Vika POV
Aku terbangun dari tidurku. Kepalaku rasanya berat sekali. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali. Ruanganpun tampak sepi. Kuputuskan untuk duduk perlahan sambil menahan pusing. Dan tiba-tiba...
Kreeek... Pintu terbuka. Tampak Alan berdiri disana.
"Sayang... Darimana aja?", tanyaku.
Alan tersenyum menghampiriku. Sepertinya biasanya, dia memelukku. Dan aku selalu bahagia saat menenggelamkan kepalaku di dadanya. Rasa pusingku sedikit berkurang.
"Kamu udah baikan?", tanya Alan.
"Seperti yang kamu lihat...", jawabku.
"Yang aku lihat sekarang adalah gadis manja yang berantakan banget mukanya...", goda Alan sambil memainkan hidungku.
Aku mencubit perutnya.
"I love you...", ucap Alan tepat di telingaku.
Aku menjauhkan telingaku tanpa sadar. Rasanya aneh. Kemarin-kemarin sepertinya setiap dia berkata "i love you", rasanya aku ingin segera membalasnya. Tetapi kenapa ini tidak? Bergetar pun tidak hatiku.
"Are you okay Vik?", Alan membuyarkan lamunanku.
"Oh.. Eh.. Ya, I'm okay... Ambilin aku minum donk Sayang...", pintaku.
"Baik Tuan Putri...", Alan beranjak menuju meja dan mengambilkanku air putih.
Aku menatapnya. Entah apa yang kupikirkan. Aneh. Ketika menatapnya, ada sesosok bayangan yang tiba-tiba melintas di otakku. Entah bayangan siapa itu.
"Lan... Kata dokter aku sakit apaan? Trus kapan aku boleh pulang?", tanyaku.
Alan menatapku dengan wajah bingung. Kemudian dia menjawab,
"Eh... Ehm.. Anu... Ty--typus.. Iya kata dokter typus mu kambuh lagi Sayang... Hari ini kita pulang, bersiaplah...", kata Alan terdengar gugup.
"Lan... Nggak ada yang kamu sembunyiin dari aku kan?", tanyaku sambil bergelayut manja pada bahu Alan.
Alan mengecup keningku sambil tersenyum. Lalu aku memeluknya lagi. Senyuman dan kecupan Alan sepertinya sudah menjawab pertanyaanku. Aku yakin semua akan baik-baik saja ketika dia ada di sisiku.
Meski di dalam pelukannya, hatiku tetap merasa aneh, hampa.
***
Aku berjalan memasuki kamar tidurku dipapah Ibu. Alan membawakan barang-barangku dan membereskannya. Sesampainya di kamar, aku menghirup nafas dalam-dalam. Rasanya aku sudah lama sekali meninggalkan ruangan ini. Aku sangat merindukannya.
"Vika... Kamu istirahat dulu ya... Aku mau pulang, biar kamu bisa tidur dengan nyenyak...", kata Alan.
Aku cemberut. Ku pegang tangan Alan untuk mencegahnya pergi.
"Nyanyiin dulu... Sampe aku tertidur...", pintaku dengan nada manja khas diriku.
Alan tersenyum lalu berjalan mengambil gitar yang tergantung di sudut kamar.
"Lagu kesukaanku ya...", pintaku bersemangat.
"Everything for you Honey...", Alan mengusap rambutku.
Aku tersenyum kegirangan.
Kupejamkan mataku saat jemari Alan mulai memetik gitar memainkan nada yang sangat kukenal.
"....Aku tak tau apa yang terjadi... Antara aku dan kau... Yang ku tau pasti... Ku benci untuk mencintaimu...."
Benci untuk Mencintaimu milik Naif. Lagu kesukaanku. Alan selalu menyanyikannya dengan suara yang lembut dan merdu hingga mengantarkanku ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong [jangan] Ceraikan Aku
RomansaKisah perjalanan seorang wanita di tengah segala pahit dan getirnya cobaan hidup. Vika, perempuan muda yang menemukan cinta sejatinya pada Abi, sosok laki-laki idamannya selama ini. Mencintainya berarti dia siap dengan segala pengorbanan. Menghadapi...