BAB 17

35 4 0
                                    

Gilang langsung berlari ke parkiran mobil. Ia langsung menuju mobilnya dan masuk. Mamanya yang sedari tadi menunggu pun tertidur pulas.

"Pak langsung jalan aja pak!", pinta Gilang kepada pak Ferdi supir pribadi mamanya.

Memang mama Gilang termasuk golongan orang kaya. Karena, mama Gilang memegang perusahaan turun temurun keluarga. Namun, walaupun sangat kaya Gilang tidak pernah menunjukkan kekayaannya di depan siapapun. Karena dia tau jika dia menunjukkannya, sesorang yang baik kepadanya bisa saja suka kepada hartanya bukan Gilang.

Sampai juga Gilang dirumahnya. Ia menggendong mamanya karena tidak tega membangunkannya. Gilang melihat wajah mamanya yang sangat kelelahan. Setelah itu, Gilang langsung pergi ke kamarnya. Ia mengambil gitar akustiknya yang sudah berusia 5 tahun. Itu adalah hadiah terindah dari kakek Gilang. Maka dari itu, walau sudah usang Gilang tetap saja merawatnya. Gilang melantunkan lagu we don't talk anymore dan didampingi suara gitarnya.

'Lo kenapa sih ngehindar? Lo marah ya sama gue? Tapi kenapa? Apa lo kesel sama gue? Gue sayang sama lo dan harusnya lo ngehargai perasaan gue. KARENA GUE GA GAMPANG JATUH CINTA' , batin Gilang seraya menyanyikan lagunya.

Tok..tok..
Gilang pun berhenti memainkan lagunya karena mendengar ketukan pintu.

"Dek Gilang, disuruh mama makan malam", ucap seorang wanita paruh baya yang sedang mengenakan daster.

"Iya bi, nanti aja Gilang belum laper", jawab Gilang. Padahal ia sangat lapar, namun semenjak kejadian tadi perut Gilang tidak meraung-raung seperti biasanya.

"Nanti mama marah lo, dek Gilang juga kan yang kena", bibi Imah tetap memaksa Gilang makan. Namun, Gilang merasa ucapan bibi Imah sangat benar jadi ia langsung saja keluar kamar dan menuju meja makan. Bibi Imah tersenyum geli melihat kelakuan anak bosnya itu.

Gilang membuka tudung saji yang berada di atas meja makan. Mata Gilang terbelalak.

"Bi Imah! Kok ga ada makanannya?!", rengek Gilang setengah teriak.

"Sabar dong bos, bi Imah lupa belum pindahin makanannya", jawab bi Imah sambil tertawa kecil.

Gilang merubuhkan tubuhnya ke kursi makan. Ia menghembuskan nafas panjangnya. Tidak dipungkiri lagi, perut Gilang berbunyi.

"Tersiksa banget sih gue hari ini. Udah diremehin sama cewek, eh perut gue juga ikut ngeremehin", gerutu Gilang sambil meletakkan dagunya di atas meja makan.

Bibi Imah pun telah memindahkan semua makanannya ke meja makan. Melihat Gilang seperti orang belum makan 5 tahun, ia langsung menghibur.

"Udahlah bos nggak perlu sedih gitu, ini makanannya udah siap", hibur bibi Imah yang membuat Gilang duduk tegak dan langsung meraih perlatan makanannya. Bibi Imah menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan pergi melanjutkan pekerjaannya.

Hospital (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang