Sehari kemudian.....
Vika POV
Ku buka mataku pelan-pelan. Kukerjapkan mataku dan kupandangi sekeliling. Sepertinya aku di sedang di rumah sakit. Kulihat Ibu sedang tertidur pulas di sofa samping ranjangku. Kurasa Ibu kelelahan menjagaku.
Badanku terasa lebih baik sekarang. Bahkan lebih ringan dan segar sekali rasanya. Tetapi kenapa aku bisa berada disini? Apa yang membawaku kesini dengan selang yang menempel di venaku. Aku memejamkan mata dan mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi padaku.
Segala memori memenuhi ingatanku bagai kaset video yang sedang disetel di televisi. Aku dapat mengingat secara detail segala kejadian yang menimpaku beberapa waktu ke belakang.
Kecelakaan...
Mas Abi...
Buta...
Menikah...
Mamah...
Bagas...
Operasi...
Janji...
Hilang ingatan...Semuanya...
Semuanya tergambarkan secara jelas dalam ingatanku.
Al--Alan?
Aku mengulang putaran video dalam ingatanku berkali-kali. Untuk memastikan tentang apa yang sedang kupikirkan saat ini.
Ja--jadi... Ba--bagas adalah... A-Al--Alan...???
Ya Tuhan!!!
Apa yang sedang dia lakukan disini? Apa yang sedang dia rencanakan untukku?
Lalu apa yang aku lakukan kemarin bersama dia?
Memeluknya?
Bersama dia seolah-olah kami adalah sepasang kekasih?Ya Tuhan! Seburuk itukah ingatanku kemarin? Aku menepuk-nepuk kepalaku sendiri.
Aku dapat mengingat jelas percakapan pertama kami beberapa waktu yang lalu. Ketika dia menolongku di tangga. Ya! Jadi ternyata waktu itu dia??? Kenapa dia berbohong untuk tidak mengenaliku?
Lalu kata-kata yang dia ucapkan sebelum aku masuk ruang operasi itu...
"Berjanjilah satu hal untukku Vik... Jangan pernah marah sama aku..."
Aku semakin tidak mengerti apa maksud Alan. Hanya satu hal yang aku sadari. Bahwa feelingku dulu pada Bagas itu adalah benar adanya. Suara Bagas dan Alan yang semula kukira hanyalah kemiripan belaka, ternyata mereka memanglah orang yang sama.
Namun yang membuatku tak habis pikir adalah sikapnya. Kenapa dia masih seperti dulu? Masih sama saat kita pacaran dulu?
Ah sudahlah...
Kubuang jauh-jauh pikiranku tentang Alan, atau tentang Bagas, tepatnya tentang laki-laki masalaluku bernama Alandika Bagaskara. Karena meski hanya mengingatnya saja, itu akan membuka luka lamaku kembali.Sekarang yang ingin kuingat hanyalah suamiku, Mas Abi. Ah... Sudah lama sekali aku tidak mendengar suaranya. Sedang berada di belahan bumi manakah dia sekarang? Rasa rinduku ini tiba-tiba menyeruak.
Aku mencoba untuk bangun perlahan-lahan agar tidak membangunkan Ibu. Aku mencari ponselku. Kucari di dalam tas dan di meja pun tidak kutemukan. Lalu aku mencoba membuka lacinya. Namun suara deritan laci cukup keras hingga membuat Ibu terjaga.
"Vika... Nduk... Kamu udah sadar?", tanya Ibu setengah berteriak sambil berdiri dan menghampiriku.
Aku tersenyum dan mengangguk. Kemudian Ibu memelukku erat. Tak lama kemudian pintu terbuka. Tampak Papah berjalan masuk ke ruangan dan tiba-tiba tertahan setelah melihatku. Papah berhenti dan berdiri mematung.
"Papah...", sapaku sambil tersenyum padanya.
"Vik--Vik-a... Nak... Ka--kamu...", teriak Papah terbata-bata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong [jangan] Ceraikan Aku
RomanceKisah perjalanan seorang wanita di tengah segala pahit dan getirnya cobaan hidup. Vika, perempuan muda yang menemukan cinta sejatinya pada Abi, sosok laki-laki idamannya selama ini. Mencintainya berarti dia siap dengan segala pengorbanan. Menghadapi...