Singapura.
Sudah hampir 4 jam Mila menunggu Ibu Kedubes yang sedang check up. Rumah sakit di Singapura begitu bersih dan tenang. Fasilitas sangat lengkap sehingga tidak salah konglomerat di Indonesia selalu mempercayakan kesehatan mereka di Singapura.
But, I dont care... pikir Mila. Disini dia menjalankan tugas, sebenarnya bukan tugas negara sih. Namun menemani Ibu memeriksa kesehatan adalah tugas yang menyenangkan, setidaknya Mila bisa kabur dari rutinitas pekerjaannya yang padat.
"Thank you, doc. I'll be back tomorrow..." Ibu Kedubes berkata.
"Yeah, see you." Dokter berkata.
Mila melihat dokter itu sepertinya bukan berasal dari Singapura. I think he is Germany. Dokter melihat Mila dan sedikit terpana dengan kecantikan Mila.
Ibu Kedubes melihat itu dan segera memperkenalkan Mila.
"She is our employe's. She is Mila." Ibu Kedubes mempersilahkan Mila.
"Hello, I'm Mila." Mila memberikan tangan yang kemudia di susul Dokter itu. Mereka berjabat tangan.
"Edward, nice to meet you.."
"Nice to meet you, too."
Mila merasa salah tingkah, Ibu Kedubes segera berpamitan pada Dokter itu.
Mila memang merasa Dokter Edward terus memperhatikannya. Apakah dia sudah punya pasangan? Menatap wanita dengan pandangan seperti itu sungguh tidak sopan.
tiba-tiba Ibu Kedubes membuyarkan pikiran Mila, "So.. kita harus segera ke hotel. Mungkin selama 3 hari kita disini, ibu akan konfirm ke Bapak di London."
"Baiklah..." Mila menjawab simple saja, yeah just another days.
Mereka segera melangkah keluar RS menuju salah satu hotel yang disewa Ibu di sekitar orchard street.
Mila membantu Ibu kedubes membereskan barang di hotel, dia melihat keluar jendela hotel. Gedung menjulang tinggi, dan panorama orchard yang sungguh rapi dan orang yang berlalu lalang mengingatkan Mila pada suasana Jakarta. Tapi disini beda, disini tidak ada macet.
"Mila, tolong belikan Ibu roti dan beberapa minuman vitamin C di market. Maaf merepotkanmu... Ibu harus istirahat untuk medical test besok... " Pinta Ibu kedubes yang memang terlihat sangat lelah.
Mila mengangguk dan segera membawa tas menuju keluar kamar hotel, dia segera masuk ke lift menuju lantai bawah. Langkah Mila terasa begitu berat, dia lelah juga tetapi ini adalah tugas yang di percayakan padanya. Meskipun diluar kedinasan namun dia mendapatkan izin penuh untuk menemani istri pak kedubes. Kesibukan kedutaan besar RI di Inggris terbilang sangat ketat. Kerjasama antara RI dan Inggris sudah terbangun baik, dan hal itu harus terus dijaga oleh kedua belah pihak dengan baik. Inggris itu negara yang penuh dengan kedisiplinan, pemerintahan di pimpin oleh seorang ratu yang bernama Elizabeth. Mungkin kalau di Indonesia itu seperti ibu Megawati. Wanita yang berpengaruh dan terlihat masam pada orang. Mila tersenyum sendiri karena apa hubungannya Ratu Elizabeth dengan Ibu Megawati?
Mila berjalan keluar menuju market terdekat, dia melihat sudut kota yang begitu rapih, dan dipenuhi tourist asing.
Sedangkan disisi lain.
Kevin menutup laptopnya dan menghela nafas panjang. Dia duduk di kedai cofe di orchard street seperti biasa. Dia berdiri dan membungkuk mengambil tas, namun sesuatu menabraknya dari arah belakang.
"Ow... I'm sorry sir..." seorang wanita berkata karena tidak sengaja menabrak seseorang.
Kevin berdiri dan melihat, sempat ingin marah tapi ketika mendengar suara yang menabraknya seorang wanita Kevin menarik nafas dalam dan segera melihat siapa yang menabraknya.
Mereka berdua saling bertatapan.
"Kevin?" Mila melihat dengan wajah yang kaget.
Kevin jauh lebih kaget, dia tidak berkata apa-apa. Dia hanya menatap wajah Mila dan teringat hal yang tidak menyenangkan dalam hidupnya karena ulah wanita dihadapannya ini.
Kevin tidak menjawab, dia mengambil tas seolah dia tidak mengenal Mila dan kemudian pergi dari tempat favoritnya yang berubah menjadi tempat terburuk dalam hidupnya.
Mila hanya melihat kepergian Kevin, terasa sakit dada Mila. Hatinya tersayat karena mengapa Kevin seperti itu. Pastinya Kevin sangat membencinya. Mila tidak dapat berkata apapun.
Walaupun Mila menyembunyikannya, dia sangat kecewa. Apa salahnya? Andai Kevin tahu apa yang membuatnya melukai hati Kevin. Andai dia tahu, pasti Kevin tidak mungkin memperlakukannya seperti ini.
Tatapan Kevin menyiratkan kebencian, kekecewaan dan jijik. Mengenalnya adalah sebuah kesalahan besar. Namun, bukankah Kevin sudah melupakannya dan akan menikah? Kenapa mereka tidak berteman saja seperti dahulu. Tetapi siapa yang sanggup menjalani persahabatan dalam luka? Mila ingin kembali dicintai seperti dahulu oleh Kevin. Dia tidak layak mendapatkan Kevin, apalagi Ibu Kevin tidak merestui hubungannya dengan Kevin.
Mila sangat sedih... sedih sekali...
Dia merasa hidup tidak adil baginya...
Dia terlampau merasa istimewa ketika dicintai Kevin, dia hanya ingin cinta yang seperti Kevin tunjukkan kepadanya. Dia merasa sangat tersanjung dengan perjuangan Kevin kala itu.Mila ingin sekali menangis, tapi dunia akan mentertawakannya. Dia tidak mau lemah dalam kondisi terpuruk sekalipun.
Dia harus kuat dalam menghadapi hidup serta takdir untuk tidak dapat memiliki Kevin.
Siapa dia?
Siapa?
Mereka tidak diciptakan bersama, hanya cinta dan luka yang setia menemani mereka.
Mila kembali melangkahkan kakinya dengan hati menangis.
"Kevin, tahukan kamu jika aku tidak dapat mencintai laki-laki lain karena cintamu itu tidak dapat tergantikan oleh cinta manapun...
Kamu sosok sempurna yang aku butuhkan, tapi aku tidak layak... dan hal itu yang membuatku terus menderita berkepanjangan." Jerit hati seorang Mila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken (Under Editing)
Teen FictionMila seorang wanita tangguh dengan keluarga bergelimang harta harus menerima kenyataan telah kehilangan ayahnya selama dia berusia 7 tahun. Perceraian kedua orangtuanya menyisakan tanda tanya di hidupnya karena dia tidak mengerti apa yang terjadi di...