9

4.4K 194 0
                                    

Cerita ini hanya fiksi belaka,
hanya karangan yang tercipta dari hayalan tinggi yang mengada-ngada. Harap bagi pembaca dapat mengerti dan memaklumi. Dan cerita ini hanya untuk manusia yang sudah seharusnya memiliki KTP.
...

"padahal kamu gak perlu nganter, aku tinggal naik taksi aja atau berangakat bareng Anjeli" ucap Jun gak enak hati.

Pagi ini, saat Jun sedang termenung di loby apartemennya, memikirkan bagaimana enaknya cara dia sampai ke kantor, Bagas menghampirinya, menawarkan jasa transportasi gratis dengan garansi aman sampai tujuan. Yang langsung disetujui olehnya tanpa basa-basi.

Bagas terkekeh. "Tadi langsung terima sekarang sok gak enak hati"

Mendengar itu Jun jadi ikut terkekeh. "Basa-basi aja sih"

Bagas menatap Jun dari ekor matanya. "lagian ya, aku tuh udah jadi sctv tau buat kamu"

Jun terbahak "selalu ada untuk mu?"

"yup, selalu ada untuk mu" Bagas tersenyum ringan dibalik kemudinya.

Jun menepuk-nepuk bahu Bagas masih dengan sisa-sisa tawanya, "ahh, sweet banget seh my brother" ucap Jun dengan wajah berserinya.

"tapi itu serius loh" tekan Bagas meyakin kan.

Jun terbahak lagi, lalu mengacungkan kedua jempolnya pada Bagas dan memberi senyum penuh terimakasih atas semua kebaikan yang sudah diberikan oleh tetangga yang sudah dia anggap kakaknya sendiri ini.

"eh btw, mobil baru nih ceritanya? barus sadar daku kita gak naik motor. Si jago merah mana?"

Bagas menggeleng-geleng tak habis pikir dengan pertanyaan yang baru saja Jun lontarkan. "Kamu baru sadar setelah kita udah setengah perjalan? Padahal aku udah ngasih kode kalau aku beli mobil dari tadi? Gak peka"

Jun hanya menyengir. Jun emang melihat saat Bagas menghampirnya, Bagas bolak-balik melepar dan menangkap sesuatu berbentuk kotak, tapi Jun gak menyadarinya kalau itu kunci mobil. Dan saat ia masuk kedalam mobil Bagas pun ia masih belum menyadari kalau dia menaiki mobil bukannya motor.

"Aku memutuskan untuk memodif sijago dan karena tidak ada kendaraan, terpaksa deh beli mobil" lanjut Bagas lagi.

Mendengar kata-kata arogan dengan wajah jenaka Bagas, Jun mendengus. "sombong banget elah"

Bagas tertawa mendengar nada sinis Jun yang dibuat-buat. "tapi lebih karena mobil kamu lagi dioprasi. Jadi aku beli mobil biar bisa nganter kamu tanpa kepanasan dan kena asep kenalpot" ulang Bagas memberi jawaban.

Jun menatap Bagas dengan mimik wajah seakan ingin menagis dan ia mengibas-kibaskan tanganya didepan matanya. "ahh, ku teruhura" ucapnya dramatis.

Bagas mebusungkan dadanya dan menepuk-nepuknya secara gagah. "iya dong, Bagas gitu loh"

"Sayang banget masih jomblo" Jun terbahak. "Aku kadang suka heran kenapa kamu masih jomblo, Gas" ucap Jun sebari menepuk-nepuk pundak kekar Bagas.

Bagas memilih diam dan fokus menatap jalan kedepan. "Gak peka" gumamnya dengan senyum tipis yang terlukis di bibirnya.

Melihat perubahan prilaku Bagas, dan keheningan yang tiba-tiba saja tercipta. Pikiran Jun jadi melayang kemana-mana. Jun cepat-cepat merogoh saku celananya dan membuka app chat yang ada di ponselnya.

To : Anjeli

gue mau nanya, lo harus mau jawab dengan benar.

To : Jun

apaan?

To : Anjeli

Menurut lo, bagas suka gue gak?

Entah mengapa pemikiran itu tiba-tiba timbul dikepala Jun. Jun berharap adik nya menjawab 'pede banget lo' dan berharap semua yang ada dikepalanya kini salah.

Dengan mata yang terus terpaku melihat layar yang menunjukan kalau adiknya sedang mengetik jawaban, dia berkomat kamit berdoa semoga pemikirannya salah.

To : Jun

baru nyadar?

Jun langsung menutup ponselnya dan menatap Bagas, dengan jantung berdegup gugup. Dia benar-benar tak ingin Bagas menyukainya lebih dari seorang teman. Adiknya pasti salah, dia pasti gak tau apa-apa walau dia sudah sering bertemu dengan Bagas. Karena Bagas bukan orang yang mudah ditebak.

#

Bagas dan Jun bertetangga sudah cukup lama. Sekitar 5 tahunan yang lalu mereka bertemu dan langsung akrab hingga sekarang. Bagas selalu membantu Jun melakukan apapun, bahkan seringkali Bagas datang kekamar apartemennya hanya untuk membersihkan apartemennya dan menambah isi kulkasnya. Mereka sering menghabiskan malam bersama dengan movie maraton atau hanya mengobrol membahas bermacam hal secara rendom. Mereka nyaris setiap hari bertemu dan menghabiskan waktu bersama, hanya disaat Bagas harus keluar kota untuk bertanding dan Jun yang pulang kerumahnya, mereka tidak bertemu.

Jun menarik nafas dalam dan mengeluarkannya secara perlahan, lalu dia menepuk bahu Bagas pelan dan sedikit ragu. "Brother..."

Bagas menoleh sebentar lalu kembali fokus ke depan. "what?"

"Kamu gak secara kebetulan nantinya akan..." Jun membuat tanda kutip dengan kedua tanganya . "suka pada ku kan?"

"tentu saja tidak" Jawab Bagas tanpa berpaling.

Bagas menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan lalu tersenyum, "kamu sudah seperti kucing ku yang dulu mati keselek bulunya sendiri" sambungnya lagi.

Pemikiran Jun yang sudah lari jalur kembali berada pada jalurnya. Jun mendengus, "seorang Bagas memelihara kucing?"

"kamu tau benar hatiku lebih lembut dari pada hatimu Jun, yang tega membunuh hamsternya secara sadis dengan tubuhnya sendiri" ucap Bagas dengan nada jenakanya.

"aku udah bilang, itu gak sengaja" Jun mencubit kecil pinggang Bagas membuat Bagas meringis lalu tertawa.

Suasana yang tegang kembali mencair.

Jun merasa bego pernah memikirkan hal itu, dan dalam hati dia merutuki dirinya yang sepertinya masih terbawa suasana dengan cerita drama korea yang tadi malam ia tonton untuk mengalihkan pikirannya.

#

Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang