Chapter 8 (Edited)

436 11 0
                                    

Mila menyibakkan rambutnya yang terurai. Sorot matanya melihat ke area luar. Kevin keluar sebentar dan akan menjemput mereka menuju tujuan akhir perjalanan peduli sosial yang dilakukan bersama komunitasnya.

Mila pergi untuk mengambil minuman, meninggalkan teman-temannya yang sedang galau.

"Kemana si Kevin? Lama banget tau, kita sudah bosan duduk di warteg ini..." Rudi mendesah bosan sambil duduk melihat sekeliling.

"Rud, Lu WA si Kevin coba!" Aneu mulai hilang kesabaran.

"Ogah, Lu aja keles. Masa Gue terus. Si Kevin mana mau jawab WA gue, kecuali Mila yang WA..." Rudi memalingkan muka.

Semua mata tertuju padanya kali ini.

"Eh eh... sorry nih, Apa kita enggak heran dengan perlakuan Kevin sama Mila selama ini . Kevin kayak yang naksir banget sama Lu." Rudi mulai merasa ada sesuatu yang sebenarnya sudah lama dia curigai mengenai Kevin yang lama menjomblo meski wanita sibuk mengejarnya.

"Haha.. Lu baru sadar Rud? Kemana aja Lu selama ini??" Rani menyindir Rudi yang terlihat begitu polosnya.

"Kevin naksir berat pada Mila, cuma Mila menganggap Kevin teman biasa seperti kita-kita. Gue pernah sekali sindir Mila, huh dasar Mila... dia tetap enggak sadar juga.." Rani melanjutkan pembicaraan sambil melihat Mila yang merasa nyaman dengan musik yang dia dengar dengan menggunakan headsheet sambil minum.

"Bener Ran, sepertinya ada cinta diantara mereka. Cuma yang gue heran. Kevin, apa dia kaga bosan terus berdiam seperti itu?" Rudi melihat ke arah dimana Kevin sedang berjalan menuju arah mereka berada.
Pertanda gosip harus segera mereka akhiri.

"Sorry guys, Gua isi bensin dulu." Kevin meminta maaf seraya melihat ke arah Mila yang asyik mendengarkan musik.

"Gue kira Lu lagi cari gebetan dulu, soalnya lama banget sih." Ungkap Rudi seraya senyum memperhatikan Kevin.

"Haha... mana mungkin, coba kalian lihat di bola mata Kevin hanya ada malaikat sendiri..." Rani melihat ke arah Mila.

Mila yang sedang asyik segera membuka headsheet dan mematikan handphonenya.

"Waktunya berangkat bukan?" Mila bertanya, memandang semua yang terheran-heran. Seolah ada pembicaraan penting yang dia lewatkan.

"Kagak asyik Lu, Mil." Rudi segera menggendong ranselnya. Di ikuti oleh Aneu dan Rani, Mila hanya bisa menatap heran kepada Kevin.

"Kenapa anak-anak Vin?" Mila segera beranjak sambil menghampiri Kevin.

"Gak ada apa-apa. Aku berharap dalam perjalanan tour ini kamu tidak menghabiskan waktumu dengan kesendirian. Kita perlu komunikasi, kalau kamu sibuk sendiri dengan musikmu tidak adil bagi teman yang lain. Mereka ingin kamu kembali menjadi sosok yang menyenangkan dan care pada mereka.." Kevin mencoba menjelaskan.

"Apakah selama ini aku cuek Vin? Aku memang membutuhkan waktu yang banyak untuk diriku sendiri. Hidupku sudah penat dan kamu tahu Vin, aku sudah tidak sabar ingin melihat Ayah. Aku mohon mengertilah, otakku sedang begitu penat. Maafkan jika aku menjadi sosok pendiam bagi kalian semua." Mila berkata itu seraya pergi, Kevin terdiam seribu bahasa. Saat Mila marah, Kevin merasa sangat bersalah. Apakah salah, jika dia mengingatkan Mila? Apakah salah?

Kevin selalu bertanya pada dirinya sendiri, mengapa dia terus mengejar wanita ini? Wanita yang tidak peka terhadap perasaan yang dia pendam begitu lama. Mila seperti mempermainkan perasaannya selama ini.

"Mil, sebentar...please." Kevin menghentikan langkah Mila.

"Fine, aku ngerti Vin. Maaf aku salah sudah mencuekkan kalian..jadi cukup membuatku selalu bersalah dihadapan kalian" Mila mengaku salah.

Broken (Under Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang