pertengahan 96 eyangkung sudah memasuki masa pensiunnya, jadi Eyangkung dan Bu'e beserta keempat anaknya (mamah 5 bersodara,dia nomor 3) pindah dan tidak lagi memiliki hak untuk menempati rumah dinas camat itu.
meski sebagian anaknya sudah bekerja tetapi eyangkung melanjutkan karir sebagai DPRD klaten ( Mungkin ia DPRD terjujur,mungkin)Gua yang waktu itu berumur 2 tahun memang masih pelo(cadel) tapi crewetnya nggak ketulungan, karna apa pun gua tanyain sebab akibatnya hingga suatu sore
"Buk lagi masak apa?" tanyaku padaku Bu'e. namun belum sempat ia menjawab
"itu NENEK !Bukan Bu'e" suara itu berasal dari kamar belakang,kamarnya Mbak Tutik (anak bungsu)
"lha kenapa nenek mbak" tanya gua sambil menuju ke kamarnya
"yang manggil nenek ibuk itu cuma pakde,om sama mbak Tutik. dek Oxa manggilnya nenek" terangnya padaku sambil membaca kamus
"nggak ah aku anake Bu'e juga kok"
"ngeyel ya? kamu itu punya ibuk sendiri namanya mamah"
"terus, kok mamah nggak ada?"
"kan lagi kerja,nyari uang buat kamu"
"pokoknya aku anake Bu'e !" mulai mewek
"terserah..."
"hua ... hua .. hua Mbak Tutik nakal !" gua berlari kearah dapur menghampiri Bu'e namun belum sempat sampai
"Tik ! adine mbok kapake!?(tik ! adiknya kamu apain!?)" teriak Bu'e setelah berhenti mengiris boncis
"cup cup cup le(nak), udah yang nangis, nanti matanya sakit loh"
"huk huk huk... katane Mbak Tutik huk.. aku bukan anake huk... Bu'e..." gua mencoba menjelaskan sambil sesunggukan
"iya le, kamu punya ibu sendiri namanya mamah, mamahmu lagi kerja nyari uang buat kamu, kalo kamu nggak nakal mamahmu cepet pulang" gua hanya mengangguk dalam pelukannya
gua memang tak pernah tau siapa ibu gua karna Bu'e lah yang merawatku layaknya anak sendiri
mengajariku,mendongeng,memandikanku dan semuanya
entah dengan apa gua membalasnya meski memang bukan ia yang melahirkankuGREKK !
suara pintu garasi samping terbuka dan masuklah sebua mobil Kijing.
Ceklek ! Brrraakk !
pintu mobil itu terbuka dengan halus tapi nutupnya pake emosi
"eneng opo iki ! cah cilik gur do di tetangis !( ada apa ini,anak kecil cuman di buat nangis)"
kemarahan itu membuat seisi rumah senyap"TUTIK TUTIK TUTIK !" bayangin aja itu suara beo
wuuuuuing brak !
kamus mbak Tutik terbang menabrak kandang beo dan sukses membuat beo itu stres
"Oxa,mbok kapakke tik? (oxa,kamu apain tik)" tetap dengan teriakan
"nggak kok,Oxanya aja yang cengeng" Mbak Tutik coba ngeles
"Buk,Oxa anterin jajan" masih dengan tatapan tajam ke arah kamar mbak tutikkemudian jajanlah gua sama Bu'e ke warung Mbah Darso
gua milih es lilin isi pakel. sebenernya kalo ketauan makan es lilin pasti Eyangkung marah, ya marah tapi bukan ke gua ke yang lain tentunya karna gua cucu pertama dan kesayangan
setelah es gua abis barulah Bu'e ngajak pulang karna takut kena semprot kalo gua ketauan makan es
"buk, mama itu dimana ta?" pertanyaan itu terlontar dalam perjalanan pulang
"mamahmu kerja di jakarta, nyari uang buat kamu"
"terus kapan pulang?"
"besok lebaran pulang"
"naik apa?"
"kereta, besok jemput ya sama Pakde Pur(anak pertama)"
"he,em tapi gendong !"
gua pulang di gendong Bu'e dan betapa sabarnya beliau--------
pagi hari gua uda di stasiun sama pakde Pur. waktu itu puasa dan entah hari ke berapa
Senja Utama dateng,kereta yang membawa mamah dateng
"Itu mamahmu Xa" sambil menunjuk kearah wanita berkulit coklat,berambut sebahu dengan tinggi 158 an
wanita itu menghampiri kami
"Oxa udah gede ya?"
gua nggak ngejawab, malah sembunyi di balik pakde
tiba tiba dia langsung menggendongku dan pecahlah tangisku
"dek Oxa mau Bu'e bukan mamah !"
tak ada yang namanya kontak batin dengan wanita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Seorang Psycho Mulai Menulis
NonfiksiPENTING! Beberapa hal yang Readers perlu ketahui 1. Ini bukan murni cerita saya, saya hanya menshare cerita ini dari kaskus yang menurut saya cukup menarik. 2. Saya semata-mata hanya ingin membagi cerita menarik ini ke wattpad supaya banyak readers...