Angin berhembus dengan kencangnya, menusuk hingga ketulang. Langit terlihat sangat gelap dan tidak ada bintang pada malam ini.
Claudy mengeratkan pelukannya pada dirinya sendiri dan berusaha berjalan lebih cepat sembari menyisir sekelilingnya dengan teliti.
Dia sedang berada di taman. Tempat yang telihat indah di siang hari, namun tampak sangat menakutkan padan tengah malam seperti ini.
Hingga matanya menangkap sosok Jun yang sedang duduk pada bangku taman, merunduk menatap rerumputan di bawah kakinya dalam diam.
"Apa yang lo lalukan di sini? lo udah gila?" Pekik Claudy geram.
"gue nunggu lo" jawab Jun dengan suara serak tanpa mengakat kepalanya.
Claudy mengerang kesal sembari mengacak-acak rambutnya, frustasi. Entah apa yang terjadi, tapi melihat sahabatnya seperti ini membuatnya benar-benar kesal pada dirinya sendiri.
Jun menghubunginya tujuh jam yang lalu, lebih tepatnya sekitar jam tujuh malam tadi. Dengan suara terjepit dan bergetar.
Tapi dia tidak bisa langsung pergi menyusul keberadaan sahabatnya ini, karena dari rumahnya ke tempat keberadaan Jun harus menempuh waktu selama 6 jam. Dan lagi dia harus mencari tempat untuk menitipkan anaknya, karena suaminya tidak ada di rumah.
"lo bisa nunggu gue di dalem ruangan Jun, di cafe 24 jam, ini udah jam 1 pagi" ucap Claudy sembari membuka jaketnya dan menyelimuti tubuh sahabatnya yang gemetar.
Jun menunggu dirinya selama 7 jam pada sebuah taman kota di malam yang dingin ini seorang diri, hanya dengan baju kaos lengan pendeknya.
"gue mau mati aja" gumam Jun dengan pandangan kosong, tanpa mengubris omelan sahabatnya itu.
Caludy tercengang mendengar kalimat yang baru saja sahabatnya lotarkan padanya. Kalimat itu penuh dengan keputusasaan yang dalam. "apa yang terjadi Jun?"
Jun tidak menjawab dan hanya diam, masih enggan mengangkat kepalanya.
"lo panggil gue ke sini jauh-jauh. Jadi lo harus cerita" geram Claudy ikut putus asa melihat sahabatnya yang bungkam.
Jun menarik nafas dalam dan mulai menangis, tangisan yang sedari tadi tertahan akhirnya dapat ia keluarkan, sesekali ia mengerang berusaha mengeluarkan sesuatu yang rasanya menekan dadanya. Tangan kanannya memukuli dadanya dengan keras, dan tangan kirinya mencengkram bangku taman hingga baku-baku tangannya memutih.
Claudy segera memeluk tubuh Jun, menahan tangannya agar berhenti menyakiti dirinya sendiri yang membuat tangisan Jun semakin meraung.
"gue tadi ke, gue makan, terus entah kenapa gak bisa, gue ke toilet, dan gue langsung cek dan...." ucap Jun dengan terbata-bata di sela tangisnya.
Claudy tidak dapat mengerti apa yang Jun maksud. Tanganya mencengkram bahu Jun dan Caludy memutar tubuh Jun agar Jun menghadap kearahnya. "tarik nafas dulu, tenangin diri lo, gue gak paham lo ngomong apa"
Jun mengikuti intruksi Claudy, berusaha menghentikan tangisannya. "Gue hamil Claudy, gue hamil. gue seneng tapi gue takut, gue takut menghadapi semua ini. Gue mau mati aja Caludy" erang Jun masih dengan tangisnya yang tidak bisa ia hentikan. Jun menunduk lalu ia menggeleng-geleng tak kuasa. "Gue gak sanggup lagi" lanjutnya dengan suara seakan terjepit.
Caludy gak bisa mengucapkan apapun, tenggorokannya tercekat. Dia memeluk sahabatnya seerat yang ia bisa, dan tanpa sadarnya ia ikut menangis.
Di dalam dekapan Claudy Jun menangis hingga tubuhnya ambruk dan dia tidak sadarkan diri.
#
Claudy, Anjeli dan Bagas berdiri di sisi ranjang yang diatasnya terbaring tubuh lemah Jun yang belum juga sadarkan diri.
Jam sudah menunjukan pukul sepuluh pagi, namun Caludy belum juga tidur. Dia hanya duduk diam, menunggu Jun terbangun.
Anjeli dan Bagas baru saja sampai, mereka datang hanya berjarak 10 menit dengan Bagas yang datang terlebih dahulu.
"Kenapa kakak gue bisa begini? terakhir gue liat dia baik-baik aja. Apa dia keracunan makanan? Kemarin dia ningalin gue setelah jam makan siang." Tanya Anjeli khawatir, melihat pemandangan kakaknya yang tertidur dalam keheningan.
"Apa ini karena darah rendahnya?" Bagas yang sedari tadi hanya diam pun membuka mulutnya.
"Iya, ini karena darah rendah" jawab Claudy singkat sembari berjalan ke sofa dan menjatuhkan dirinya di sana. Menghindari pertanyaan lain, yang takutnya tidak bisa ia jawab dengan jujur.
Dan suasana pun hening kembali.
Anjeli yang paling membenci keheningan pun memutuskan menyalakn tv yang menempel pada dinding rumah sakit, dan ia mencari channel kesukaannya yang kali ini sedang dalam acara mengenai gosip hangat.
"kali ini kita akan bergosip tentang pangeran tampan dari kerajaan bisnis Wijaya. Siapa yang gak kenal Zefa? Udah tampan, mapan, dan jantan pula" Suara tawa pembawa acaranya menghancurkan keheningan seketika.
Anjeli yang fokusnya gampang teralihkan, mulai memfokuskan diri pada acara gosipnya.
"Tau gak, dia gosip nya baru aja ngelamar cewek loh. Yahh... pupus sudah harapan kita jadi pendamping nya"
Anjeli secara refleks menjerit tertahan saat sebuah foto Zefa yang sedang memeluk tubuh kakaknya di restoran cepat saji di depan apartemen mereka. Posisi Zefa yang memeluk sembari berlutut terlihat benar-benar seperti habis melamar dan lamaran nya di terima oleh kakaknya.
Jeritan Anjeli memancing tanda tanya dari Claudy dan Bagas. Keduanya ikut memerhatikan layar tv, dan mereka pun sama terkejut nya dengan Anjeli.
"Dan kabarnya pangeran Zefa juga sudah mau menjadi ayah, bahkan sebelum mereka menikah. Duhh pangeran kebawa arus pergaulan bebas yaaa"
Pandangan mata Bagas dan Anjeli pun berfokus pada Claudy.
Caludy hanya diam. Dia benar-benar terkejut dengan apa yang baru aja dia denger.
Dia bahkan baru tau bahwa sahabatnya hamil itu tadi malam, dan beritanya sudah ada secepat ini. Dan ayah dari anak sahabatnya adalah keturunan Wijaya?
"Kak apa maksud gosip tadi? kakak gue hamil?" tanya Anjeli dengan suara sedikit tergagap, masih syok dengan apa yang baru dia dengar.
"Lo percaya gosip murahan ini? Jun gak mungkin seperti itu" bentak Bagas yang gak bisa mengontrol emosinya.
Anjeli tercengang menerima respon dari Bagas yang menurutnya berlebihan. "Biasa aja dong, kenapa lo yang marah"
Bagas tidak merespon lagi. Dia keluar dari ruangan, pergi begitu saja.
"Kenapa sih dia" gerutu Anjeli emosi sendiri.
Ia lalu melihat kearah Claudy yang termenung dalam diam. "Kak?" panggilnya.
"Anjeli" Caludy menatap Anjeli dengan tajam. "Lo kesini bilang dulu ya sama sekertaris miliarder yang waktu itu chat sama lo?"
#TBC
P.S. Sorry banget aku baru bisa update manteman, laptop aku rusak dan hp aku ikut2an rusak....
Makasih udah mau nunggu cerita aku dan ngasih dukungan selama ini. I love you 💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Out of Love
RomanceJun ingin menjadi seorang ibu, dia sangat ingin memiliki seorang anak yang lucu dan mengemaskan yang akan menjadi tujuan dari kehidupanya. Namun pemikiran salah yang selalu ia pikirkan adalah, bagaimana cara memiliki anak tanpa memiliki suami. Jadi...