12

3.7K 185 16
                                    

Cerita ini hanya fiksi belaka, hanya karangan yang tercipta dari hayalan tinggi yang mengada-ngada. Harap bagi pembaca dapat mengerti dan memaklumi. Dan cerita ini hanya untuk manusia yang sudah seharusnya memiliki KTP....

Jun bukanlah tipe manusia yang mudah menutupi apapun, termasuk perasaannya.

Jun tidak tidur, tentu saja Anjeli menyadari itu. Terlebih lagi saat melihat bahu kakaknya sedikit bergetar.

Tanganya gatal, ingin menarik tubuh kakaknya itu dan mendekapnya. Dan membuat kakaknya memuntahkan semua masalahnya padanya.

Apa yang terjadi pada kakaknya, itu lah satu-satunya hal yang ingin diketahui.

Tapi pada akhirnya Anjeli hanya pura-pura tidak melihat hal itu, dan fokus menyetir. Karena itulah yang diinginkan kakaknya.

Anjeli tau benar, kakaknya pantang dianggap lemah, dia tidak ingin orang tau sisi lemahnya. Nyaris tidak pernah terlihat oleh siapapun Jun menangis, dan beberapa orang hanya pernah melihat punggung Jun yang gemetaran seperti saat ini. Tapi kebanyakan orang yg melihat punggung itu bergetar memilih seakan tidak melihat apa-apa seperti yang Anjeli lakukan sekarang. Karena Jun tidak ingin orang menyadari dirinya lemah.

Dalam diamnya Anjeli mengetikan sesuatu pada seseorang yang mungkin tau apa cerita dibalik kejadian dikantor tadi.

To : Oit oit

Oit, kamu udah tau?

#

Beda situasi dengan apa yang diceritakan Anjeli padanya, Tio hanya melihat bosnya yang menyeruput kopi hangatnya ditemani dengan berkas-berkas yang bertumpuk.

Zefa terlihat santai dan sibuk disaat bersamaan.

Tio menyandarkan tubuhnya di sofa, membuat dirinya dengan posisi nyaman lalu melonggarkan sedikit dasinya. "okay" ucapnya lantang, membuat Zefa menoleh kearahnya.

"ada apa diantara lo dan dia?" tanyanya tanpa basa-basi.

Zefa meletakan kembali berkasnya pada meja kaca dihadapanya. "jadi sekarang lo penasaran dengan hidup gue?"

Tio mengedikan bahunya. "gue hanya heran"

Zefa hanya diam dan merubah posisi duduknya jadi ikut menyandar dan melonggarkan dasinya lalu membuka dua kancing teratasnya.

"tunggu, apa dia tidak sepolos wajahnya? Dia udah rusak?" lanjut Tio lagi.

Tio sangat tau Zefa, Zefa memanglah tipe cowok brengsek, tapi dia tidak mau merusak, dia hanya menikmati apa yang sudah rusak dan itu juga hanya terjadi kalau dia merasa tertekan dengan ayahnya. Dan Tio tau sekarang ini Zefa sedang tertekan dan dia ingin melakukan pelampiasan. Jadi hanya ada satu kemungkinan yang ada di kepalanya. Jun sudah rusak.

Zefa tersenyum tipis, meredakan rasa nyeri pada hatinya yang membenarkan bahwa Jun memang sudah rusak dan dia lah yang merusaknya. "gue cuma sadar gue sudah harus menikah, dan dia..."

"tunggu" Tio dengan cepat memotong ucapan Zefa. "jangan bilang, lo mau nyeret dia kemasalah lo"

Zefa terdiam.

Tio menggeleng-geleng tak percaya, diamnya Zefa ia artikan membenarkan ucapanya. "lo lebih bangsat dari yang gue bayangkan Zefa, lo mau manfaatin dia?"

Zefa mengerang kesal. "bukan nya lo yang nyuruh gue nikah aja hah?" geramnya. "Lo yang nyuruh gue milih dan sekarang gue milih pilihan gue, lo mau nyalahin gue?"

"tapi gak harus ngerusak juga kan" balas Tio tanpa bisa mengontrol suaranya yang meninggi.

"lo nyuruh gue milih dan sekarang gue milih. Lo cuma perlu bantuin gue"

"Bajingan lu, jangan bawa-bawa gue" ucap Tio tegas.

Zefa kembali menegakkan tubuhnya, dan mengancing kembali kemejanya. "gue berkata sebagai atasan lo, cari informasi tentang dia, semuanya tetantang dia tanpa terkecuali. kalau lo gak mau, lo bisa menyerahkan surat pengunduran diri ke gue sekarang"

Tio pun pada akhirnya diam dan hanya menatap Zefa dengan pandangan tak percaya. Zefa menggunakan kekuasaanya.

"dan ya, gue bajingan, lo juga tau itu. Dan lo juga tau, lo gak lebih baik dari gue. Kita sama-sama tau bagaimana hancurnya dunia ini. Jangan sok malaikat kalau lo sendiri tau lo itu setan." lanjut Zefa berapi-api, tak terima dipojokan dan disalahkan.

Tio berdiri dari duduknya. "lo yang lebih tau, gue bukan salah satu dari kalian walau kita sama-sama dineraka" ucap Tio mebela diri.

Zefa berdecih. "lo hanya berpura-pura buta. Dengan hanya menunduk dan belagak tidak tau apa-apa, lo sudah termasuk salah satu dari kami" Zefa mengeluarkan seringai merendahkannya "lo gak bisa masuk keneraka kalau lo tidak pantas masuk" lanjutnya.

#TBC

P.S. Sebenarnya dan sesungguhnya aku belum niat upload, tapi karna permintaan dari temen aku yang akhirnya mau baca cerita ini setelah sekian lama dan karena aku bahagia banget kemarin ada yang komentar di chapter sebelumnya, jadi aku upload. So ini untuk kamu bin dan untuk yang mau baca dan yang udah kasih masukan juga saran buat aku

Oh iya satu lagi, temen aku bilang aku lebih baik upload tiap minggu, ada yang setuju kah?

Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang