"Alan... Sayang... Sini cepetan..."
Ya Tuhan!!! Apa aku sudah gila?
Apa benar apa yang kudengar barusan? 'Sayang'??? Apa yang sebenarnya terjadi pada Vika?
Aku menatap Ibu, Ibu juga menatapku. Kami berdua sama-sama saling menatap dengan penuh tanda tanya.
Ya Tuhan!!! What happen with her?
***
Vika POVAku mendengar suara samar-samar didekatku. Tak jelas. Ah... Apa aku ini sedang tidur? Aku mengerjapkan mataku sebentar. Kepalaku pusing sekali rasanya. Namun aku berusaha untuk tetap membuka mata. Aku melihat ruangan yang serba putih sekarang. Oh iya... Aku baru ingat... Aku di rumah sakit. Pasti Alan yang membawaku ke sini. Dia kan selalu panik tiap aku pingsan.
Itu dia, aku melihat Alan sedang berjalan menuju keluar.
"Alan... Kamu mau kemana?", tanyaku dengan suara parau.
Alan segera berbalik memandangku. Dia menatapku agak lama. Entah kenapa dia memandangku dengan raut wajah keheranan.
"Alan... Sayang... Cepetan kesini...", ujarku lagi.
Kali ini aku melihatnya agak terkejut. Tetapi dia masih tetap berdiri mematung di sana. Aku memandangi Ibu. Ibu pun sama. Dia menatapku dengan wajah bingung. Kemudian aku tersenyum.
"Kalian kenapa sih? Baru aja ditinggal pingsan bentar, udah panik kayak gitu... Kayak baru pertama liat aja aku pingsan. Typus ku kambuh lagi pasti ya Bu?", tanyaku.
Ibu tak menjawab. Dia berjalan menuju ranjangku diikuti Alan.
"Lan... Sejak kapan kamu potong rambut? Nah... Gini kan malah tambah cakep? Keliatan dewasa... Hihihi", godaku sambil mengacak-acak rambutnya.
Namun tatapan mereka sama sekali tak berubah sejak tadi. Mereka seperti tidak senang melihatku bangun kembali.
"Kalian ini kenapa sih...? Nggak seneng ya ak---aduuuuh...", tiba-tiba rasa pusing itu kembali datang lagi menyerang kepalaku. Rasanya benar-benar menyakitkan sekali.
Alan dan Ibu terlihat panik. Alan memencet bel untuk memanggil perawat. Sementara Ibu menenangkanku sambil mengusap-usap keningku dan membaringkanku kembali. Aku menurut sambil terus merintih kesakitan. Namun rasa sakit dikepalaku semakin bertambah parah. Aku mengerang menahannya, kemudian semuanya berubah gelap.
***
Bagas POV"Bapak, Ibu, kami mohon untuk keluar sebentar...", kata perawat. Aku menurut. Kutuntun tangan Ibu dan kami berjalan keluar meninggalkan Vika yang sedang meronta kesakitan.
Ya Tuhan... Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Kenapa tadi dia bersikap seperti itu? Kenapa dia memanggilku Alan? Dan kenapa dia mengira bahwa saat ini dia dirawat karena typus? Seperti kejadian yang dia alami beberapa tahun yang lalu...
(Flashback)
Aku berjalan tergesa-gesa menuju klinik tempat Vika bekerja. Hari ini aku menjemputnya agak telat. Ku harap semoga dia tidak marah padaku. Dari kejauhan sudah kulihat sosoknya yang sedang berdiri mematung di pintu masuk klinik dengan bibir yang cemberut. Aku tersenyum menghampirinya.
"Maaf Sayang... Jalanan macet parah... Udah lama ya?", kataku sambil mengacak-acak rambutnya. Dia semakin cemberut, lucu dan menggemaskan sekali. Ku peluk dia.
"Yaudah sebagai permintaan maafku, hari ini aku bolos ngantor... Aku mau nganterin kamu kemana aja kamu mau...", rayuku sambil memainkan ujung hidungnya. Raut wajahnya berubah kegirangan. Kemudian dia memelukku erat. Aku tersenyum lega. Dasar gadis nakal, batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong [jangan] Ceraikan Aku
RomanceKisah perjalanan seorang wanita di tengah segala pahit dan getirnya cobaan hidup. Vika, perempuan muda yang menemukan cinta sejatinya pada Abi, sosok laki-laki idamannya selama ini. Mencintainya berarti dia siap dengan segala pengorbanan. Menghadapi...