Agustus 2006

2.5K 429 12
                                    


Akhir-akhir ini Sarah banyak tanya tentang Bima. Semenjak Bima menitipkan surat ijin sakitku padanya. Ia penasaran kenapa Bima bisa membawa surat ijinku padahal aku dan Bima kan bukan tetangga. Aku sudah menjelaskan ke Sarah berkali-kali tapi dia tidak percaya. Malahan Sarah marah karena ia kira aku menutup-nutupi sesuatu. Sarah sampai kecewa segitunya. Kata Sarah sebagai teman baikku, aku harus cerita segalanya ke dia.

Mungkin karena bosan aku nggak juga cerita (padahal karena memang nggak ada yang perluh diceritakan) Sarah akhirnya menyimpulkan sendiri, katanya aku dan Bima daridulu diam-diam pacaran. Kok bisa ya dia menyimpulkan begitu? Pacaran rasanya masih jauh sekali. Aku kan masih kelas 3 SMP.

"Banyak kok temen-temen kita yang pacaran." Kata Sarah ngotot.

Aku menggeleng putus asa. Ya ampun, hanya gara-gara surat ijin aku di tuduh pacaran.

Bukan cuma Sarah yang pernah menuduhku. Ingat kejadian hasduk? Waktu masih heboh, orang-orang sering tanya-tanya penasaran. Juga karena aku sering 'ngobrol' dengan Bima (lebih tepatnya aku 'pidato' soalnya kalau ngobrol kan berarti dua arah padahal Bima biasanya jarang menanggapi).

Aku yakin kalau aku 'ngobrol' dengan anak laki-laki yang lain pasti reaksi orang lain enggak akan seheboh ini. Tapi ini Bima. Bima punya wajah yang bisa buat anak perempuan nahan nafas kagum. Yang mampu membuat anak perempuan bengong hanya gara-gara Bima berjalan didepan mereka. Kebanyakan anak perempuan jadi serba salah. Hampir semua anak perempuan disekolahku, sudah biasa menghadapi Bima yang malah menghindar saat sedang di ajak bicara, tapi sekalinya Bima menanggapi, kebanyakan dari mereka langsung salah tingkah setengah mati. Nah, membingungkan kan?

"Bukannya kalian berdua emang deket? Bukannya satu-satunya anak cowok yang kamu ajak ngobrol cuma Bima? Satu-satunya anak perempuan yang Bima ajak bicara juga cuma kamu? Banyak anak perempuan iri tau! Lagian kenapa harus disembunyin? Bisa pacaran sama orang seganteng Bima bukannya harusnya bangga?"

"Tapi aku beneran nggak pacaran sama Bima" Jawabku sambil garuk-garuk kepala bingung. Untung kebetulan Bima lewat di depan kelasku. Aku buru-buru memanggil Bima mendekat. Mood Bima sepertinya sedang bagus. Mungkin karena pagi ini hujan. Bima kan suka hujan. Ekspresi wajahnya santai. Biasanya tampang Bima kan kelihatan kayak hidupnya susah melulu.

Waktu Bima berdiri disebelahku, aku bilang ke Sarah, "Bima itu temanku."

Bima mengangkat alis, sementara Sarah melirik Bima salah tingkah.

"Teman, bukan p..pacar." Lanjutku tergagap. Bagaimana mau pacaran? Menyebut kata pacaran saja aku gagap.

"O..ooh? B..begitu ya?" Kata Sarah ikut gagap begitu matanya bertatapan dengan Bima. Dulu Sarah pernah bilang Bima punya aura dan wajah yang bisa bikin kebanyakan orang gugup. Kulihat dari ekspresi wajahnya, kelihatan sekali Sarah akhirnya mau tidak mau terpaksa percaya. Aku nyengir lega disaat yang sama tatapan mata Bima teralih padaku. Dan...sekarang Bima cemberut.


Angin Pujaan Hujan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang