Rumit

1.7K 88 13
                                    

Karina Putri Atmaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karina Putri Atmaja.

Wanita yang hampir mengetahui semua setengah dari kehidupanku. Dulu.

Yang tiba-tiba menghilang, lalu tiba-tiba datang.

Ah... Sepertinya malam ini tak seburuk dugaanku tadi, batinku.

Aku tersenyum sendiri sambil membawa dua gelas minuman dan berjalan menuju wanita yang sedari tadi tersenyum riang menatapku dari kejauhan.

***
Abi

"Udah ku tebak kamu pasti ada disini... Bener kan?", kata Karin membuka pembicaraan.

"Kok kamu bisa nebak gitu?", tanyaku sambil meletakkan gelas minuman.

"Sesampainya di bandara, tadi aku nelpon rumah, aku dulu janji kan kalo aku pulang, orang yang pertama kutemui adalah kamu? Ehhh.. Bukan aku sih yang janji, tapi kamu yang maksa aku buat bikin janji konyol kayak gitu...", ujarnya sambil manyun.

"Tapi yang ngangkat cewek, muda sih kayaknya. ART mu ya Bi? Mbak Fitri udah resign?", tanya Karin.

Pasti Vika yang angkat, batinku.

"Dia bilang apa?", tanyaku dengan mimik serius.

"Dia bilang kamu keluar barusan. Nggak tau aja, feeling ku kamu ada disini. Dan ternyata benar kan?"

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Dan seperti biasa, aku jadi pendengar setia Karin saat dia sudah berceloteh ria kemana-mana.

"Jadi kamu nggak jadi ke Italy?!!", tanyaku sedikit terkejut ditengah asyiknya Karin bercerita.

"Ternyata Papi udah urus semuanya biar aku bisa kuliah di Aussie, biar aku bisa tinggal bareng sama Kak Nathan, biar ada yang ngurusin aku katanya... Bete kan jadinya... Tiga tahun tinggal sama orang yang nggak menginginkan aku tinggal sama dia? Tau kan kalo aku adalah intelnya Papi kalo soal kenakalan Kak Nathan? Huh...", Karin bercerita dengan ekspresi cemberut yang bikin aku nggak tahan buat mencubit hidungnya.

"Aww... Masih ya... Ngerusak hidung mancung sedunia ini?", Karin mengelus-elus hidungnyabyang memerah dan balas menjambak rambutku hingga acak-acakan.

Aku hanya tertawa melihatnya.

"Untung aja di Aussie masih ada si Bagas yang nemenin aku kemana-mana. Kalo nggak ada dia, bisa nggak selese kuliahku... Lagian kamu kenapa sih pake ganti nomer melulu? Jadi playboy kamu selama aku nggak ada?", lanjut Karin.

Aku mengerutkan kening agak terkejut.

"Jadi... Kamu ketemu Bagas disana?", aku mengalihkan pembicaraan.

"Ya gimana nggak ketemu? Alasan kedua Papi mengirim aku ke Aussie kan karena si Bagas jelek itu!", jawab Karin yang malah bikin aku tambah penasaran.

Tolong [jangan] Ceraikan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang