Oktober 2006

2.3K 399 5
                                    

Hari ini dikelasku diadakan voting. Anak paling cerewet, paling nakal, paling lucu, paling pendiam dan paling-paling yang lain.
Aku 'menang' voting anak paling pendiam sekelas. Padahal aku nggak merasa seamat pendiam itu.  Makanya waktu pulang sekolah aku tanya Bima di dalam bus.

"Menurut Bima, aku pendiam?" Tanyaku.

"Nggak."

Hm, mungkin satu-satunya orang yang tau betapa cerewetnya aku sedunia cuma Bima.

Tiba-tiba HP Bima berbunyi. Bima mengambil HPnya dari dalam tasnya. Ia melihat layarnya sekilas kemudian memasukannya lagi ke dalam tas tanpa di angkat. Kuperhatikan Bima sering begitu, ia hampir tidak pernah mengangkat telepon. Aku tidak tau siapa yang telepon tapi muka Bima pasti tambah kecut begitu melihat nomer yang terpampang di layar HP.

Bima hendak menutup tasnya, saat itulah sesuatu jatuh dari dalam tas Bima. Itu bungkus rokok. Aku dan Bima sama-sama melotot melihat barang itu menggelinding keluar. Sebelum aku bereaksi, dengan cepat Bima sudah mengambil bungkus rokok itu lalu ia masukan kembali ke tas.

Aku tengok kanan kiri panik takut ada yang lihat. Untungnya semua orang dalam bus sedang sibuk sendiri-sendiri. Kalau ada yang lihat, bisa-bisa kasus ini sampai ke kuping kepala sekolahku.

"Itu, bukan punyamu kan bim?" Gumamku tak percaya.

"Biasa aja kenapa?" Potong Bima galak. Bima memelototiku. Aku mengkeret takut. Bima ngerokok? Masa' iya? Aku enggak bisa percaya.

Bima tidak kelihatan seperti perokok. Biasanya yang kulihat merokok itu anak seumuranku yang punya wajah berandal, dekil, kotor. Sementara Bima, bersih, ganteng, pintar, terpelajar.

Kata ibuku, orang yang ngerokok punya bau yang khas. Bau terbakar begitulah. Jadi cara gampang untuk tau orang itu ngerokok atau tidak itu dari bau tembakau yang nempel di badannya.

Aku menarik ujung lengan kemeja Bima. Mendekatkan hidungku ke wajahnya. Samar-samar aku mencium bau shamphoo, permen dan tembakau dari Bima. Begitu aku memundurkan wajah, Bima sudah pasang kuda-kuda taekwondo. Ia meringis ngeri dengan wajah merah padam menatapku.

Aku menepuk-nepuk pundaknya. Tidak tau harus bilang apa.

Angin Pujaan Hujan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang