Abel menatap kakaknya yang menyibukkan diri dengan apel. Jemari lentik abel memainkan gerakan ketukan seraya berpikir bagaimana caranya izin. Abel menengok ke arah jam dinding yang terpasang jelas di atas pintu. Ya sekarang pukul 06.30 tidak terasa sekali. Ia merasa waktu berjalan makin cepat. 'Please waktunya dipause dulu, lagi mikir nih' batin Abel. Melihat gelagat adiknya yang gusar itu, Kelvin pun memenuhi keingin tahuannya.
"Kenapa dek? Gelisah gitu", lamunan Abel pecah.
"Mm.. kak, Abel boleh pergi bentar ga? Mau kerja kelompok nih", akhirnya Abel berhasil mengucapkan kata-kata sakral itu. Sekarang hanya menunggu jawaban Kelvin.
"Kerja kelompok dimana?", tanya Kelvin yang ekspresinya seperti mengintrogasi adiknya. Abel menarik napas dalam-dalam dan dikeluarkannya kasar serta singkat.
"Di rumah Gilang. Bentar doang kok kak serius", jawab Abel sambil menunjukkan jarinya membentuk angka 2 yang seringkali disebut peace.
"Oh jadi sekarang adek kakak berani ya apel ke rumah pacarnya", goda Kelvin sambil tertawa geli. Abel mendengus jijik mendengar celotehan kakaknya yang membuatnya ingin menimbun mukanya dengan bantal.
"Pacar apaan sih kak. Orang cuma ngerjain tugas doang. Lagian tugasnya ini susah, Abel ga yakin bisa ngerjain ini sendiri", balas Abel sambil menggaruk tengkuknya. Kelvin terkekeh melihat kelakuan adik bayi besarnya yang sedang salah tingkah.
"Udah gausa salting gitu. Kakak izinin kok. pokoknya kalo kamu pulang lebih dari jam11 minta anter aja sama Gilang langsung ke rumah", pinta Kelvin dengan senyuman menawan yang membuat Abel tersenyum pula. Segera Abel meraih sling bag-nya. Dan diraihnya tangan Kelvin.
"Abel berangkat ya kakk", pamit Abel setelah mencium tangan kakaknya. Kelvin pun menjawab dengan anggukan.
Abel duduk di halte bis dekat rumah sakit. Sambil menunggu bis yang lewat, Abel meraih handphonenya dan nemainkan jarinya diatas benda itu. Tiba-tiba saja Abel ingat kalau dia belum tau alamat rumah Gilang. Abel mendaratkan telapak tangannya ke dahinya.
"Bodoh banget sih gue", gumamnya. Segeralah Abel menanyakan alamat rumah Gilang. Namun, 5 menit sudah berlalu tidak ada jawaban dihandphone Abel. Abel pun memutuskan menghubungi Gilang.
"Halo.." akhirnya telah terdengar jawaban dari seberang sana.
"Eh gue belum tau alamat rumah lo bego!", amuk Abel. Terdengar jelas Gilang tertawa disana.
"Eh yang bego gue apa lo? Udah jelas-jelas lo mau kesini, kenapa ga tanya alamatnya?" Suara tawa khas Gilang masih terdengar, membuat Abel mendengus kesal.
"Kalo gitu cepet bagi alamatnya. Gue udah mau berangkat nih!"
"I-iya sabar tuan putri gausa ngambek gitu dong" goda Gilang dengan segala gombalannya (yang tidak pantas disebut gombalan)
"Nama gue Abel bukan Putri. Udah ah cepet! Keburu gue berubah pikiran!".
Tutt..
Abel memutuskan obrolannya. Dengan berat hati ia membuka handphonenya yang bergetar. Dilihatanya, ternyata bukan Gilang. Abel kesal, sudah cukup lama Abel menunggu balasan Gilang tapi tidak kunjung ada jawaban. Padahal, Gilang baru saja ditelponnya.
'Nih anak niat ga sih ngajak ngerjain tugas?' Pikir Abel yang mengeluarkan ekspresi bosannya. Ia mebgerucutkan bibirnya ke depan dan mengembangkan pipinya, sehingga sangat terlihat lucu. Dibukanya lagi handphonenya untuk memastikan. Ternyata benar-benar tidak ada jawaban."Ash kayaknya gue dijailin sama tuh bocah", Abel berbicara sendiri seraya berdiri. Ia melihat kanan dan kiri, tidak ada sesosok Gilang atau juga bis yang datang. Abel pun berbalik badan, hendak kembali ke tempat asal. Tiba-tiba saja ada yang menggenggam pergelangan tangannya. Sontak saja Abel melihat si penggenggan itu.
"Lo mau kemana sih? Udah gue jemput juga", omel Gilang protes. Abel memalingkan wajahnya malas.
"Udah, langsung naik!", perintah Gilang sambil menepuk-nepuk jok belakangnya yang tak bertuan. Abel pun naik dan tanpa ragu-ragu berpegangan pada jaket Gilang.Diperjalanan, Abel bertanya,
"Kenapa lo jemput gue? Tinggal kasih alamatnya aja susah. Gue ga bakal neror rumah lo kali", tanya Abel sinis sambil mengibaskan rambutnya."Gue ga tega aja kalo lo naik bis sendirian. Lagian gue yang ngajak lo ke rumah, harusnya gue juga yang jemput lo", jawab Gilang dengan santainya. Abel tersenyum masam sambik bergumam,
"Bisa bisa aja". Tetap saja, walaupun bergumam, gendang telinga Gilang masih dapat menangkap suara itu dengan jelas. Lantas saja Gilang tertawa geli."Ngapain lo ketawa?!", ancam Abel sambil menepuk punggung Gilang.
Sampai juga Akhirnya di rumah Gilang. Abel pun turun dengan anggunnya. Gilang menyuruh Abel masuk duluan, karena dirinya harus lewat pintu belakang untuk memberikan suguhannya kepada bibi Imah. Abel berjalan perlahan menuju pintu utama rumah Gilang. Ia memegang dan mendorong gagang pintunya dengan sangat perlahan.
"Assalamualaikum..", kata Abel sambil melangkahkan kakinya untuk pertama kali menjajaki rumah Gilang. Jelas tidak ada jawaban, karena Gikang dan bibi Imah sedang berada di dapur. Tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan yang berasal dari dapur.
"Masuk aja! Anggep rumah sendiri", teriak Gilang. Abel pun masuj dan langsung duduj disofa hitam. Ia melihat kesana-kemari melihat keindahan dan kemewahan rumah Gilang. Tuan rumah pun datang sambil membawa se-piring nartabak manis ditangannya.
"Nih martabak. Lo doyan martabak kan?", Gilang menaikkan satu alisnya sambil menatap wajah rupawan Abel. Orang yang ditanyai Gilang itu mengangguk.
"Udah makan itu martabak. Gue beliin susah-susah, awas aja sampe ga habis", kata Gilang yang nyatanya membeli martabak itu sangat dekat dengan rumahnya. Abel tertawa,
"Raja drama!", ejeknya."Mendingan gue jadi rajanya ratu Abel daripada jadi raja drama".
![](https://img.wattpad.com/cover/95421672-288-k664705.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital (Completed)
Novela JuvenilMungkin pertemuan ini sangat sederhana. Namun, siapa sangka lada akhirnya kedua insan ini harus terjerat perasaan yang keduanya tidak bisa bayangkan.