Bima POV
Bima menggertakan gigi sepanjang Nana menyampaikan pidatonya.
"Itu anak mau jadiin sekolah kita peternakan kambing?"Bisik anak yang duduk di depan Bima sambil cekikikan.
Bodoh, gerutunya makin jengkel.
Bima ingin lompat ke atas panggung menarik turun Nana yang berdiri gemetaran tapi ia sendiri sibuk terpana
Nana jauh lebih ceroboh dan aneh dari yang ia pikir.
Setelah pidato, ada permainan penyegaran di tengah pertemuan OSIS, permainan lingkaran besar dan lingkaran kecil. Semua anak di minta berkelompok membentuk lingkaran secepat mungkin sesuai jumlah yang di sebut pembina OSIS.
Dari jauh Bima bisa melihat Nana berdiri linglung. Ia masih shock dengan pidatonya sendiri. Bima menggertakan gigi makin keras. Tanpa sadar ia berlari, menggandeng Nana, membantunya tetap masuk dalam kelompok lingkaran selama permainan. Karena kalau Nana tidak dapat kelompok lingkaran, Nana akan dianggap kalah lalu di hukum.
Bima tidak bisa membayangkan Nana dihukum nyanyi di panggung dalam kondisi masih gemetaran setelah pidato gagalnya barusan.
"Tanganmu basah." Protes Bima. Tangan Nana yang di gandeng Bima basah berkeringat dingin.
Nana tidak menanggapi. Pikirannya melayang kemana-mana.
"Kenapa kambing sih?" Gerutunya untuk menarik perhatian Nana. Di saat yang sama anak laki-laki di depannya mengeluarkan suara mengembeek.
Mendengar itu, muka Nana seperti di sambar geledek. Nana meringis. Ia menggigit bibir atasnya dengan muka seperti bayi mau nangis.
Ekspresi Nana makin tidak karuan.
Tapi lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Pujaan Hujan (Completed)
Teen FictionSejak pertama kali bertemu dengan Anna, Bima sudah bertekad membencinya. Anak perempuan mungil, polos, aneh, pendiam, berwajah seperti boneka yang selalu tersenyum dan tidak pernah marah. Tapi bagaimana bila takdir selalu mempertemukan mereka selama...