BAB 19

32 3 2
                                    

"Rahel, berangkat sekarang yuk! Semua udah pada nunggu tuh!", ajak Balqis ketua cheerleader sekolah yang sekarang menjadi teman Rahel. Gadis itu berdiri di depan pintu kelas.

"Iya bentar kak, masih beres-beres nih", jawab Rahel seraya memasukkan bukunya ke dalam tas.

Abel dan Bella pun hanya melihat heran ke arah genk Rahel sekarang, yang gayanya badai sekali. Rahel pergi begitu saja tanpa melirik Abel dan Bella sedikitpun. Benar kata Bella, kini Rahel telah melupakan mereka.

"Yaudah ayo ke rumah gue langsung. Papa kayaknya udah jemput tuh", ajak Bella yang membuyarkan lamunan dan pikiran Abel.

"Ayo!", Abel pun meng-iyakan ajakan Bella. Mereka berdua pun langsung pergi menuju gerbang sekolah. Tiba-tiba terdapat suara anak laki-laki yang memanggil nama Abel.

"Abel!", Abel terkejut dan langsung mencari sumber suara itu. Dan ternyata, dia adalah...

"Gilang? Kenapa?", tanya Abel.

"Lo dipanggil bu Ismi tuh", jawab Gilang. Abel dan Bella saling bertatapan bingung. Bu Ismi adalah guru bidang kesiswaan. Ada rasa deg-deg-an dijantung Abel. Ia mengira telah melakukan suatu kesalahan. Abel pun mengajak Bella ikut, tapi gadis itu menolak dengan alasan takut. Akhirnya, terpaksa Abel pergi bersama Gilang walau pun rasanya tidak nyaman karena mereka berdua baru saja bertengkar kemarin.

Mereka berdua sangat hening, seperti ruangan kosong yang tak berpenghuni bertahun-tahun. Tidak ada satu suarapun terdengar diantara mereka berdua. Gilang dan Abel sangat canggung. Namun, Gilang mengalah dan membuka suara.

"G-gue minta maaf yang kemarin. Gue nggak tau kenapa bisa semarah itu", kata Gilang seraya menundukkan kepalanya.

"Iya gapapa kok. Itu salah gue juga udah salah paham sama lo", jawab Abel seraya tersenyum. Gilang pun tersenyum manis. Mereka berdua telah melupakan kejadian kemarin. Dan Gilang berkata lagi,
"Maklumin gue lah, itu pengalaman pertama gue jatuh cinta sama seseorang".

Abel menghentikan langkahnya. Ia terkejut dengan apa yang dikatakan Gilang. Rasanya sangat tidak mungkin orang seperti Gilang tidak pernah jatuh cinta.

"Kenapa? Kaget? Gue ga bo'ong, emang gue pertama kali jatuh cinta", jelas Gilang seraya tertawa. Abel langsung tidak enak dengan Gilang. Ia merasa tela menyinggung perasaan Gilang lagi.

"Em.. maaf gue ga bermaksud ngehina lo kok", kata Abel. Gilang pun tertawa dan menarik tangan Abel.

"Jangan ga enak gitu sama gue. Gue ga marah kok.", mereka berdua pun berjalan bersama menuju ruang guru.

Akhirnya sampai juga mereka berdua di ruang guru. Terlihat bu Ismi sedang mengetik dengan laptopnya. Abel dan Gilang masuk bersama. Bu Ismi pun menyambut mereka dengan senyuman.

"Wah sudah datang kalian", sambut bu Ismi. Abel dan Gilang masih penasaran, untuk apa mereka dipanggil? Apa mereka terkena masalah? Tapi kenapa bu Ismi tersenyum seperti itu?.

"Jadi begini, kalian tau kan kakak kelas kalian sebentar lagi ada acara perpisahan?", Abel dan Gilang mengangguk,
"Nah ibu ingin kalian berdua jadi MC diacara itu. Gimana bisa kan?", sambung bu Ismi. Gilang dan Abel sangat terkejut. Bagaiman bisa dari beribu siswa disini, Gilang dan Abel lah yang ditunjuk sebagai MC. Namun, tidak ada alasan yang dapat digunakan untuk menolak bu Ismi. Gilang menyetujui tawaran bu Ismi lebih dulu.

"Kalau kamu gimana Abel?", tanya bu Ismi dengan sejuta harapan.

"Saya pikir-pikir dulu deh bu", jawab Abel seraya nyengir kuda. Bu Ismi masih berharap kalau Abel menyetujui tawarannya. Namu, jika Abel menolak bagaimana lagi. Memang tidak bisa dipaksakan. Gilang dan Abel pun meninggalkan ruang guru.

"Lo kenapa sih nggak langsung setuju aja?", tanya Gilang kesal. Karena ia juga berharap bisa nge-MC bersama dengan pujaan hatinya itu.

"Gue masih gugup. Ga punya pengalaman juga buat bawain acara", jawab Abel secara sistematis. Otomatis Gilang terdiam, karena dia juga tidak punya pengalaman membawakan acara juga. Apalagi itu acara sekolah, tentu saja tidak boleh mengecewakan.

"Udah ya gue pulang duluan. Dahh..", pamit Abel seraya melambaikan tangan. Namun, Gilang belum puas bisa bersama dengan Abel. Ia masih ingin melihat separuh jiwanya itu.

"Lo mau kemana sih?", tanya Gilang.
"Gue mau ke rumah Bella nih!", jawab Abel sambil meneruskan jalannya menuju Bella yang sudah menunggunya dari tadi. Gilang berlari berusaha menyamakan posisinya di samping Abel. Gilang pun mengejutkan Abel.

"Gue boleh ikut?", tanya Gilang yang membisikkan kata-katanya di samping telinga Abel. Kali ini Abel benar-benar terkejut. Abel memberhentikan lagi langkah kakinya, berusaha mencerna kata-kata Gilang.

"Serius lo mau ikut? Acara ini nggak kayak yang lo bayangin", jawab Abel yang berusaha meyakinkan Gilang. Cowok itu mengangguk bersemangat.
"Terus motor lo gimana?", lanjut Abel.
"Gue ga bawa motor.", jawab Gilang.

Hospital (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang