Day 10

2.3K 368 7
                                    

Rasa penyesalan bercampur-campur di kepala Bima. Bentuknya bermacam-macam dalam kadar yang berbeda-beda. Bima menyesal, kemarin pagi tidak menyadari kalau Nana sakit. Bima tau Nana kurang tidur tapi tidak sadar kondisi kesehatannya. Saat jam pelajaran kedua kemarin, Nana masuk UKS. Badannya demam. Bukan demam tinggi, tapi Bima tetap menyesal karena Bima biasanya selalu jadi yang pertama tau.

Bima lebih menyesal tidak melayangkan pukulan telak di wajah Gibran saat ia dan Gibran tanpa sengaja bertemu di UKS di jam istirahat pertama.

Bima menyesal tidak bicara cukup kasar memastikan Gibran menarik kembali perjanjiannya di hadapannya dan Nana.

Bima menyesal, kenapa Ayahnya tiba-tiba datang ke sekolahnya hari itu juga. Meminta Bima untuk pulang lebih awal.

Bima menyesali ibunya tidak memberi cukup banyak waktu untuk berpikir dan memaafkan.

Ibunya mati dan tidak akan kembali.

Bima menyesal terlanjur menatap wajah ibunya di saat terakhir. Putih, dingin, kaku dibalut kain putih.

Sekarang, ingatan Bima tercampur-campur. Saat ibunya tertawa ketika Bima masih kecil, mayatnya, saat ibunya menangis, suara ibunya saat meminta maaf, suara deringan telepon yang tidak pernah di angkat, warna kulit mayat yang pucat, wajah ibunya saat Bima bergegas lari keluar dari ruang rawat. Wajah ibunya yang sudah menjadi mayat. Mungkin malah lebih banyak ingatan tentang mayat ibunya sekarang. Terlalu segar dalam otak.

Benar kata almarhum kakeknya. Dulu Bima selalu dilarang datang melayat siapapun. Kata kakeknya, lebih baik hanya melihat orang itu saat masih hidup. Jangan melihatnya lagi saat ia sudah mati. Supaya hanya saat-saat orang itu hidup yang ada di ingatan bukan saat ia sudah menjadi mayat.

Kenapa ibunya memilih saat ini untuk pergi selamanya? Membuat Bima di hantui penyesalan dan rasa bersalah.

Mendengar orang-orang di pemakaman membicarakan ibunya yang putus asa, pesimis dengan penyakitnya dan kelihatan banyak pikiran sampai kondisi kesehatannya terus menurun setahun belakangan ini.

Lagi-lagi rasa bersalah.

Betapa hebatnya rasa bersalah sampai Bima belajar memahami sesuatu yang tadinya ia pikir mustahil untuk di pahami.

Angin Pujaan Hujan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang