Vika POV
"Jadi memang benar apa yang Mamah selalu bilang? Apa yang kalian lakukan disini Vika!!! Bagas!!!", aku terkejut mendengar suara itu.
Segera kulepaskan pelukan Alan dan aku menoleh ke arah suara tersebut.
"Mas Abi!!!", mataku membulat sempurna ketika melihat sosok yang kurindukan selama ini ada di depanku.
"Maaf kalo kedatanganku merusak kemesraan kalian...", ujarnya sambil berbalik dan menenteng kopernya meninggalkanku dan Alan.
"Mas... Mas... Ini nggak seperti yang Mas Abi pikirkan... Mas... Tolong... Tunggu... Mas...", teriakku sambil berlari mengejar Mas Abi.
Mas Abi tidak menghiraukan kata-kataku. Dia tetap berjalan dengan cepat sampai aku tak bisa mengejarnya.
"Abi!!! Kau salah paham Bro...!", akhirnya Alan berhasil mengejar Mas Abi dan meraih ujung pundaknya.
Mas Abi menghentikan langkahnya tanpa berbalik.
"Ambil saja, aku hanya orang ketiga dalam hubungan kalian...", kata Mas Abi lirih sambil memalingkan wajahnya.
"Nggak ada orang ketiga, keempat atau berapapun... Jangan berpikir bodoh Bi, kamu hanya salah paham...", kata Alan sambil berjalan ke depan Mas Abi hingga posisi mereka berhadapan saat ini.
"Bukan pikiranku yang bodoh, tapi aku memang bodoh. Sampai nggak pernah sadar bahwa selama ini aku memang berada di posisi paling bodoh. Yaitu di tengah-tengah kalian...", ucapnya lagi.
Kali ini aku mendekati Mas Abi, berusaha untuk menjelaskan keadaan ini.
"Mas... Yang aku lakukan disini hanya untuk berterimakasih pada Alan karena...", belum sempat aku meneruskan kalimatku, Mas Abi kembali berjalan dengan sangat cepat meninggalkan aku dan Alan.
"Aku akan mengejarnya!", ujar Alan.
"Tapi pesawatmu..."
"Aku nggak akan bisa pergi kalo keadaan jadi seperti ini...!", sahut Alan sambil berlalu meninggalkanku yang masih berdiri mematung di tengah orang yang berlalu lalang di bandara.
Aku masih tidak percaya atas apa yang baru saja terjadi. Beribu pertanyaan berkecamuk di dalam hatiku.
Kenapa Mas Abi ada di sini?
Apa yang dia lakukan?
Kenapa dia tidak mengabari kami kalau dia mau pulang?
Lalu apa yang dia pikirkan tentangku?
Tentang Alan?
Tentang kami berdua?Dan apa maksud dari perkataannya tadi?
Apa yang telah Mamah katakan tentang aku padanya?Dia pasti salah paham. Ah kenapa jadi rumit begini???
Aku membuang nafas kesal dan berlari keluar bandara berharap Mas Abi masih bisa ku kejar.
Langkahku terhenti seketika saat aku melihat Alan berdiri menyaksikan sebuah taksi yang perlahan meninggalkan bandara. Dapat aku tebak bahwa taksi itu yang membawa Mas Abi pergi.
"Apa yang terjadi Vik, Lan?", Papah setengah berlari menghampiri kami.
"Dimana suamiku Lan?", tanyaku sambil mengguncangkan badan Alan membuat Papah semakin kebingungan.
"Suami? Apa yang terjadi Vik?", tanya Papah lagi.
"Mas Abi ada disini Pah... Dia melihat saya sama Alan, sepertinya dia salah paham tentang kami...", jelasku terbata-bata menahan tangis.
"Abi??!! Dia pulang? Kok nggak kasih kabar? Dimana dia sekarang?", tanya Papah bertubi-tubi.
"Dia pergi dengan taksi itu Om... Hati dan pikirannya sedang dirasuki iblis bernama cemburu. Udah... Biarkan dia tenang dulu. Nggak ada gunanya ngomong sama dia sekarang. Lebih baik jangan temui dia dulu Vik, pulang dulu sekarang. Biar aku yang ngomong sama Abi. Aku akan pulang ke rumah sama Om Suryo sekarang...", kata Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong [jangan] Ceraikan Aku
RomanceKisah perjalanan seorang wanita di tengah segala pahit dan getirnya cobaan hidup. Vika, perempuan muda yang menemukan cinta sejatinya pada Abi, sosok laki-laki idamannya selama ini. Mencintainya berarti dia siap dengan segala pengorbanan. Menghadapi...