BAB 16

43 5 4
                                        

Sampai juga Abel di kamar Kelvin. Ia langsung mandi. Kelvin terbangun dari tidurnya dan mengajak bicara adiknya yang melamun.

"Dek", sapa Kelvin. Abel gelagapan dan langsung menjawab kakaknya.

"Kenapa kak?", jawab Abel. Kelvin tersenyum melihat tingkah adiknya, namun terselip juga rasa penasarannya.

"Pulang naik apa?", tanya Kelvin. Dengan santainya Abel menjawab,
"Naik ojek".

"Loh?! ga bareng sama Gilang?", tanya Kelvin terkejut. Abel menggeleng seraya menundukkan kepala. Ia tidak ingin Kelvin melihat wajah sedihnya tidak pulang bersama Gilang.

Namun, sepertinya Kelvin memahami adiknya. Akhirnya Kelvin pun berusaha menghibur adiknya lewat menyanyi.

"Udah ah kak suara kakak ga enak!", sahut Abel seraya tertawa. Kelvin menghentikan nyanyiannya karena misinya telah selesai, yaitu melihat adiknya tersenyum. Tak lama kemudian seseorang pun datang.

"Permisi", kata remaja itu seraya masuk.

"Gilang?!", jawab Abel terkejut. Gilang tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju Abel dan Kelvin. Gilang membawa bingkisan besar yang isinya berbagai macam buah.

"Kak Kelvin.. Bel... hari ini mama gue pulang ke rumah. Jadi, gue mutusin untuk ke sini. Karena gue berharap kalau ini bukan pertemuan terakhir kita. Gue harap kita masih bisa ketemu, ngobrol, main, makan bareng di sekolah. Gue juga berharap lo ga nolak tebengan gue. Gue pingin kita bisa ketemu tiap hari di sekolah dan lo ga ngehindar dari gue. Dan buat kak Kelvin cepet sembuh ya, maaf kak tadi Gilang ga nganter Abel soalnya Abel...", belum melanjutkan bicaranya, Abel langsung menutup mulut Gilang dan menyeretnya keluar.

"Mau lo apa sih?! Lo mau liat kakak gue marah ke gue?!", bentak Abel. Kelvin yang tadi menunduk, sekarang menunjukkan wajahnya.

"Lo pingin tau apa maksud gue? Gue suka sama lo!", jawab Gilang.

Deg.

Jantung Abel seperti ingin berhenti rasanya. Tubuh Abel kaku tak berdaya. Keringat Abel bercucur deras. Mata Abel tak berkedip. Abel tak bisa mengeluarkan satu kata pun.

"Dan gue ga mau kalo lo ngehindar dari gue kayak tadi! Karena apa? Karena gue suka sama lo!", sambung Gilang dengan nada yang sedikit naik. Abel tidak bisa berpikir lagi. Dia sudah benar-benar habis.

"Lo apaan sih, haha ga usa bercanda!", jawab Abel dengan tertawa berusaha menutupi rasa deg-deg-annya. Gilang pun kesal karena melihat Abel yang seolah-olah meremehkan perasaannya.

"Lo pikir dari tadi gue bercanda?! Gue serius!", ucap Gilang seraya pergi meninggalkan Abel begitu saja.

Abel sangat terkejut, ia tidak bermaksud membuat Gilang marah. Tapi, kenapa semuanya kacau begitu saja?!. Abel pun masuk dengan perasaan hampa.

❌❌❌
Sorry for late update😆 vote for next story😅 thank you.

Hospital (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang