Abel baru saja sampai di rumah. Ia meletakkan tasnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah mandi, dirinya berjalan ke dapur untuk mencari camilan yang ada. Hasilnya, nihil. Tak ada makanan yang bisa menemaninya belajar. Itu adalah kebiasaan Abel saat belajar. Dirinya harus ditemani makanan apapun agar bisa belajar dengan nikmat.
Ditutupnya kulkas itu dan dia segera mengambil jaket karena akan pergi menuju minimarket dekat rumahnya. Abel memutuskan membeli camilan disana menggunakan sisa uang jajannya karena saat ini tidak ada orang di rumah.
Namun saat hendak mengunci lintu rumah, handphone Abel berbunyi. Dilihatnya panggilan itu yang ternyata dari Gilang.
"Gue di rumah nih, lagi mau ke minimarket. Emangnya kenapa?", tanya Abel.
"..."
"Lo mau kesini? Yaudah gue beliin cemilan dulu ya? Soalnya di rumah ga ada makanan", ujar Abel.
"..."
"Kok gausa sih? Yaudalah", Abel menghembuskan napasnya. Panggilannya sudah terputus.
Ia lantas membuka pintu kembali dan masuk ke dalam. Abel melepaskan jaketnya dan menggantungnya kembali. Dirinya merias diri sekedarnya. Seperti memakai bedak sedikit. Agar cantik di depan pacar, itu pikirnya.
Di sana terdengar suara pintu terbuka. Abel berpikir itu Gilang. Akhirnya, Abel keluar dari kamar menuju ruang tamu. Ternyata itu kakaknya, Kelvin.
"Ternyata kakak. Kirain sapa.", ujar Abel membuat Kelvin bertanya-tanya.
"Hayo sapa? Pasti dikirain Gilang", goda Kelvin. Abel memukul pelan lengan kakaknya itu.
"Tapi kak, Gilang emang mau kesini", ujar Abel. Kelvin terkekeh sambil membelai lembut rambut adiknya.
"Yaudah kakak mau mandi dulu. Kalo mau keluar jangan sampe malem, inget kita mau makan malem di luar.", titah kakaknya. Abel mengangguk paham sambil tersenyum senang.
Suara ketukan pintu terdengar jelas. Kali ini dugaan Abel pasti tidak meleset. Ia yakin benar itu adalah Gilang.
Abel melangkah dengan riang, lalu membuka pintunya. Benar saja, cowok tampan itu sudah ada di hadapannya sekarang.
"Masuk", kata Abel mempersilahkan. Tanpa keraguan, Gilang melangkahkan kakinya ke dalam dan duduk di sofa berwarna hitam itu.
"Nih gue bawain brownies", ucap Gilang sambil meletakkan sekotak brownies itu di atas meja.
"Ngapain harus repot-repot sih lang. Gue kan tadi bisa beli di minimarket.", keluh Abel yang disambut kekehan kecil Gilang.
"Brownies ini tuh spesial tau!", jawab Gilang. Abel mengangkat kedua alisnya.
"Iya spesial. Soalnya lagi ada promo beli 1 gratis 1", lanjut Gilang sambil tertawa kencang. Abel ikut tertawa mendengar gurauan ringan Gilang. Memang cowok itu bisa membuatnya tertawa.
"Oh iya, mau minum apa?", tanya Abel. Gilang terlihat tidak berpikir, ia menjawab sekenanya. Ia juga tidak ingin berlagak menolak karena dirinya benar-benar haus.
"Air putih, ada?", jawab Gilang. Sederhana sekali permintaannya. Cowok itu tidak minta yang muluk-muluk. Yang penting sehat, mungkin itu prinsipnya.
"Yakin air putih aja?", Abel meyakinkan Gilang. Namun cowok itu yakin dan langsung mengangguk mantap.
"Bentar ya", pamit Abel seraya berdiri meninggalkan Gilang.Gilang menunggu Abel sambil mengecek ponselnya. Dan ternyata sudah ada rentetan pesan dari Tania. Gilang akhirnya memutuskan untuk membalas agar sahabatnya itu tidak terus menunggu jawabannya.
Tania:
Lang
Lang
Lang
Lang
Lang
Entar jadi kan?
Gue tunggu ya
Di kafe biasanya itu loh
Bales napa sih lang
Gue juga mau ngomong sesuatu sama loGilang:
Iya jam 7 gue nyampe disana, sante aja.Setelah mengirimkan pesan itu, Gilang masih bingung. Karena kata Tania, ia akan memberi tau sesuatu. Gilang hanya tinggal menunggu waktu untuk mengetahuinya.
Tak lama, Abel datang membawa nampan yang dia atasnya sudah ada dua gelas air putih. Diletakkannya gelas-gelas itu di atas meja.
"Makasih, ya!", ujar Gilang. Abel tersenyum manis seraya duduk.
"Nanti lo keluar jam berapa?", imbuh Gilang.Abel mengangkat bahu.
"Sepulangnya papa sih. Mungkin jam tujuh-an", tambahnya."Sama kayak gue dong, entar gue mau keluar jam tujuh juga", jawab Gilang. Abel mengangguk riang. Entah kenapa hari ini Abel terlihat ceria dimata Gilang. Sehingga Gilang sangat gemas ingin mencubit pipi Abel. Kegemasan itu pun akhirnya terjadi membuat Abel berkata "aww!" Sambil mengusap pipinya.
"Sakit ya?", Gilang tertawa terbahak melihat Abel cemberut seketika.
"Maaf", tambahnya sambil tertawa di atas penderitaan Abel.Gilang melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Sekarang sudah pukul 17.00 . Gilang harus pamit.
"Bel, gue pulang ya?", pamit Gilang. Abel mengerucutkan bibirnya."Harus sekarang?", Gilang mengangguk. Sejujurnya Abel masih ingin Gilang tetap disini. Namun, apa boleh buat. Urusan Gilang bukan dirinya saja.
"Ada orang di rumah lo?", Gilang khawatir jika Abel harus sendirian di rumah.
"Ada kak Epin kok", jawab Abel. Gilang bisa mengangguk lega sekarang. Dirinya berdiri dan sedikit merapikan pakaiannya."Diminum dulu dong! Katanya haus", Abel mendengus sebal. Bukan karena minum Gilang tidak diminum, tetapi karena pacarnya itu harus pergi sekarang.
"Oh iya lupa! Jangan ngambek, nih gue minum", Gilang meraih gelas di atas meja dan langsung meneguk air di dalamnya. Abel hanya dapat menatap. Dirinya terpaku melihat ketampanan Gilang saat minum. Sungguh tampan. Sangat dekat dengan kata sempurna.
Abel tidak bisa menahan dirinya yang sedari tadi ingin memeluk Gilang. Ia tidak bisa mengungkapkan betapa sayangnya dirinya kepada Gilang. Setelah minum sampai habis, tiba-tiba cewek di hadapan Gilang itu memeluk dirinya dengan erat. Sontak saja Gilang terkejut.
"Gilang, gue sayang lo. Jangan sakitin gue ya", ujar Abel. Tangan Gilang mengelus rambut Abel dengan amat lembut.
"Gue juga sayang sama lo dan sebisa mungkin gue ga bakal sakitin orang yang gue sayang", balas Gilang. Mereka berdua pun mengakhiri adegan dramatis tersebut. Abel terkekeh kecil karena menyadari dirinya yang canggung."Gue panggilin kakak gue dulu, ya", ucap Abel. Setelah itu, cewek tersebut melengos ke dalam untuk mencari kakaknya.
Sampailah gadis muda itu di depan pintu kamar kakaknya. Ia pun mengetuk pintu sambil memanggil-manggil "kak Epin!". Pintu kamar terbuka. Terlihat sosok yang dicari Abel.
"Kenapa?", tanya Kelvin. Abel pun menjelaskan tujuannya. Akhirnya Kelvin mengangguk dan langsung menuju ke ruang tamu.
"Kak, Gilang pamit dulu mau pulang", pamit Gilang sambil bersalaman dengan Kelvin. Kakak Abel itu tersenyum sambil berkata "hati-hati". Akhirnya Gilang meninggalkan rumah itu.
Abel pun tersenyum sambil menatap sekotak brownies yang dibawa Gilang.
"Udah sana siap-siap! Jadi papa dateng kita langsung berangkat!", perintah Kelvin membuat Abel terlonjak dari lamunan manisnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/95421672-288-k664705.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital (Completed)
Teen FictionMungkin pertemuan ini sangat sederhana. Namun, siapa sangka lada akhirnya kedua insan ini harus terjerat perasaan yang keduanya tidak bisa bayangkan.