Aku melempar tas dan novelku di atas sofa kamar. Kemudian aku melepas flatshoes ku dan mulai berbaring di atas kasur dengan perlahan.
Dug.
Satu tendangan lembut ku rasakan dari dalam perutku. Aku tersenyum sambil membelainya.
"Bunda nggak pa-pa Sayang... Cuma capek dikit...", kataku sambil menunduk menatap perutku yang makin membuncit.
Aku memposisikan tubuhku agar lebih nyaman dan mulai memejamkan mata. Masih ada waktu untuk istirahat beberapa jam lagi sebelum aku berangkat praktek sore di klinik.
Baru saja aku mata ini terpejam, aku kembali terbangun oleh suara dering ponselku di dalam tas. Dengan rasa malas aku mengambil tas dan mencari ponselku di dalamnya.
Sebuah nomor yang tak dikenal.
Ada perasaan ragu untuk mengangkatnya.
Aku hanya memandang layarnya dan enggan sekali menerima panggilan itu.
Tuut.
Panggilan tak terjawab.
Aku meletakkan ponselku di atas ranjang.
Barusaja aku akan merebahkan tubuhku kembali, ponselku kembali berdering.
Seperti tadi.
Nomor tak dikenal.
Dengan rasa was-was, aku memegang ponselku dan menyentuh tombol hijau yang berarti aku menerima panggilan itu.
"Hallo..."
"Mbak Vika..."
"Siapa ini?"
"Ini Fitri Mbak... Mbak Vika masih inget?"
"Mbak Fitri? Tentu saja aku masih inget Mbak... Apakabar?"
"Saya baik Mbak... Mbak Vika gimana? Sehat? Mbak Vika dimana sekarang? Saya nyariin Mbak... Saya sudah dua kali kerumah Mbak Vika tapi Mbak Vika nggak ada..."
Suara Mbak Fitri yang polos mendadak parau seperti menahan tangis. Aku tersenyum.
"Aku sehat Mbak... Mbak ngapain nyariin saya? Kangen ya? Eh... Tapi kok Mbak bisa dapet nomerku?"
"Saya nyuri nomer Mbak Vika dari hapenya Mas Abi Mbak... Kemarin malem waktu Mas Abi pergi dan hapenya ketinggalan di pantry. Jangan bilang-bilang ya Mbak..."
Aku tersenyum geli. Aku mau bilang sama siapa coba Mbak? Batinku.
"Mbak... Beneran ya jangan bilang-bilang..."
Aku tertawa agak keras.
"Nggak mungkin lah Mbak... Oh iya berarti Mas Abi masih nyimpen nomerku dong ya Mbak? Kok Mbak Fitri bisa ketemu nyari kontak saya di hapenya Mas Abi?"
Aku mulai sedikit kepo.
"Langsung ketemu lah Mbak... Saya lihat di kotak masuk Mas Abi, pesan-pesan dari Mbak Vika masih ada semua. Kontak Mbak, namanya masih 'istriku'. Bener kan dugaan saya Mbak, Mas Abi sebenernya masih cinta sama Mbak Vika..."
Kata-kata Mbak Fitri mulai ngelantur. Meski dalam hati aku tak bisa memungkiri bahwa aku senang mendengarnya.
"Sudah sudah Mbak... Jangan mengada-ada... Lalu kenapa Mbak Fitri nyariin aku sampe buka-buka hapenya Mas Abi?"
"Saya terpaksa melakukannya Mbak... Saya harus mencari Mbak... Saya harus menceritakan semua ini..."
"Ada apa Mbak? Cerita apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong [jangan] Ceraikan Aku
RomanceKisah perjalanan seorang wanita di tengah segala pahit dan getirnya cobaan hidup. Vika, perempuan muda yang menemukan cinta sejatinya pada Abi, sosok laki-laki idamannya selama ini. Mencintainya berarti dia siap dengan segala pengorbanan. Menghadapi...