"M...Mas A..a.. Abi...", panggilku terbata-bata.
Semua yang ada di ruang tengah menoleh ke arahku. Dengan ekspresi yang berbeda-beda.
Dan aku bisa menebak, kehadiranku ini sangatlah tidak tepat bagi mereka.
_____
Vika
"Mbak Vika...!", Mbak Fitri segera berdiri dan menghampiriku.
Mas Abi juga menoleh ke arahku. Wanita yang tadi menggosok punggung Mas Abi pun menghentikan aktifitasnya dan beralih menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Siapa dia Bi?", tanya wanita itu tanpa sedetikpun mengalihkan pandangannya terhadapku.
"Di-di..dia... Dia...", ucapan Mas Abi terputus.
Aku menatap matanya. Dia pun menatapku. Mata kami saling bertemu. Sudah lama sekali mata kami saling beradu.
"Dia siapa Bi?", wanita itu mengulang pertanyaannya.
Aku semakin tidak sabar menunggu jawaban Mas Abi.
"Dasar mabok lu, ditanya malah ngelamun...", ujar wanita itu sambil mencubit gemas pipi Mas Abi.
Membuat detak jantungku mengamuk saat itu juga.
Lalu dia berjalan ke arahku dan mengulurkan tangannya. Bisa kulihat badannya bagus, tingginya semampai. Pakaiannya juga mewah. Aku sedikit minder.
"Kenalin, aku Karin.", ucapnya sambil tersenyum ramah.
Ooh.. Namanya Karin, batinku.
"Aku Vika.", balasku singkat.
"Emm... Mbak Karin... Udah malem nih, saya sudah siapkan kamar tamu untuk istirahat Mbak... Mari silakan saya anter...", kata Mbak Fitri memecah ketegangan suasana ruangan ini.
"Yuk Mbak. Eh Om Suryo mana? Tante Rani? Mbak Ajeng? Ahh... Pasti udah tidur ya? Eh... Bi, aku ke kamar dulu ya, jangan lupa cuci muka dulu sebelum tidur...", celoteh Karin dengan logat manja sambil bergelayut di bahu Mbak Fitri.
Kelihatannya dia sudah sangat akrab dengan keluarga ini. Tapi dia siapa? Kalau memang dia masih saudara sama Mas Abi, kenapa aku baru ketemu sekarang?
Ah... Mulai berkecamuk pikiran ini.
Akhirnya Karin dan Mbak Fitri pun meninggalkan Mas Abi yang masih diam seribu bahasa dengan tatapan yang masih mengarah padaku.
Begitu pula aku.
"Kenapa kamu nggak jawab pertanyaan Karin tadi Mas?", tanyaku lirih. Tetapi kemudian aku menyesal menanyakan hal ini padanya.
"Maaf Mas, aku hanya ingin berterimakasih, kamu udah menerimaku di rumah ini lagi. Jangan khawatir, besok aku pulang karna Papah juga udah baikan. Sekali lagi Makasih ya Mas...", kataku dengan wajah tertunduk.
Mas Abi tidak menjawab. Dia berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
Kemudian dia berhenti sejenak dan tanpa memandangku, dia berkata, "Pergilah sebelum aku bangun."
Ketika mulutku terbuka hendak menjawab, dia sudah menutup pintu kamarnya.
"Baiklah kalo itu yang kamu inginkan Mas...", sahutku lirih.
Aku berjalan perlahan dengan langkah gontai menuju kamarku. Sambil menghela nafas panjang, aku merebahkan tubuh letihku.
Hari yang melelahkan. Batinku.
Kupejamkan mataku dan sesaat kemudia aku sudah terlelap dalam tidur yang penuh lelah.
***
Abi
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong [jangan] Ceraikan Aku
RomanceKisah perjalanan seorang wanita di tengah segala pahit dan getirnya cobaan hidup. Vika, perempuan muda yang menemukan cinta sejatinya pada Abi, sosok laki-laki idamannya selama ini. Mencintainya berarti dia siap dengan segala pengorbanan. Menghadapi...