Chapter 1 (Edited)

2.4K 57 1
                                    

Foto Mila Up...

Salah satu yang saya temukan, sesuai karakter Mila...

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mila POV

Dosen terbaik mengucapkan congratulation padaku. Ya Aku, seorang gadis muda berusia 25 Tahun, namaku Mila. Aku telah meraih Sarjana Muda pertamaku dengan penuh kebanggaan. New York, adalah saksi betapa panjang petualanganku dalam meraih cita-cita.

"Thank you, Prof John...." Aku begitu bangga terhadap perjuanganku yang tidaklah mudah. Aku akan segera pulang ke Indonesia dengan membawa gelar yang memuaskan keluarga. Sudah tidak terbayang bagaimana raut wajah Ibu.

Aku sudah tidak sabar.

"Hey Mila, congratulation for you, babe. I'm so sad, you have to go back. I'll miss you so much!" Jessy memandangku penuh haru, Aku hanya membalas dengan senyuman.

Persahabatan kami cukup bisa di katakan baik, Jessy yang selalu memperkenalkanku pada hal-hal baru di kota New York.

Meski budaya serta agama kami berbeda, Aku respect padanya. Dia sempat mengajakku pesta dan clubbing tapi Aku teringat pada nasehat Ibu.

"Ingat, jaga pergaulanmu disana. Kamu wanita Indonesia, darah leluhurmu ada di tanah jawa."

Ucapan ibu selalu terpatri di ingatanku. Sehingga selama aku disini. Aku sibukkan diri untuk fokus pada belajar, meski kadang aku bosan sesekali hangput bersama jessy hanya sekedar untuk nongkrong di taman dan cafe terdekat.

"Thanks Jess, congrats for you too. I'll always remember you..." Aku menjawab singkat.

"I'll miss you too, jess. I wish someday, you can visit me to Indonesia.." Aku menyeka air mata haru karena Aku harus berpisah dengannya.

"Ooh c'mon sweety baby...dont cry, I wish too. But I dont know..." Jessy menggenggam kedua tangan Mila.

"You know, I'll married soon. So, I can't promise you anything... Im so sorry..." Jessy meminta maaf padaku, Aku mengerti dan bahagia pada Jessy karena dia telah menemukan pria yang selama ini dia idamankan.

"Okay Nope. Tomorrow morning, I left. This is for you..." Mila mengeluarkan sebuah baju batik yang sengaja dia browsing lewat internet.

"Waw... it's so cool...I know this is Batik..." Jessy mengeja kata Batik membuat Mila tertawa. Karena kalau di dengar menjadi Buatic.

"Do you like it?" Mila bertanya berharap jessy merasa senang dengan pemberiannya sebagai kenangan.

"I do love it! Mila, thank you...I'll remember you...please call me. I never change my Whatsapp number." Jessy tersenyum dia terlihat menyembunyikan air mata.

Aku menatap Jessy, dia hanya tersenyum dan mengangguk mempersilahkan Aku untuk segera beranjak karena mobil cab yang telah aku pesan sudah menungguku sedari tadi kami berbincang.

Aku melangkah pergi, berat sekali meninggalkan sahabat selama belajar di New York. Tetapi rasa rindu tiada terhingga pada Ibu dan adik sudah tak terbendung. Aku ingin pulang ke negeri tercinta, Indonesia. Aku sudah sampai di apartement sewaan Ibu untukku belajar disini. Kemudian Aku mengecek paspor, Visa dan surat-surat lain. Ibu memberiku cukup uang untuk belajar di sini. Ibu bersikeras ingin memberikan yang terbaik untukku. Alhasil Aku termasuk pelajar Indonesia yang memiliki apartement meskipun dalam bentuk sewa.

"Aku akan sangat merindukan tempat ini..." Mataku terasa begitu berat, Aku ingin tertidur sambil memimpikan pulang. Dia rindu suasana Indonesia.

Sekilas bayangan seorang pria dalam ingatan masa lalu menjelma dengan senyuman dan berkata, "Mila..."

Aku terhenyak seketika, mataku terbuka. Aku terbangun begitu saja mengingat mimpi sekilas tadi. Air mata tidak terasa mengalir di pipi. Rasa sakit dan rindu dirasakan kembali pada sosok pria yang tidak Aku temui 18 Tahun ini.

"Ayah...." Aku menangis dalam sunyinya apartement ini, Aku ingin sekali memberi tahu Ayah jika putri kecilnya ini telah menjadi sarjana di Negara Adidaya. Pasti Ayah akan sangat bangga padaku.

"Aku rindu padamu Ayah..." Aku terus memendam perasaan ini. Aku merindukan Ayah sejak di Bangku Sekolah Dasar. Saat semua anak bercanda ria dengan Ayah mereka, Aku hanya mampu memandangi wajah Ayah di potret dinding hatiku yang paling dalam. Sejak saat itu dia berhenti menangisi kepergian Ayah yang entah kemana. Perpisahan membuatku kehilangan kasih sayang. Kini semua orang memandangku adalah wanita yang paling bahagia. Tetapi jauh dalam batin, Aku merasa sendiri, Aku merasa sepi. Kesepian akan sosok Ayah membuatku berhenti berharap agar Ayah suatu hari akan pulang.

Saat kecil, Aku menangis di kamar apabila teringat Ayah, Ibu yang mendengar selalu menghampiri dan memelukku. Ibu menangis sedih dengan apa yang di alami oleh anak-anaknya. Pada saat itulah Aku berusaha melupakan Ayah, Aku tidak mau Ibu menangis karena melihatku bersedih. Ibu adalah wanita yang hebat dan kuat. Dia mampu menopang beban keluarga tanpa bantuan siapapun. Aku tidak ingin bertanya, kenapa Ibu berpisah dengan Ayah. Aku berpura-pura tidak mau tahu apa yang tengah terjadi saat itu. Aku hanya merasakan rasa sakit di hati meski hanya untuk mengingatnya.

Dalam hati ini, Aku rindu padamu Ayah...
Aku tidak membencimu, tetapi aku membenci diriku sendiri.
Mengapa aku tidak bisa melupakanmu.

Sendiri Aku merasa sepi kembali, 18 tahun silam tidak cukup untukku melupakan.

Anak mana yang akan lupa pada sosok ayahnya?

Seburuk apapun seorang ayah bagi anak-anaknya, Aku yakin mereka merasakan hal yang sama apabila mereka berada di posisiku.

Aku, Mila. Inilah kisah hidupku yang tidak orang ketahui. Inilah sisi terlemah diriku. Aku lemah apabila bertemu cinta, karena itu aku selalu menutup hatiku dalam-dalam. Karena Aku takut terluka.

Broken (Under Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang