Hujan menyirami Kawasan Bandara Soekarno hatta. Kevin datang sangat terlambat, kedua orangtua Kevin sudah lama menunggu.
Kevin menghampiri mereka seraya memeluk penuh kerinduan ditambah dengan beban hari ini. Melihat kedua orangtuanya bagaikan pengobat hati yang tengah rapuh.
"Anak kita sepertinya tidak memakai jam tangan..." Sindir Ibu kepada Kevin karena keterlambatannya.
Kevin hanya bisa berkata, "I'm so sorry, Ma."
Ayah menepuk bahu Kevin seraya menyibakkan rambut putranya yang berserakan.
"Anything, alright?" Ayah melihat kesenduan di wajah Kevin.
Kevin menggelengkan kepala, dia tidak mau mereka khawatir.
Ibu sudah ingin pulang dan istirahat. Dia tidak sanggup berlama-lama menunggu Ayah dan anak yang tengah saling bertatapan penuh makna.
"Boys, bisakah kita bicara di rumah saja? Ibu sudah bosan disini. Ibu ingin pulang..." Rengek Ibu seperti anak kecil.
Ayah dan Kevin mengangguk, mereka segera masuk ke dalam mobil setelah memasukkan beberapa koper ke dalam bagasi mobil. Kevin menyetir tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Pikirannya tertuju pada Mila, dia tidak ingin Mila pergi dari hidupnya. Dan bagaimana agar bisa membuat kedua orantuanya bersedia secepat mungkin melamarkan Mila untuknya?
It's very complicated...
Setelah di rumah, Kevin tidak sabar bercerita perihal keterlambatannya menjemput mereka di Bandara Soeta. Ibu dan Ayah kevin tidak dapat berucap apapun. Ibu hanya terlihat mengambil nafas dalam-dalam. Mereka ragu jika putranya ini masih tetap ingin menikahi gadis yang selama ini dia dambakan meski dalam keadaan seperti itu.
Ibu merasa tidak adakah wanita lain yang bisa menundukkan hatiputranya selain gadis tersebut? Helloooo... diluar sana kenalan ibunya itu banyak, dan putranya itu is very handsome.
Serasa jatuh harga diri Ibunya saat ini, karena putranya ini tengah mati-matian mengejar cintanya.
Oh.. boys....
"Vin, biarkan dia menuntaskan masalahnya terlebih dahulu. Kamu tidak bisa memaksa wanita untuk kawin cepat kepadamu. And whyyy, anak ibu ini seperti yang kesurupan..." Ibu merasa heran dengan tingkah Kevin yang terlalu cepat mengambil keputusan.
Ayah mendengarkan sambil membaca koran, dia tidak terlalu mengambil pusing persoalan yang sedang di hadapi anak muda yang tengah di mabuk asmara.
"Pokoknya, malam ini kita ke rumahnya. Titik!!" Kevin bersikeras.
"Kamu ini bagaimana sih, mana mungkin dalam keadaan seperti itu kita melamar anaknya begitu saja. Pah, jelaskan dong. Ini anak mau menikah sama anak orang apa anak kambing sih?" Sahut Ibu lantas bertanya pada suaminya.
Ayah terdiam sejenak, dia menyimpan koran kemudian berkata, "Tidak ada acara pelamaran anak siapapun maupun anak kambing manapun. Apalagi selama keluarga besar calonmu itu masih bermasalah. Mereka nanti akan membawa nama kita, membawa reputasi keluarga besar kita. Kamu itu anak yang terdidik. Menikahi wanita tidak segampang yang kamu pikirkan. Kita negara yang menjungjung tata krama sopan santun. Semua tidak mengasal begitu saja, setelah semua masalah mereka bisa mereka atasi. Disitulah kita mulai merencanakan untuk datang secara terhormat melamar gadismu itu..." Ayah dengan kalem menjelaskan dengan panjang lebar.
"Kevin tidak mau berlama-lama... Kevin ingin.... " Belum selesai berbicara ibunya memotong pembicaraan.
"Ingin apa?? Tahan. Kamu itu pria dewasa mampu menahan syahwat kan?"
Kevin bukan ingin berkata seperti itu, dia hanya ingin berkata ingin mengeluarkan Mila dari penderitaannya.
"Bukan itu, Ma." Kevin mencoba menjelaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Broken (Under Editing)
Ficção AdolescenteMila seorang wanita tangguh dengan keluarga bergelimang harta harus menerima kenyataan telah kehilangan ayahnya selama dia berusia 7 tahun. Perceraian kedua orangtuanya menyisakan tanda tanya di hidupnya karena dia tidak mengerti apa yang terjadi di...