Lagi baik hati nih aku, nih aku kasih new update... Sebagai balasannya, kalian harus kasih vote yah... Happy reading, sorry for typo, ngetiknya sambil ngawasin anak-anak maen sepedaan 😂
___"Kamu beneran nggak pa-pa Nduk mau ke Jakarta sendirian?", tanya Ibu.
Aku hanya tersenyum menanggapinya. Tanganku sibuk memasukkan baju dan keperluan ke dalam koper kecil.
Pertanyaan ini sudah aku dengar beberapa kali keluar dari mulut Ibu sejak tadi sore aku mengutarakan niat untuk menjenguk Papah. Aku tahu Ibu sangat khawatir terhadap keputusanku. Tentu saja beliau juga khawatir anaknya akan disakiti lagi oleh mereka.
Setelah aku merapatkan resleting koper, aku segera duduk disamping Ibu dan menggenggam tangannya.
"Bu... Nggak usah terlalu khawatir sama Vika. Semua yang udah Vika alami beberapa waktu ini, membuat Vika menjadi lebih kuat menghadapi apapun. Ibu percaya deh, Vika nggak pa-pa pergi sendiri. Disana kan ada Erra... Ibu bisa telpon Erra kalo masih khawatir sama Vika... Ok?", kataku sambil mencium tangan Ibu.
Ibu mengelus perutku sambil berkata pada cucunya di dalam sana, "Ibumu ini memang keras kepala Nak... Kalo udah punya kemauan, apapun dan siapapun nggak akan bisa mencegahnya..."
Aku tersenyum lalu kupeluk Ibu erat-erat.
"Makasih ya Bu... Kalo bukan karena Vika banyak berhutang budi sama Papah, Vika pasti nggak akan pergi ke Jakarta lagi... Kasian Papah Bu..."
"Sampaikan salam Ibu pada Pak Suryo ya... Sampaikan juga maaf Ibu yang nggak bisa ikut kesana karena pekerjaan...", kata Ibu.
Aku mengangguk pasti.
"Yaudah... Sekarang istirahat. Keretamu pagi kan? Jaga kesehatanmu..."
"Siap Bos!"
Ibu membelai rambutku dan mencium pucuk kepalaku sebelum kemudian keluar kamar.
Aku menghela nafas sambil memandang koper kecil di sampingku.
Aku bingung dengan perasaanku sendiri.
Di satu sisi aku ragu untuk pergi ke Jakarta karena kenangan pahit yang menimpaku beberapa bulan yang lalu. Namun di sisi lain, hatiku tak bisa dipungkiri, bahwa aku sebenarnya sangat senang jika dengan ini aku masih ada harapan untuk bisa bertemu dengan ayah bayi yang sedang ku kandung ini.
Aku memejamkan mata saat tiba-tiba sosok wajah dengan segala guratannya itu memenuhi isi kepalaku.
Hingga tanpa sadar aku mengucap namanya sebelum akhirnya aku terlelap dalam pekatnya malam ini.
Mas Abimanyu Alamsyah.
Suamiku. Ya, dia masih suamiku. Dan semoga dia akan tetap jadi suamiku, sampai kapanpun.
***
"Terimakasih Pak... ", ucapku sambil memberikan uang tip pada seorang porter setengah baya yang membawakan koperku sesampainya di luar stasiun.
Aku menghirup nafas panjang kemudian ku hembuskan dengan perlahan.
"Selamat datang Jakarta... Selamat datang kenangan...", ujarku pada diriku sendiri sambil mengelus perutku.
Tak cukup lama aku berdiri di halte depan stasiun, sebuah mobil hitam berpelat B berhenti di depanku.
"Vikaaaaa...."
Sesosok wajah muncul di balik jendela mobil itu.
"Erraaaa....", balasku.
Dengan setengah berlari Erra menghampiriku. Aku berdiri menyambutnya. Lalu tanpa berkata apapun, kami saling berpelukan. Rindu sekali rasanya, lama tak berjumpa dengan sahabatku satu-satunya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong [jangan] Ceraikan Aku
RomanceKisah perjalanan seorang wanita di tengah segala pahit dan getirnya cobaan hidup. Vika, perempuan muda yang menemukan cinta sejatinya pada Abi, sosok laki-laki idamannya selama ini. Mencintainya berarti dia siap dengan segala pengorbanan. Menghadapi...