Rahel pun menceritakan semua yang dialaminya saat bergabung dengan genk Bilqis itu. Ia juga menceritakan bagaimana bisa kabur dari situ. Gilang merasa kesal, karena dari tadi dia diacuhkan dan pertanyaannya pun belum dijawab Rahel.
"Gue udah sadar bel kalo gue itu salah. Gue ga bakal ulangin kesalahan itu lagi", tuntas Rahel masih terisak-isak. Abel mengelus-elus punggung sahabatnya itu.
"Lo nggak perlu ngelakuin itu semua demi cowok yang lo suka, apalagi dia belum pasti buat lo", nasehat Abel. Rahel pun mengangguk mengerti sambil melirik Gilang. Lalu, Rahel melanjutkan ucapannya.
"Gue juga udah sadar kalo gue sekedar kagum sama kegantengan Gilang. Ga lebih.", terang Rahel. Abel bernapas lega karena sahabatnya telah sadar. Gilang pun masih penasaran.
"Woi! Gilang yang lo maksud, itu gue?", tanya Gilang sekali lagi. Abel sangat geram hingga akhirnya ia yang menjawab.
"Iya elo Gilang sayang!", tanpa sadar Abel mengucap kata yang sebenarnya tidak ingin ia keluarkan. Namun, karena sangking gereget-nya Abel dengan Gilang.
"Apa? Elo ngomong apa? Sekali lagi dong", goda Gilang seraya tertawa. Abel yang malu pun memukul pundak Gilang sambil berkata "ish!".
Tak lama kemudian, Bella keluar bak putri. Ia mengenakan dress selutut berwarna putih. Rambutnya dikelabang dan diberi pita warna putih pula. Ia mengenakan flatshoes berwarna hitam dan terdapat sedikit motif bunga. Bella berjalan sambil mengeluarkan aura putrinya.
"Wah.. cantik banget lo bel! Seriusan", ucap Abel membuat senyum Bella makin merekah. Namun, senyuman itu hancur saat Bella melihat Rahel di hadapannya.
"Rahel?! Lo ngapain disini?!", sentak Bella. Rahel pun menunduk merasa bersalah, mengingat tadi saat di sekolah ia menolak ajakan Bella dengan alasan yang menyakitkan. Abel berusaha menengahi mereka berdua.
"Udah bel, Rahel kesini cuma mau minta maaf kok", sahut Abel. Rahel pun menimpali kata Abel,
"Iya bel, gue minta maaf ya. Gue udah sadar apa kesalahan gue".Terlihat raut wajah yang masih kecewa dimuka Bella. Rahel hanya bisa menunduk merasa bersalah.
"Udahlah yok! Masalah itu entar aja dibahas. Sekarang kalian masuk dulu, tumpengnya udah mau dipotong tuh", ujar Bella. Rahel bisa bernapas lega, ternyata Bella tidak marah seperti yang ia duga. Mereka semua pun masuk dan duduk.Acara telah dimulai. Pertama, acara pengajian. Kedua, sambutan dari orang tua Bella. Ketiga, acara potong tumpeng. Inilah acara yang ditunggu-tunggu.
"Gila tumpengnya gede banget", kata Gilang berbisik ke Abel. Abel tertawa kecil sambil menjawab,
"Ga usa norak deh". Untung saja tidak ada yang mendengar Gilang. Karena itu memalukan sekali. Tiba-tiba Reza datang sambil membawa helmnya. Reza langsung mendatangi Gilang. Mereka adalah rekan satu tim basket sekolah."Lo dateng juga bro?", tanya Reza terkejut, karena ia tidak mengajak Gilang.
"Iya bang. Kok baru dateng bang? Habis dari mana?", tanya Gilang. Lalu Reza berbisik,
"Biasa urusan dewasa". Gilang pun tertawa. Bella yang mendengar abangnya itu langsung mengernyit,
"Paling juga main basket sama anak komplek sebelah". Abel tertawa karena Bella dan kakaknya itu tidak pernah akur. Namun, sesungguhnya Reza itu humoris.Akhirnya tumpeng telah dipotong. Tentu saja potongan pertama untuk anak mereka tercinta, Reza dan Bella. Setelah itu, pembantu mereka memotong tumpengnya dan membagi-bagikannya pada semua tamu. Gilang sudah menatap tajam pada potongan tumpeng itu. Bella pun tersenyum dan berjalan menuju teman-temannya.
"Habisin ya! Jangan khawatir ini masih makanan pembuka", ucap Bella. Mereka semua terkejut. Padahal porsi potongan tumpengnya sudah cukup banyak, tapi ternyata masih ada makanan inti. Gilang tertawa karena perutnya akan puas hari ini. Tidak sia-sia usaha Gilang mengikuti Abel sampai kemari.
Acara selanjutnya, yaitu mendatangkan penyanyi jazz terkenal. Abel, Rahel, dan Gilang sangat terkejut melihat penyanyi itu menaiki panggung yang ada di halaman belakang rumah Bella. Musik pun telah dimainkan, penyanyi itu sudah mulai menyanyi. Para tamu sangat terhibur dengan acara ini.
"Sumpah acara anniv bokap nyokap lo keren banget bang!", teriak Gilang sangat takjub. Reza tertawa dan menjawab,
"Ya, setahun sekali sih kayak gini. Eh iya lo belum ambil hadiah menang basketnya tadi kan?", tanya Reza. Gilang menggeleng.
"Besok pagi lo langsung ambil aja di ruang rapat kita", sambung Reza. Senja sudah mulai bergeser menjadi malam. Para tamu juga sudah makan makanan inti. Jadi, mereka semua dipersilahkan pulang."Kalian semua gue anter ya ke rumah masing-masing", kata Reza.
"Beneran nih bang?", tanya Gilang memastikan. Reza mengangguk sambil tersenyum.
"Gue ga ikut ya guys kerjaan gue masih banyak banget nih. Pokoknya gue ucapin makasih buat kalian yang udah dateng", sahut Bella tanpa melirik ke Rahel sedikit pun. Kelihatannya Bella masih kesal. Namun Abel mengerti, ia hanya mengelus-elus kepala Rahel.
"Gue juga makasih banyak ya bel, udah lo ajak dateng kesini. Sumpah hari ini gue seneng banget", balas Abel. Bella tersenyum mendengar kata Abel tersebut.
"Yaudah yok! Udah malem nih", ajak Reza.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital (Completed)
Ficção AdolescenteMungkin pertemuan ini sangat sederhana. Namun, siapa sangka lada akhirnya kedua insan ini harus terjerat perasaan yang keduanya tidak bisa bayangkan.