Chapter 29

81 2 0
                                        

Bandara Internasional Soekarno Hatta, Indonesia.

Mila begitu rusuh keluar dari Bandara, Andre yang sengaja menjemput Mila di Bandara terlihat sangat sedih.

Mila memeluk Andre seraya menangis, sedangkan Andre menangis karena sangat rindu pada Kakaknya. Mereka larut dalam kesedihan, apalagi mengingat kondisi Eyang yang kritis di Rumah Sakit.

"Sekarang bagaimana kondisi Eyang?" Mila berkata seraya masuk ke dalam mobil.

Andre melihat spion dan segera melajukan mobil dari parkiran.
"Kritis, kondisi kesehatannya semakin menurun...sekarang kita segera menuju rumah sakit, kak." Ucap Andre tidak mau banyak berbicara panjang lebar apalagi melihat kepanikan di wajah Mila.

"Maafkan kakak..." Mila sangat sedih sekali, dia selalu menyesal dengan perilakunya yang tidak ingin kembali ke Indonesia. Dia tidak berfikir ada keluarga yang senantiasa menyayanginya dan menunggu kepulangannya.

Penyesalan selalu datang terlambat, Mila berjanji akan memprioritaskan orang yang dia sayangi. Mereka adalah harta terpenting dalam hidup Mila.

"Sudahlah, kak. Jangan terus merasa bersalah. Sekarang kita harus menghadapi kenyataan bersama-sama. Kakak tidak sendiri, kami ada selalu untuk kakak... " Andre mencoba memberi pengertian di saat kakaknya terpuruk.

"Thank you... terima kasih... terima kasih..." Mila bersyukur mempunyai adik seperti Andre. Meski mereka berbeda Ayah, tetapi Andre tidak pernah menganggap mereka berbeda. Adik yang selama ini tumbuh bersamanya, sekarang sudah mampu menjadi layaknya pria dewasa yang siap menghadapi masalah apapun.

Andre tersenyum, dia bahagia Kak Mila sekarang ada bersamanya.

Mila menangis sepanjang jalan, dia sangat rindu Indonesia, keluarga dan Ayah. Dia melihat sekitar, air mata tak kunjung terhenti karena selama ini Mila hanya bisa lari dari masalah. Dia tidak kuat menahan cobaan, dia merasa sendiri.

Padahal dunia ini begitu luas, dunia ini masih mempunyai orang-orang yang saling menyayangi.

Mila melihat seorang Ibu yang menyapu di trotoar sambil menggendong anaknya.

Mila mengingat perjuangan Ibunya, dia menyesal telah menyakiti ibunya dengan meninggalkannya selama 3 tahun lamanya.

"Maafkan Mila, bu. Maafkan...." Lirih dalam hati.

Sebuah Rumah Sakit, Jakarta.

Mila berlari bersama Andre di antara koridor rumah sakit.

Mila tidak ingin membuang waktu sedikitpun, dia takut terlambat. Dia akan menyesal seumur hidup jika Eyang tidak melihatnya untuk terakhir kalinya.

Ibu Sri yang tengah menunggu dan berdo'a diluar begitu cemas dan khawatir. Berharap Ibunya sembuh dan berharap Mila saat ini ada bersamanya.

Begitu lelah Sri selama 2 hari lamanya menunggu Ibunya tanpa tidur. Dia merasa tidak tenang saat ibunya terbaring lemah tak berdaya. Saudara yang lain sudah mengingatkan Sri untuk tidur dan saling bergantian berjaga namun Sri tetap ingin terjaga. Dia tidak mau kehilangan waktu bersama Ibunya, dia takut bahkan sangat takut. Namun jika akhirnya sang ibu menyerah, Sri harus ikhlas melepaskan Ibu pergi selamanya. Karena itulah inti kehidupan... perpisahan.

Sri melihat ke arah koridor dan air matanya menetes tidak karuan. Mila terlihat tergopoh-gopoh bersama Andre.

Mila menangis ketika melihat wajah Ibunya yang mulai menua, dia melihat ibunya yang berjuang melawan penderitaan selama ini.

"Ibu... Maafkan Mila, bu..." Mila langsung memeluk Ibunya, Sri tidak dapat berkata-kata. Dia menangis memluk putrinya. Putri kecilnya, betapa rindu seorang Ibu kepada buah hatinya.
"Maafkan Ibu, ibu sangat menyayangimu.... terima kasih telah kembali...." Sri terisak-isak sambil merapihkan rambut anaknya.
Rasa sayang Sri tidak akan pernah berkuran sedikitpun, Mila menangis menciumi kedua pipi ibunya.

Broken (Under Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang