Bayang Semu

1.5K 94 12
                                    

Alan POV

Kurebahkan tubuhku di kasur setelah seharian merawat Vika. Dan baru saja mataku akan terpejam, aku dikejutkan suara gaduh di ruang tengah. Sepertinya Tante Rani dan Om Suryo sedang beradu mulut. Suara mereka terdengar jelas dari sini.

"Kebohongan apa lagi yang dia buat? Nggak cukupkah dia membuat anak kita menderita?", seru Tante Rani dengan nada emosi.

"Mamah itu selalu berpikir buruk sama menantu kita. Vika itu sedang sakit...", kata Om Suryo.

"Lalu kenapa semua ini kebetulan? Dia menikahi laki-laki yang masih saudara sama mantannya, apa ini bagian dari rencana balas dendamnya?", kata Tante Rani.

"Mah... Apa lagi yang ada dalam pikiranmu? Vika itu sama sekali nggak tau kalo Abi dan Bagas itu sodara. Bahkan dia udah nggak mengenali Bagas lagi sewaktu pertama mereka ketemu, sewaktu Vika masih buta...", jelas Om Suryo.

"Dan Papah percaya? Hah... Mau saja dibodohi sama perempuan nggak tau diri itu..."

"Mah...", sanggah Om Suryo terputus.

"Oooh... Aku tau... Dia pura-pura lupa ingatan karena dia tau kalo Bagas lebih kaya dari Abi. Makanya dia halalkan segala cara untuk bisa kembali lagi sama Bagas. Dasar perempuan licik!!!!", kata Tante Rani berhasil menyulut emosiku.

Aku segera keluar dari kamar dan menghampiri mereka di ruang tengah.

"Cukup Tante!!! Vika nggak seperti yang Tante pikirkan!!!", kataku dengan nada penuh emosi.

"Oh... Ternyata kamu juga masih cinta sama perempuan jalang itu ya? Apa sebenarnya yang kalian rencanakan hah?", tanya Tante Rani.

Aku membuang muka.

"Tante... Saya nggak bermaksud tidak sopan sama Tante dan Om... Tapi biarlah saya menjelaskan kebenarannya. Vika itu sedang sakit. Dia kehilangan ingatannya. Hanya ini satu-satunya cara untuk mengembalikan lagi memorinya. Masalah kehadiran saya di antara Abi dan Vika itu hanyalah kebetulan belaka. Nggak ada yang merencanakan. Ini di luar dugaan. Saya sama sekali nggak berniat merebut Vika dari Abi...", kataku.

"Itu nggak penting buat Tante. Kalo perempuan licik itu pergi dari hidup Abi, itu malah lebih baik. Nggak akan ada lagi kekacauan di keluarga kami. Nggak akan ada lagi yang akan merampas harta kami." kata Tante Rani.

"Apa kata Tante??? Merampas??! Harta??! Harta kami??!", tanyaku penuh emosi.

Raut wajah Tante Rani berubah menjadi merah padam mendengar pertanyaanku barusan. Aku sadar. Tak pantas rasanya aku bertanya seperti itu. Aku merasa tidak enak pada Om Suryo. Namun disisi lain biarlah ini menjadikan Tante Rani sadar akan sikapnya yang berlebihan terhadap Vika.

"Oh... Benar dugaan Tante... Kamu masih mencintai perempuan itu. Rencana apa yang kalian rangkai untuk menghancurkan Abi hah?", kata Tante Rani lagi.

Aku bergegas meninggalkan ruang tengah dan berjalan menuju kamar. Tak ada gunanya aku berdebat lagi dengan Tante Rani.

Kuhempaskan tubuhku di atas kasur. Aku membuang nafas kesal. Kenapa semuanya menjadi rumit seperti ini? Terlintas penyesalan dalam diriku atas apa yang telah kuucapkan tadi di depan Om Suryo.

Ayah... Ibu... Maafkan aku.

Sebentuk kenangan masalalu keluargaku tiba-tiba melintas di otakku.

Ayahku, Pak Widodo, dulu adalah pemimpin salah satu perusahaan paling terkemuka di Jakarta, bahkan di Indonesia. Ayahku memang seorang yang ulet dan pekerja keras.Kesuksesannya dalam mengelola perusahaan menghasilkan kekayaan yang seakan tiada habisnya. Ayah hanya mempunyai satu saudara, yaitu adik semata wayangnya, Om Suryo. Beliau lah yang selalu menjadi kepercayaan Ayah dalam di perusahaan. Om Suryo juga orang yang ulet dan jujur. Beliau selalu diandalkan Ayah setiap saat.

Tolong [jangan] Ceraikan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang