Chapter 16

206 4 0
                                    

Dear pembaca...
Thanks a lot dengan memberikan vote and comenternya. hehe.... sangat berarti untuk saya untuk semangat menulis terus.... 🙇🙇🙇

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Malam hari di rumah Mila bagaikan di istana Raja...
Semua keluarga berkumpul dan bergembira. Mila akan segera menikah, percakapan itu yang terus menerus terdengar di telinga Mila.

Ibu Sri sungguh bahagia, dia sekaligus terharu karena Mila adalah anak yang membanggakan baginya. Mila tersenyum mendapat pelukan dari sodara-sodaranya.

Sesungguhnya, keraguan masih menyelimuti hatinya. Bagaimana jika setelah semua ini, Mila masih belum menemukan tekad yang kuat untuk menjalani bahtera rumah tangga bersama Kevin.

Kevin memang idola semua wanita, dia akui semua itu. Tetapi, dia merasa sendiri. Ayah, apakah aku bisa menjalani kehidupan tanpa terus dibayang-bayangi kehidupan buruk masa lalu. Aku takut kehilangan orang yang begitu Aku sayangi. Bagaimana jika Aku takut kehilangan Kevin? Bagaimana jika Kevin meninggalkanku seperti Ibu meninggalkanmu? Apakah itu akan terjadi padaku?

Konflik batin, rasa takut akan tersakiti terus menghantui Mila. Dia ingin menyendiri, dia ingin pergi dari keramaian ini. Mila berjalan menuju kamar dan mengunci pintu rapat-rapat seraya meneteskan air mata. Dia akan menjalani semua dengan kuat, karena Kevin berjanji akan membahagiakannya. Kevin satu-satunya yang dapat menyembuhkan luka dalam hatinya. Meski jauh dari kata cinta tapi Mila mengerti suatu hari nanti dia mampu mencintai Kevin.

Dia harus bahagia, dia tidak mau terpuruk dalam keluarga yang tidak sempurna. Besok, dia harus bersiap menemui yang lain. Kevin berjanji mentraktir teman-teman dan membahas mengenai pernikahan dengannya. Besok akan menjadi hari yang panjang bagi Mila.

Sementara diruang keluarga, tanpa sepengetahuan Mila. Keluarga sedang bermusyawarah mengenai siapa yang menjadi wali nikah Mila.

"Mbak, apakah Mbak sudah mencari tahu dimana keberadaan Mas Nasrudin?" Tanya adik Ibu Sri, lebih muda dari Ibu Sri tentunya dengan kedua mata yang terbungkus kaca.

Ibu Sri terdiam, hening seketika. Dia melihat Andre dan teman-temannya masih berada di taman mengobrol ala anak remaja jaman sekarang.

"Aku harap, aku tidak kembali ke masa lalu."

Beberapa anggota keluarga terlihat mendengarkan Ibu Sri. Salah satunya adik Ibu Sri yang bernama Bambang. Dia adik yang paling memahami segala posisinya saat ini.

"Mila membutuhkan wali, Mas Nasrudin adalah Ayah Mila dan hanya dia yang menjadi wali nikah Mila." Bambang mencoba untuk sedikit menurunkan rasa ego kakaknya ini.

"Apapun itu... Aku hanya akan menggunakan wali hakim. Banyak pegawai urusan agama yang siap menjadi wali hakim bagi putriku." Ibu Sri kekeh tidak mau menjadikan Nasrudin sebagai wali nikah. Dia tidak mau bertemu lagi dengan Nasrudin.

"Sebenarnya mbak masih mencintai mas Nasrudin. Terbukti, sampai hari ini mbak terluka dan tidak mau legowo." Ucap Bambang membuat harga diri Ibu Sri tercabik-cabik.

"Kamu tahu apa, dek? Semua yang terjadi adalah atas kebodohan. Dan asal kamu tahu... Mila adalah dosa terbesar dalam hidupku. Dia anak yang membawa dosaku. Aku menyimpan rahasia ini dengan apik. Aku lebih baik mengubur masa lalu. Aku lebih baik menderita dibandingkan Mila menderita." Ucap Ibu Sri.
Betapa pilu hati Ibu Sri saat ini. Ingatannya terbang melayang ke masa silam, 18 tahun yang lalu. Tragedi terbesar dalam hidup Ibu Sri, dia simpan semua peristiwa tersebut untuk dirinya saja.
Ibu Sri tidak sanggup membendung air matanya. Dia bagaikan manusia jahat. Dia menanggung derita ini tanpa memperlihatkan sedikitpun pada kedua anaknya.

Broken (Under Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang