Lelaki Pengecut

6.2K 279 67
                                    

Abi POV

Aku melepas kepergian Karin diujung pintu rumah dengan lega. Satu persatu masalahku sepertinya akan selesai.

Tekadku sudah bulat. Hari ini aku berniat mencari Vika. Entah kenapa dorongan ini begitu kuat. Aku sudah tidak akan lagi mendengarkan Mamah dan Mbak Ajeng siapapun yang berusaha menghalangiku untuk bersama Vika.

Aku akan menebus dosaku.

Bagaimanapun caranya.

---

Kuawali pencarianku dengan menghubunginya. Kontak ponsel bernamakan 'istriku' segera kupanggil.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan"

Aku berusaha tenang. Mungkin ponselnya sedang mati.

Kali ini aku mencoba mengirim pesan di nomornya.

"Vika, kamu dimana? Aku ingin bertemu"

Terkirim.
Tapi tak terbaca.

Aku segera menyambar kunci mobil dan melajukannya menuju rumah Vika dulu. Barangkali ada seseorang yang bisa kutanyai. Karena aku tau, dia dan ibunya sudah tidak berada di Jakarta sejak beberapa bulan terakhir ini.

Sepanjang perjalanan yang sangat banyak kenangan bersamanya. Otakku saat ini dipenuhi oleh kenangan yang terputar begitu jelas. Berkali-kali aku merutuki diriku sendiri dan berkali-kali pula aku beristighfar memohon ampun pada Nya sebelum nanti aku bersimpuh dihadapan Vika.

Mobilku mulai memasuki pekarangan rumah. Tak kulihat ada tanda kehidupan disana. Rumputnya tinggi menjulang disertai beberapa ranting kering dibawah pohon Mangga.

Rumah ini sepi. Tak berpenghuni.

Rumah dimana dulu kami mengikat janji suci.

Yang akhirnya aku khianati.

Bodoh sekali kau Abi.

Teriak dewi batinku.

Mataku mencoba mencari sekeliling. Barangkali ada orang yang bisa kumintai informasi. Rumah ini memang jauh dari keramaian dan tak bertetangga. Aku hampir saja putus asa. Namun beruntung ada seorang ibu penjaja nasi kuning melintas.

"Maaf Bu, Ibu tau kemana pindahnya pemilik rumah ini?", tanyaku sopan sembari menghampiri si Ibu.

"Lho Mas... Rumah ini sudah kosong semenjak Ibu pindah kesini 6 bulan yang lalu...", jawab si Ibu.

"Oooh... Baiik Bu, terimakasih informasinya..."

"Sama-sama Mas..."

Kucari kemana lagi istriku?

Kemana lagi aku harus menemukan suara tangisan yang mampu mengubah pikiran dan egoku?

Aku duduk di kursi teras yang sudah usang.

Rumah sakit.

Astaga, kenapa aku tak kepikiran tempat itu?

Tempat dimana dia kemarin melahirkan.
Tempat dimana Papah menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya.

Otakku mengurut kejadian tiga hari yang lalu. Vika jatuh pingsan dengan wajah yang pucat. Pasti dia ada di rumah sakit.

Ya Tuhan! Apakah dia baik-baik saja?

Aku melajukan mobilku dengan kencang. Berkali-kali aku meng-klakson pengendara lainnya agar tidak menghalangi kendaraanku. Berkali-kali pula lampu merah ku terobos. Aku tak mempedulikan maki-makian pengendara yang merasa jengkel atas ulahku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tolong [jangan] Ceraikan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang