Chapter 9 (Edited)

376 11 0
                                    

Mila POV

3 hari kemudian...

Hujan mengguyur Jakarta di pagi hari, Aku duduk di teras kolam renang dengan masih berselimut dan tentunya secangkir kopi hangat yang menemainya pagi ini ditambah barisan biskuit coklat yang berjejer di atas piring.

"Kak, di depan ada Kak Kevin!" Andre memberitahuku dengan berteriak, sungguh kebiasaan yang mengganggu di pagi yang sendu ini.

Aku tidak menyangka sepagi ini Kevin datang ke rumahku. Aku segera beranjak untuk menghampiri Kevin dan speechles karena Kevin membawa seikat bunga mawar merah ditangannya yang kemudian diberikannya kepadaku. Belum hilang rasa penasaranku sepagi ini Kevin datang. Kemudian seikat bunga membuatku diam terpaku melihat Kevin.

"Kenapa? Ini hanya seikat bunga, bukan seperangkat mahar untuk pernikahan." Kevin tersenyum membuyarkan semua terkaan dalam batin
.
"Aku belum mandi, Vin. Silahkan masuk dan duduklah... Tunggu sebentar." Aku mempersilakan Kevin duduk di ruangtamu, kenapa enggak WA dulu sih dia! Jadi ketahuan deh Aku belum mandi. Aku pergi seraya membawa bunga pemberian kevin. Aku menyuruh Bi Inah untuk menyimpan bunga itu di dalam Vas yang berair agar terus segar. Aku sesegera mungkin pergi ke kamar untuk mandi.

Author POV

Sambil menunggu Mila, Kevin melihat-lihat suasana ruangan yang begitu modern, tetapi klasik ditambah sedikit budaya jawa berupa ukiran-ukiran khas jawa terlihat dihiasan dinding ruangtamu.

Ketika Kevin hendak melihat ke arah dimana kolam renang berada, Ibu Sri sudah berada di hadapannya dengan senyuman yang hangat, juga wedang jahe hangat yang sengaja Ibu Sri suguhkan untuk Kevin.

"Ada rencana apa, Vin? Ini masih pagi loh..." Sahut Ibu Sri sedikit heran pada laki-laki setengah baya dihadapannya.
"Hmm...begini tante Sri Kevin mau mengunjungi...mmm...itu, emm...rumah teman dan mengajak Mila pergi bareng. Begitu tante..." Kevin sedikit terbata-bata menjelaskan maksudnya mengunjungi rumah Mila sepagi ini.

"Oooh rumah teman, hmm...Apakah perlu sepagi ini?" Kembali Ibu Sri bertanya, karena tidak yakin dengan jawaban Kevin yang terlihat setengah mengada-ada.

"Rumah teman kami itu di daerah cirebon, Tan. Jadi kami harus berangkat sepagi ini, kami sudah janji sepulang dari tour akan mengunjunginya." Kevin berharap Ibu Sri tidak curiga lagi, dalam hati yang paling dalam dia meminta maaf pada tante Sri karena telah berbohong. Semua demi Mila, karena Mila tidak ingin pertemuannya dengan sang Ayah diketahui oleh Ibu Sri. Ini adalah rahasia yang tidak boleh diketahui oleh siapapun pikirnya.

"Begitu, ya sudah. Tante titip Mila. Meskipun dia sudah dewasa, Tante selalu khawatir. Maaf ya, tante selalu dan selalu merepotkanmu. Tante sebenarnya senang atas kedatanganmu kemari, apalagi sekarang keluarga besar kita semakin akrab." Ibu Sri tersenyum sendiri kemudian meminun wedang jahe miliknya sambil memperhatikan mimik wajah Kevin yang sedikit terkejut.

"Maksud tante?" Tanya Kevin.

"Sebenarnya Ayahmu berencana menjodohkanmu dengan Mila, hmm..tante sih setuju saja tetapi...apakah Mila setuju itu Ibu tidak tahu..." Ibu Sri melihat Kevin yang seolah tidak percaya jika Ayahnya berani mendahului rencananya selama ini.

"Aku tidak tahu harus berbicara apa pada Tante, yang jelas Kevin tidak mengetahui jika Ayah berencana seperti itu. Kevin merasa tidak enak pada Tante" Kevin mencoba mengkalrifikasi.

"Tentu tidak, bukan begitu maksud Tante. Tante hanya berharap jika memang kalian saling menyukai kenapa tidak? Betulkan seperti itu?" Ibu Sri begitu berharap jika hubungan antara Kevin dan Mila sekarang bukan hanya sebatas sahabat baik.

"Kevin tidak bisa menyimpulkan apapun karena Kevin tidak tahu perasaan Mila. Mungkin Mila sudah mempunyai kekasih diluar sana..." Kevin merendahkan diri sendiri.

"Sayangnya anak itu tidak fokus mencari laki-laki atau pacar selama ini, tapi memang ada satu laki-laki yang sering Mila ceritakan pada Tante.."

Kevin terdiam, jantungnya serasa akan copot mengetahui jika ada laki-laki yang Mila sukai. Ekspresi Kevin sangat mudah ditebak oleh Ibu Sri.

"Dia adalah...."
Belum selesai Ibu Sri berkata, Mila sudah berdiri dihadapan mereka dengan rambut terurai panjang, jeans dan shirt berwarna merah hati yang menawan. Mila begitu cantik hari ini, Kevin dan Ibu Sri saja hampir tidak mengenali wanita yang berdiri di depan mereka.

"Kenapa? Apa kalian baru melihat hantu untuk pertama kalinya?" Tanya Mila menyindir ibu dan Kevin yang masih menganga kagum melihat penampilannya hari ini.

"Oh...my...you are so beautifull my girl..." Ibu Sri memeluk Mila, ternyata putrinya telah tumbuh menjadi putri yang sesungguhnya.

"Ibu....sudahlah, masa di depan Kevin? Malu..." Mila tersipu malu.

Sedangkan Kevin hanya tersenyum, sungguh beruntung dia melihat Mila saat ini. Meski Mila tidak pernah memoleskan kosmetik di wajahnya namun kecantikan Mila bagi Kevin sungguh tiada tara. Andaikan Mila benar-benar menjadi miliknya, sudah cukup apapun yang diinginkan Kevin di dunia ini. Tetapi, kata-kata Ibu Sri masih terngiang di telinga Kevin, siapakah laki-laki itu? Apabila itu adalah oranglain, sanggupkah dia menerima kekalahan? Oh tidak! Pikir Kevin, dia adalah anak tunggal dari pengusaha kaya di Jakarta. Wanita mana yang akan menolak laki-laki setampan-nya? Oke, kecuali Mila. Rasa cinta pada Mila adalah satu-satunya yang harus dia perjuangkan. Tanpa Mila sanggupkah menjalani semuanya?

Tiba-tiba Mila menepuk bahu Kevin yang sedang berselancar jauh di dalam ombak hayalannya.

"Vin, are you alright?" Mila menjadi khawatir.
"Yes! I'm fine, sorry..." Kevin tertegun.
Mila duduk, "Pagi gini, ada apa sih, Vin? Jujur, Aku kaget." Tanya Mila langsung ke Kevin.

"Ingatkan, janjiku dulu kalau Aku akan mempertemukanmu dengan..." Kevin mencoba membelalakkan matanya agar Mila mengerti maksud dan tujuannya.

Mila melihat kode dan kata dari Kevin langsung berkata, " Oh yaaa... aku inget... hmm..." Mata Mila bertanya lagi pada Kevin.

Ibu Sri memandang kedua sejoli itu dengan heran.

"Temen! Kamu dah siapkan?" Kevin kembali bertanya, meski hatinya berdegup kencang karena dia tidak pandai berbohong. Sumpah, dia tidak pandai berbohong.

"O.. ya... Aku ambil tas dulu ya!" Mila segera bergegas ke kamar.

Dalam hitungan detik, dia sudah kembali.

Ibu Sri sampai melongo.

Kevin segera berdiri, dan berpamitan pada Ibu Sri yang tersenyum melihat keluguan Kevin.

Ibu Sri mengetahui jika Kevin mencintai Mila sejak lama, tetapi dia tidak dapat membaca apa isi hati putrinya.

Setelah berpamitan, Kevin melajukan mobil seraya melihat kearah Ibu Sri yang melambaikan tangannya.

"Ibumu begitu perhatian, kamu pasti bangga pada Ibumu." Kevin melihat Mila yang tersenyum sumringah.

"Dia adalah Ibu yang paling hebat, berat rasanya bagiku melakukan ini padanya. Ibu tidak akan suka jika aku bertemu dengan Ayah dan aku tidak tahu mengapa?" Senyuman Mila menghilang, kini kesedihan menyeruak kembali dalam hatinya.

"Ayo kita temui Ayahmu..." Kevin menyetir mobil kemudian melaju keluar dari pintu gerbang utama rumah.

TO BE CONTINUED....

Broken (Under Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang