Who Are You?

2.3K 94 7
                                    

"Vika....", Bagas berlari menghampiri dan memegang lenganku.

Langkahku terhenti. Mendengar dia memanggilku seperti itu, membuatku teringat akan seseorang. Dan tiba-tiba ingatanku melayang pada sebuah masa...

Tiga tahun yang lalu...

((Flash Back))

"Vika....!!!", Alan berteriak memanggilku.

Aku tak menjawab. Aku tetap berjalan meninggalkannya tanpa sedikitpun menoleh ke belakang. Alan mengejarku dan meraih tanganku.

"Plis Vika... Dengerin dulu... Dengerin penjelasanku...!!!", teriaknya.

Aku segera menepis tangannya.

"Nggak ada lagi yang perlu dijelaskan. Mulai detik ini, jangan pernah menemuiku lagi!!!", ucapku.

"Vika... Bukan maksud aku untuk ngebatalin pertunangan kita... Ini hanya masalah waktu yang....", perkataan Alan terhenti saat aku menampar pipinya.

"Udah selesai bicaranya? Udah sana pergi sama perempuan itu...!!!", ucapku dengan penuh emosi.

"Perempuan siapa Vik? Nggak ada perempuan lain selain kam....", ucapan Alan terpotong lagi karena aku menutup telinga sambil berlari sekencang-kencangnya. Meninggalkan Alan yang berdiri mematung di ujung jalan.

Untung saja bus yg baru saja ku naiki segera berangkat meninggalkan halte sehingga Alan sudah tak mampu lagi jika mengejarku. Di dalam bus aku hanya bisa menangis. Mengenang dan mengingat segala yang pernah terjadi antara aku dan Alan. Seorang laki-laki yang ku kenal hampir tujuh tahun ini. Yang mampu mengisi kekosongan hatiku lima tahun terakhir hingga rencana melangkah ke jenjang yang lebih serius sudah terancang dalam pikiran kami.

Hubungan kami telah berakhir. Pertunangan yang sudah di depan mata pun kini sudah tinggal cerita. Kisah cinta yang selalu kami banggakan dan selalu membuat iri semua orang pun berakhir dengan pengkhianatan.

Semua ini karena tanpa sengaja aku mendengar percakapan Alan dengan perempuan cantik semalam waktu aku berniat memberinya kejutan di hari ulang tahunnya dengan datang ke kantornya. Masih sangat jelas percakapan mereka dalam ingatanku malam tadi.

"Jadi... Apa Mas yakin masih mau ngelanjutin pertunangan kalian?", tanya perempuan itu.

"Aku masih bingung Sa...", jawab Alan lirih.

"Kalo menurut aku sih... Batalin dulu pertunangan kalian... Itu kalo kamu masih sayang sama aku...", kata perempuan itu lagi sambil bergelayut manja di bahu Alan.

"Sudah pasti aku sayang banget sama kamu...", ucap Alan sambil mencium kening perempuan itu.

Selanjutnya aku sudah tidak sanggup mendengar dan melihatnya lagi. Alan mengetahui kedatanganku dan mengejarku. Menjelaskan apa yang baru saja terjadi di depan mataku.

Namun aku tak memperdulikannya. Aku tetap berlari pulang sambil berlinangan air mata. Alan terus mengejarku. Ku lemparkan cincin pemberiannya lima tahun yang lalu saat kita berdua jadian. Setelah itu aku tak menoleh ke belakang lagi. Dadaku sesak. Hatiku sakit dan hancur bukan main.

Tega sekali Alan mengkhianatiku. Mengkhianati hubungan yang kami jaga dan kami perjuangkan selama lima tahun ini.

Dasar pengkhianat!!! Brengsek sekali kau Alan!!! Begitu umpatku dalam hati... Ku coba untuk menghapus bayang-bayangnya yang susah sekali menghilang dalam ingatan. Wajah yang bertahun-tahun menghuni otakku, memenuhi seluruh isi kepalaku.

 Wajah yang bertahun-tahun menghuni otakku, memenuhi seluruh isi kepalaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tolong [jangan] Ceraikan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang