Jun buru-buru menutup matanya saat ia mendengar suara langkah kaki mendekat kearah ruangan nya. Mengetahui seluruh dunia kini tau tentangnya membuat dia diselimuti rasa malu untuk bertemu dengan siapa pun.
Saat pertama kali dia akhirnya terbangun dari pingsan, hal yang pertama kali dia lihat adalah adiknya dan sahabatnya sedang berdebat. Cukup lama mereka berdebat hingga Jun dapat memulihkan semua indra nya dan menangkap apa yang telah mereka bicarakan. Yaitu tentang dia yang kini hamil dan itu benar adanya.
Saat sahabatnya menyadari dia telah bangun, sahabatnya buru-buru membungkam mulut adiknya, namun hal itu percuma karena Jun telah mendengar nyaris semua yang mereka bicarakan.
"hei, aku tau kamu bangun" Suara lembut itu menarik Jun keluar dari lamunan singkatnya.
Jun membuka matanya seketika saat suara khas Bagas terdengar oleh indra pendengaran nya. Namun tidak sampai sedetik ia menutup matanya kembali. Dia benar-benar tidak mampu bertemu dengan Bagas saat ini.
"kamu semarah itu sama aku, karena aku baru dateng sekarang?"
Jun menggeleng masih dalam posisi berbaring dan mata terpejam. "aku tau kamu dateng pas aku masih pingsan" jawab Jun sedikit berbisik.
Bagas tersenyum tipis melihat tingkah Jun yang selalu menghiburnya bahkan disaat seperti ini. "Maaf aku baru dateng lagi" ucapnya sembari menggenggam tangan Jun yang kini terasa kaku dalam genggaman nya.
Jun sudah di rumah sakit selama lima hari, dia belum juga pulang walau seharusnya dia sudah keluar dari rumah sakit di hari dia bangun dari pingsan nya, yaitu satu hari saat dia berada di rumah sakit ini. Dan Bagas baru mengunjungi nya lagi setelah empat hari dia berada dirumah sakit ini tanpa alasan jelas.
Claudy yang menahannya di sini. Sahabatnya itu menahannya karena menurut dia rumah sakit lebih aman dari tempat tinggalnya. Sejak mengetahui siapa cowok yang menanam benih padanya, sahabatnya jadi sangat overprotektif. Sahabatnya mencurigai bahwa selama ini dia di mata-matai oleh seseorang, karena Caludy berfikir masalahnya lebih besar daripada yang mereka bayangkan, tidak hanya soal hamil diluar nikah yang sangat tabu ini.
Jun hanya diam merespon ucapan Bagas, dia benar-benar tidak mampu bertemu Bagas. Fakta kalau Bagas mengetahui ia hamil tidak bisa ia tepis dari kepalanya. Dia benar-benar ingin musnah dari permukaan bumi.
"Aku gak bawa bunga nih, aku cuma bawa laptop, infokus dan eskrim" ucap Bagas lagi dengan nada jenaka.
Tanpa menunggu respon Jun, ia menyalakan laptopnya dan infokus yang ia bawa. "aku tau kamu lebih butuh ini dari pada bunga" ucapnya disela-sela kegiatannya.
Jun membuka matanya lalu merubah posisinya jadi duduk. "Bagas please, berhenti" bentak Jun sembari berteriak.
Namun Bagas memilih tidak mengubris ucapan Jun "Aku punya film bagus banget serius deh" ucapnya masih dengan nada jenaka nya.
"Bagas please, aku tau kamu berusaha menghibur aku karena kamu menganggap aku adik kamu tapi..."
Bagas menghentikan kegiatannya. "Aku gak pernah menganggap kamu adik" potong Bagas tanpa menatap Jun. "Gak pernah sekali pun" lanjutnya.
Jun terdiam, suasana pun hening seketika. Bagas tidak melanjutkan kegiatannya, ia hanya berdiri tegak membelakangi Jun.
Bagas memutar tubuhnya, menatap kerah Jun yang kini menatapnya dengan ekspresi yang tidak dapat ia tebak maknanya. "Aku tau kamu hamil dan aku terpukul, itu kenapa makanya aku baru dateng sekarang. Aku gak mau ninggalin kamu sendirian dalam kondisi seperti ini, karena aku sayang sama kamu, tapi bukan sebagai adik" Ucapnya dengan nada yang terus menurun pada setiap kata yang ia ucapkan.
Bagas tertawa getir mendengar ucapannya sendiri. "Dan sekarang aku malah mengatakannya di waktu yang tidak tepat" ucapnya lebih kepada dirinya sendiri.
Bagas berjalan mendekati Jun lalu ia meraih pergelangan tangan Jun dan dengan lembut tanganya menggengam tangan wanita yang sangat ia cintai ini. "Bisakah aku jadi ayah dari anak ini Jun? Jadi suami kamu? "
Jun masih saja bungkam, kepalanya menunduk tanpa sanggup ia tegakan.
Suasana kembali hening, keduanya tidak bergeming masih dalam posisi masing-masing.
Air mata mulai membasahi pipi Jun, semua tekanan yang ia dapatkan tak sanggup lagi ia bendung.
Dada Bagas serasa ditusuk dengan belati melihat wanita yang dia cintai ini sekarang menangis karena dirinya, karena kebodohannya yang tidak bisa menahan diri. Ia segera menarik tubuh mungil Jun kedalam dekapannya. Air matanya pun ikut menetes dan bibirnya tak henti mengatakan maaf.
#TBC
PS. Aku sungguh meminta maaf sebesar-benarnya karena belum bisa konsisten upload seminggu sekali. Terlalu banyak drama yang terjadi di kehidupan ku saat ini. Maaf sebesar-benarnyaa manteman. Terlebih lagi untuk kalian yang mau menyempatkan membaca tulisan ku. Aku sungguh menyesal, membuat kalian kecewa.
Terimakasih udah mau mampir dan memberi dukungan buat aku dengan ngevote dan komen. Itu sungguh berarti buat aku... I love you all.... Maaf sekali lagi....
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Out of Love
RomanceJun ingin menjadi seorang ibu, dia sangat ingin memiliki seorang anak yang lucu dan mengemaskan yang akan menjadi tujuan dari kehidupanya. Namun pemikiran salah yang selalu ia pikirkan adalah, bagaimana cara memiliki anak tanpa memiliki suami. Jadi...