Chapter 36

114 5 2
                                    

Apartement, Jakarta selatan.

Apartementnya sangat nyaman, Rudi memperlihatkan semua isi ruangan.

Dua kamar. Satu ruang tengah. Ruang santai. dapur dan dua kamar mandi.

"Membeli apartement ini menguras keuangan lu, Vin. Tapi gua yakin 10 Nasi padang dan beberapa rumah yang lu beli bisa jadikan omset. Termasuk satu apartement meski meninggalkan Lu hanya satu mobil alphard." Ucap Rudi sambil menghitung.

"Jangan khawatir, Rud. Gua akan bekerja. Selain kita bangun usaha, gua akan bekerja." Kevin berkata sampil membuka sepatunya.

"Lu mau bekerja dimana? Orang pada kerja di resto lu, lu bekerja dimana?" Tanya Rudi.

"Gua dapat aplikasi ini, dosen di Universitas Negeri jakarta. Dosen ekonomi." Ucap Kevin sambil merebahkan badannya dan memegang pipinya yang mulai terasa sakit.

"Kenapa lu? Habis ditampar nyokap?" Tanya Rudi sambil bawa P3K.

"Bokap. Parah." Kevin menempelkan alkohol dan kapas di bibirnya.

Menyakitkan bukan? Anak tunggal terkena tamparan ayahnya sendiri. Jadi jangan anggap anak tunggal itu enak!!

"Gila. Hidup lu kayak roler coaster banget. Pemberani juga lu, Vin. Gak salah, lu gua jadiin sahabat." Rudi memijit kaki Kevin.

"Apaan sih lu, Geli gua di pijitin lu!" Tendang Kevin ke pantat Rudi.

Mereka tertawa bersama hingga delivery order datang.

"PIZZA datang.... dan apa ini?" Tanya Rudi.

"Bakwan" Jawab Kevin singkat padat.

"Tetap favorit di negara Indonesia ini." Ucap Rudi langsung melahap makanan yang ada.

Kevin mengeluarkan uang, Rudi heran melihat itu.

"Belikan gua handphone baru. Meskipun gak secanggih yang dulu, belikan saja." Ucap Kevin.

"2.5jt??? Dapat hp second nih atau KW." Ucap Rudi.

"Belikan saja merk apapun. Gua harus ekstra hemat sampai gua dapat kerjaan jadi dosen itu." Kevin berkata sambil makan.

"Okeh bos, siap!" Jawab Rudi.

Mereka makan dengan lahapnya.

"Lu tau kabar si Mila sekarang?" Tanya Rudi.

Kevin menggelengkan kepalanya. Sudah lama mereka terputus. Tidak ada kabar apapun. Kesibukan di Singapura tidak bisa memberikannya waktu untuk fokus terhadap Mila maupun keluarga kevin pribadi. Dia hanya berharap semua akan berjalan baik-baik saja.

Kevin tidak menduga keadaannya akan seperti ini. Dia harus segera bangkit. Besok dia akan memasukan aplikasi ke UNJ. Jika dia beruntung dia akan mengajar disana langsung. Jika tidak dia harus secepat kilat mencari prospek lainnya. Karena dengan kondisi keuangannya, mengandalkan resto tidaklah mungkin. Dia mempunyai beberapa karyawan yang menggantungkan hidup padanya.

Semua pekerjaan akan dia lakukan. Jika bisa, dua pekerjaan bisa dia lakukan dalam satu hari.

Rudi melihat Kevin, dia kemudian menelepon seseorang. Kevin makan saja tidak memperdulikan siapa yang dihubungi sahabatnya itu.

"Hai, Mil. Apa kabar lu? Aku baik saja, ada yang ingin ngobrol sama lu. Ada deh..." Sahut Rudi.

Kevin tiba-tiba tersedak, Rudi memberikan ponselnya dan menyuruh Kevin ngomong.
Kevin memghentikan makannya, dan meraih ponsel Rudi.

"Are U crazy, Rud!" Kevin memelankan suaranya. Rudi terkekeh dan melanjutkan makannya yang terlalu enak untuk dilewatkan.

"Mila, ini aku. Kevin." Ucap Kevin sedikit Nervous.

Broken (Under Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang