kata itu Tio kembali memeluk tubuh mungil Anjeli. Dia tidak pantas menerima kepercayaan Anjeli tapi dia tidak ingin melepaskan Anjeli. "Kamu adalah milik ku" ucap Tio dalam hati.
#
Suara riuh keramaian dengan iringan lagu klasik menyambut kedatangan Zefa. Zefa mengedarkan pandanganya kesekeliling, mencari sosok wanita yang telah menunggunya dari sejam yang lalu.
Seseorang melambaikan tangan padanya. Seorang wanita yang terlihat angun dan berkelas dengan senyum ramah yang semakin memancarkan kecantikannya. Dengan langkah besar Zefa mendatangi wanita itu dengan senyum yang hangat. "Maaf aku telat" ucapnya sembari menjatuhkan dirinya pada kursi dihadapan wanita tersebut.
Wanita itu tertawa. "Bapak yang ngajak kesini, bapak yang telat. Kebiasaan deh"
"udah berapa kali aku bilang jangan pangil aku bapak, aku gak setua itu" keluh Zefa.
Wanita itu tertawa lagi. "kan bapak bosnya suami aku"
"Kakak, pelase" tekan Zefa mengoreksi ucapan wanita itu. "walau aku bosnya bukan berarti aku bos kamu juga kan. Dia juga manggil aku nama kalau di luar kantor"
"Tapi sekarang kakak juga bos aku" ucap wanita cantik itu lembut. "makasih udah kasih aku kesempatan ya kak, dan mempercayakan cafe itu pada ku"
Zefa tersenyum hangat lalu mengelus kepala wanita itu dengan lembut. "harusnya kamu marah, bukanya bilang makasih. Lulusan terbaik dari universitar terbaik kok cuma jadi manager cafe kecil"
Wanita itu tersenyum miris. "aku cuma wanita dengan korsi roda yang lemah"
"hey, aku aja percaya sama kamu, kenapa kamu enggak?"
Wanita itu menunduk lalu meremas kedua kakinya yang tidak bisa ia gerakan.
Zefa meraih dagu Wanita itu lalu mengangkatnya. "Hanny, Kamu tau kan aku bukan tipe yang mudah kasih kepercayaan ke orang, walau hanya untuk hal kecil sekalipun. Aku milih kamu karena kamu luar biasa"
Wanita anggun bernama Hanny itu meneteskan air mata haru. "Sebenarnya aku, mau nolak tawaran kakak ini..."
"Aku tau berat untuk kamu keluar dari zona nyaman kamu sekarang" Zefa menyela ucapan wanita itu. "Tapi mau sampai kapan kamu dikurung Tio dirumah besar itu? Aku tau kamu memikirkan perasaan Tio, tapi kamu gak perlu khawatir, dia pada akhirnya pasti akan mendukung kamu. Aku tau dia melarang mu selama ini, karena dia mengkhawatirkan mu." Zefa tersenyum hangat. "Aku percaya sama dia, aku tau kamu juga begitu."
Hanny tersenyum. "iya, dia dan cuma dia"
Senyum Hanny menular pada Zefa, ia ikut tersenyum, melihat kepercayaan diri wanita itu yang telah kembali bersinar.
"Btw kak, kenapa kamu tampak lebih lusuh dari biasanya? Apa karena seorang wanita?"
Zefa mendesah lalu mengangguk pelan. "Dia membuat ku merasa sangat bersalah" ucapnya dengan suara rendah.
Hanny tidak menyangka wajah yang memancarkan keresahan itu di tujukan untuk seorang wanita. Fakta itu membuatnya tersenyum. "Kalau gitu kakak harus minta maaf. Kadang cuma dengan minta maaf, rasa bersalah itu lenyap"
Zefa menangguk, angguk lalu menggeleng. "Aku merasa percuma untuk minta maaf, karena pada akhirnya aku akan menyakitinya lagi, walau aku tidak ingin"
Hanny tersenyum lagi. "Aku gak tau alasan kakak untuk menyakiti dia apa, tapi coba lah untuk bertemu dan katakan apa yang ada di dalam hati kakak padanya. Untuk nanti kakak akan menyakitinya lagi atau enggak, biarkan waktu yang menjawabnya"
#TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/88623468-288-k726491.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Out of Love
Storie d'amoreJun ingin menjadi seorang ibu, dia sangat ingin memiliki seorang anak yang lucu dan mengemaskan yang akan menjadi tujuan dari kehidupanya. Namun pemikiran salah yang selalu ia pikirkan adalah, bagaimana cara memiliki anak tanpa memiliki suami. Jadi...