"Bantuin gue manjat!", pinta Abel. Bryan tersentak kaget.
"Bantuin Abel manjat dong Yan, please!", kini Bella meminta sambil mengeluarkan puppy eyesnya. Bryan mendengus sebal. Ia termakan permintaan manis pacarnya.
"Lo ngapain sih manjat segala?!", bentak Bryan sambil merapikan seragamnya setelah duduk tadi.
Abel tertunduk. Ia takut Bryan.
"Gue mau nyusul si Gilang", jawab Abel memantapkan hatinya. Bryan menyeringai.
Akhirnya Bryan, Abel, dan Bella beranjak menyusul Gilang.
Sampai juga mereka di bangunan belakang sekolah. Mereka berdua mengamati betapa tingginya itu. Abel menelan salivanya susah payah. Ia berpikir bagaimana caranya bisa naik bangunan setinggi itu.
"Pasti si Gilang punya cara buat naik ke atas. Itu tinggi banget, ga mungkin manjat", mata Bryan menelusuri sekitar bangunan berharap ada benda yang dapat membantu untuk naik.
"Yan! Itu ada tangga", Bella mwnunjuk tangga panjang yang tergeletak di dekat pohon.
Bryan pun langsung berjalan menuju tangga. Mereka bertiga mengangkat tangga bersama dan meletakkan dengan posisi berdiri di tembok bangunan tersebut.
"Lo yakin mau naik? Berani?", Bryan kembali meyakinkan Abel.
Sebenarnya Abel takut. Tapi keinginannya harus bisa melawan rasa takutnya.
"Gue bisa. Doain gue ya", Abel berusaha memantapkan kakinya untuk memanjat tangga. Bella dan Bryan memegangi tangga. Abel menaiki anak tangga satu per satu dengan hati-hati.
"Ati-ati Bel!", teriak Bella. Abel mengangguk. Ia berusaha tidak melihat ke bawah agar tidak takut.
Sampai juga akhirnya di anak tangga terakhir. Ia pun naik ke loteng. Matanya menyelidik keberadaan Gilang. Terlihat disana punggung cowok tinggi yang sedang berdiri menatap langit. Abel yakin itu adalah Gilang. Abel sedikit berlari dan mendekap tubuh Gilang dari belakang.
"Maaf", setelah menyusun semua kata, hanya kata maaf yang terucap dari bibir Abel. Air matanya mulai menetes.
"Maafin gue", Abel kembali mengucapkan itu. Gilang berusaha membalikkan badannya tapi tertahan karena pelukan Abel.
"Abel?", Gilang memastikan suara cewek yang sangat dikenalnya.
"Ini gue. Lang, maafin gue", Abel melepaskan dekapannya dan memberi ruang Gilang agar membalikkan badan.
Gilang yang melihat Abel menangis tergerak ibu jarinya untuk mengusap air mata.
"Maaf buat apaan? Lo ga salah", jawab Gilang. Abel menggelengkan kepalanya cepat.
"Gue salah ga dengerin penjelasan lo dulu. Gue salah ninggalin lo malem itu. Dan gue salah ga percaya sama lo", jawab Abel nasih terisak.
"Lo ga salah kok. Gue yang salah ga ngasih tau lo sebelumnya", Gilang pun memeluk Abel.
"Lo bisa nangis sepuasnya dipelukan gue. Selagi lo masih bisa meluk gue", ujar Gilang. Abel memukul pelan dada Gilang.
"Jangan bilang gitu!", Gilang pun tertawa mendengar rengekan Abel.
Abel melepaskan pelukannya dan mereka saling menatap.
"Gilang maafin gue"
"Abel, balikan yuk!", ajak Gilang seraya tersenyum. Abel terkekeh pelan.
"Okelah"
"Oke apa?"
"Ya yang itu"
"Yang mana sih gue gagal paham", goda Gilang.
"I lo.."
"Apaan?"
"I love you", Abel mengucapkan kata itu secepat mungkin karena pipinya sudah bersemu merah.
"Bel gue ga denger, ulangin!"
"Budeg ya lo?!", kesabaran Abel sudah habis.
Gilang menertawakan Abel yang menggemaskan menurutnya. Abel hanya tersipu malu dan menundukkan kepala. Gilang menaikkan dagu Abel dan mengatakan,
"I love you too bel. Bahkan perasaan gue lebih dari ungkapan itu".Mata Abel berkaca-kaca. Tiba-tiba setitik air mata muncul. Gilang dengan sigap mengusapnya.
"Kok nangis?", tanya Gilang.
"Habisnya lo sok romantis", jawab Abel sambil terkekeh bersamaan denvmgan keluarnya air mata.
"CIEEE BALIKAN!", suara keras itu mengejutkan Abel dan Gilang.
"Kalian ikut naik?", Abel menganga.
Mereka berempat serempak mengangguk; Bella, Bryan, Tania, dan Rangga.
"Bro peje dong!", teriak Rangga menggoda sambil menaik turunkan alisnya. Gilang hanya tersenyum menanggapinya.
"Oiya sahabat lo yang cantik jelita ini buat gue ya?", goda Rangga lagi sambil melirik ke arah Tania. Tania tersipu malu dan memukul pelan lengan Rangga.
"Gapapa deh lo sama Tania. Tapi, lo janji ga bakal bikin dia nangis. Kalo lo bikin dia nangis, siap-siap babak belur lo!" Jawab Gilang. Rangga dan lainnya bergidik ngeri.
"Ih sadis lo bro!", mereka semua pun tertawa melihat tingkah konyol Rangga.
***
Yee tamat! Hehe😂😂 terimakasih sudah membacaaaa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital (Completed)
أدب المراهقينMungkin pertemuan ini sangat sederhana. Namun, siapa sangka lada akhirnya kedua insan ini harus terjerat perasaan yang keduanya tidak bisa bayangkan.