BAB 18

43 5 0
                                    

Hari ini cerah sekali. Gilang langsung mengambil kunci motor kesayangannya. Lalu, Gilang pamit ke mamanya untuk berangkat sekolah.

"Ma, Gilang berangkat. Kayaknya nanti pulangnya lebih sore soalnya ada pertandingan basket", izin Gilang.

"Nggak perlu bawa motor. Kamu dianter pak Ferdi aja", jawab mama. Mendengar kata mama, Gilang tidak terima. Dia tidak mau diantar pak Ferdi, karena menurutnya lebih enak kalau naik motornya sendiri.

"Loh?! Emangnya mama ga kerja?", tanya Gilang. Mama Gilang menggeleng dan menjawab,
"mama mau istirahat dulu, udah berangkat sana! Pak Ferdi udah nunggu tuh!", perintah mama.

"Nggak ma, Gilang ga mau dianter. Gilang naik motor sendiri aja", tolak Gilang. Tapi pendirian mama tetap kukuh. Gilang tidak bisa menolak lagi.  Ia pun langsung menuju ke mobil.

***

Abel sampai juga di depan gerbang sekolah. Bella sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Abel tersenyum lebar.

"Gue pikir lo bakal telat", ejek Bella seraya tertawa kecil.

"Nggak bakal telat lagi gue udah kapok. Eh lo kok sendirian? Rahel mana?", tanya Abel. Bella pun langsung terlihat bete saat Abel menyebut nama Rahel.

"Gue nggak tau kenapa. Tapi, semenjak Rahel suka sama anak basket itu dia jadi lupa sama gue", jawab Bella sambil menundukkan kepala. Abel tak bisa berkata-kata lagi jika Bella membahas soal Rahel dan Gilang. Namun, Abel masih penasaran apa yang dimaksud dengan Bella.

"Yaudah yok masuk dulu", ajak Abel yang mengalihkan topik pembicaraan.

Abel dan Bella masuk kelas. Abel meletakkan tasnya dan mengajak Bella keluar kelas untuk bercerita. Anehnya, sedari tadi berjalan Abel tidak menemukan Rahel dimanapun. 'Apa bener kata Bella kalo Rahel udah lupa sama dia?' Tanya Abel dalam hati.

Mereka berdua sudah sampai di taman sekolah. Sekarang saatnya untuk Bella bercerita semua yang dirasakannya.

"Jadi, semenjak dia suka sama anak basket itu dia ngelupain gue. Sekarang dia pergi kemana mana selalu sama anak famous sekolah. Padahal, dari dulu sama gue terus. Sekarang gue dilupain gitu aja", keluh Bella dengan mata berkaca-kaca. Abel tidak tau lagi harus bagaimana. Ia hanya takut persahabatannya terpecah hanya karena satu cowok.

"Lo yakin Rahel kayak gitu?", Abel ingin memastikan kalau sahabatnya tidak seperti itu.

"Lo lihat sendirikan kalo dari tadi dia ga ada? Soalnya dia lagi tribun lapangan basket indoor sekolah sama temen-temen barunya", jawab Bella dengan nada sedikit naik. Abel panik karena takut jika ada yang mendengar mereka.

"Ssstt... entar ada yang denger mampus kita", seru Abel agak berbisik. Bella tertawa sinis dan berkata,
"Biar ada yang denger sekalian. Sapa tau kalo dibilangin ke Rahel dia bisa sadar", jawab Bella sangat sinis.

Kini Abel sangat bingung. Ia masih tidak percaya Rahel meninggalkannya dan Bella begitu saja demi Gilang.

"Eh iya bel, gue juga mau ajakin lo ke rumah gue nih. Bisa ga?", sahut Bella memecah lamunan Abel.

"Ke rumah lo? Ada acara apa emang?", tanya Abel semakin bingung.

"Mama papa gue lagi ngadain acara syukuran anniversary nih. Gue disuruh ajak lo sama Rahel, tapi gue ga yakin mau ajak dia", jawab Bella. Abel masih sangat prihatin dengan Bella. Terlihat sangat jelas kalau Bella kecewa dengan Rahel.

"Pulang sekolah nanti kan? Gue bisa kok. Entar ajak Rahel juga ya, pasti dia mau kok", jawab Abel sambil menghibur perasaan sahabatnya itu. Bella mengangguk sambil berharap semoga Rahel meng-iyakan ajakannya.

Mereka berdua pun memutuskan kembali ke kelas dengan harapan bertemu dengan Rahel. Benar saja, ada Rahel sedang duduk dan bermain handphonenya sambil senyim-senyum sendiri. Abel menyuruh Bella untuk langsung mengajak Rahel tanpa basa-basi.

"Aduh, maaf banget. Gue udah terlanjur janji nih sama temen-temen mau nge-mall. Sorry ya, gue titip salam deh buat ortu lo. Happy anniversary", Bella sudah menduga jawaban Rahel. Abel menggeleng tanda tidak menduga seperti ini jawaban Rahel.

"Lo masa ga bisa nyempetin waktu bentar aja sih hel?", Namun jawaban Rahel tetap tidak. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi.

Hospital (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang