De Javu...

1.4K 93 9
                                    

"Oooh... Abi mana? Nganterin kamu kan?"

Deggg!
Abi?
Abi???
Siapa dia?
Kenapa jantungku berdebar tak karuan mendengar namanya?

Otakku serasa penuh ketika mengingat nama itu. Sekilas tampak sesosok bayangan dalam ingatanku. Kupejamkan mataku agar dapat dengan jelas mengingat-ingat sosok itu. Dan benar, dalam ingatanku muncul laki laki berparas tampan dengan rambut ikal dan senyum menawan. Berkemeja biru dan sedang menatapku.

Aku dapat melihatnya dengan jelas di ingatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku dapat melihatnya dengan jelas di ingatan. Dia sedang memelukku. Dia menyentuhku. Dia berkata padaku...

"Jangan pernah takut dengan apa yang belum terjadi, kita hadapi semuanya bersama-sama, berdua... Aku nggak akan pernah meninggalkanmu istriku..."

Deg!

Ya Tuhan!

Kata-kata itu begitu terngiang-ngiang di telingaku.

Abi?

Istriku?

Aku?

Istri?

Otakku serasa memaksaku untuk mengingat-ingat apa yang sedang terjadi padaku saat ini. Namun semakin aku mengingatnya, kepalaku semakin pusing sekali rasanya.

"Vik... Vika... Kamu kenapa? Kamu nggak papa kan? Vika....", suara Erra kembali membuyarkan lamunanku.

Aku membuka mataku. Namun yang kurasakan semuanya berputar. Kepalaku semakin pusing. Aku memegangi kepalaku. Tubuhku limbung.

"Vikaaaa....", teriakan Erra mengingatkanku pada sebuah masa.  Masa dimana aku jatuh dihempas mobil dan terpental jauh di trotoar. Otakku terus berfikir dan mengingat kejadian itu. Kejadian itu di depan sebuah rumah sakit. Aku sedang terburu-buru ingin menemui seseorang.

Iya. Aku ingin menemui seseorang.

Mas... Mas A-- Mas A--bi...

Mas Abi.

Iya!

Mas Abi.

Abi?

Apakah Abi yang tadi Erra sebut?

Buuuuggggg!!!!
Aku terjatuh.

Namun sebuah tangan kokoh menangkapku. Kupejamkan mataku dan meringis menahan sakitnya kepalaku.

"Kamu nggak papa?"

Suara itu?

Sepertinya aku pernah mengalami kejadian seperti ini juga. Lalu aku teringat anak-anak tangga, kegelapan, dan sebuah tangan kokoh juga yang sedang menangkapku ketika aku sedang terjatuh.

"Vika... Vika... Kamu nggak papa?"

Aku membuka mataku. Ku lihat pemilik tangan kokoh yang sekarang sedang mendekapku.

Tolong [jangan] Ceraikan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang