Melihatmu lagi...

2.1K 129 19
                                    

Abi POV

Aku keluar dari rumah sakit dengan perasaan yang tak menentu. Berkali-kali aku mengacak-acak rambutku sendiri pertanda buntunya pikiranku.

"Vika... Nak... Kamu dimana? Vika..."

Kata-kata Papah itu masih terngiang di telingaku. Sudah hampir seminggu ini Papah mengigau dan berkata seperti itu.

Membuatku frustasi.

Begitu pintarnya perempuan itu membuat kesan mendalam di hati Papah. Hingga dalam keadaan seperti ini pun, perempuan bisa memberi kekuatan di dalam sakitnya.

Dan sialnya, aku pun masih merasakan kekuatan itu. Kekuatan yang perempuan itu ciptakan dalam diriku.

Kudengar dia sudah pindah rumah di Bandung. Baguslah... Setidaknya itu akan membuatku sulit bertemu dengannya. Meski sebenarnya itu membuatku tersiksa.

Aku menghempaskan tubuhku di belakang kemudi. Kutangkupkan kedua telapak tanganku di atas wajah. Rasanya otakku tak bisa berfikir lagi.

Aku pun mulai mengemudi tanpa tujuan dengan pikiran yang melayang tak tau kemana.

Bagaimana mungkin aku menghadirkan 'dia' kesini untuk Papah?

Sedangkan aku tau, di hatinya sudah pasti tertanam kebencian pada keluarga ini.

Dan bertemu dengannya lagi, itu adalah hal mustahil yang dapat aku lakukan.

Aku tak bisa melihatnya lagi. Itu akan membuka memori pahit yang setiap hari membayangi langkahku.

Sosok perempuan yang kucintai, yang selama ini kuperjuangkan, yang kuharap bahagia menyambut kepulanganku... Kini kudapati dia sedang memeluk laki-laki lain. Laki-laki yang kupercaya menjaganya, merawatnya. Yang ternyata tanpa sepengetahuanku, mereka adalah sepasang kekasih yang masih saling cinta.

Ciiit....!

Aku menginjak rem mendadak dan membanting stirku ke tepi jalan. Hampir saja aku kehilangan kemudiku dan menabrak penyeberang jalan di sebuah area perkantoran.

Kutelungkupkan wajahku di atas kemudi sambil menghela nafas panjang.

Selalu seperti ini.

Selalu begini jika ingatanku tentang peristiwa di bandara itu kembali memenuhi otakku.

Sakit.

Perih.

Marah.

Itu yang kurasakan. Pengkhianatan itu benar-benar membuatku gila.

Semua itu membuat hidupku berubah. Hidupku seakan tak ada tujuan.

Arrrghh!

Kusulut sebatang rokok untuk menenangkan pikiranku.

Ya, akhir-akhir ini aku melampiaskan kekalutan pikiranku hanya dengan rokok dan alkohol.  Dengan itulah aku bisa sedikit lepas dari segala kepenatan.

Aku memarkirkan mobilku di sebuah cafe pinggir jalan. Mungkin seteguk martiny bisa menenangkanku siang ini.

Aku keluar mobil dan berjalan menuju pintu cafe. Sepertinya jam makan sudah selesai. Itu bisa dilihat dari pengunjungnya yang tidak terlalu ramai.

Aku melihat-lihat ke segala penjuru ruangan cafe ini. Mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat dari carut marutnya pikiran.

Aku menemukannya.

Sebuah sofa kosong di sudut ruangan. Hanya berisi dua perempuan yang sedang asyik mengobrol.

Tolong [jangan] Ceraikan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang