Without You by Air Supply
No, I can't forget this evening
Or your face as you were leaving
But I guess that's just the way the story goes
You always smile but in you eyes your sorrow shows
Yes, it showsNo I can't forget tomorrow
When I think of all my sorrow
When I had you there but then I let you go
And now its only fair that I should let you know
What you should knowI can't live if living is without you
I can't give, I can't give anymore
Can't live if living is without you
Can't give, I can't give anymoreNo, I can't forget this evening
Or your face as you were leaving
But I guess that's just the way the story goes
You always smile but in you eyes your sorrow shows
Yes, it showsgua langsung lari keluar, nggak mikir apa pun. Gua nggak mau nerima kenyataan ini. Gua pengen Anggi cuma Anggi. Nggak ada yang lain, apa pun itu dan siapa pun itu. Gua terus lari sampe keluar rumah sakit terus lari ke arah utara sampe tiba di Ring Road Utara Jogja. Letih gua tak sepadan dengan ini semua. Pikiran gua mulai menghampiri kenangan gua sama Anggi, mengajaknya berdansa di benak gua. Senyum itu, ekspresi itu, wajah itu, semua tergambar jelas, tak ada satu noda pun noda yang mengotorinya. Gua sadar, gua berjalan menyusuri Ring Road Utara dan uda nyampe di depan JIH (Jogja International Hospital). Air mata ini nggak bisa gua tahan, ia ngalir dengan sendirinya. Nggak seperti biasanya yang selalu nurut ama kehendak gua. Rumah,kamar, gitar dari Anggi. Itu satu satunya keinginan gua saat itu. Gua terus berjalan sampe jalan Jogja-Solo kemudian gua susuri.
------
04.30 an gua nyampe dirumah. Gua gedor gedor pintu. Mama nyambut gua seolah tau apa terjadi sama hidup gua. Mama cuman diem, nggak ada sepatah katapun yang keluar. Gua masuk kamar, gua kunci dari dalem. Gua peluk gitar dari Anggi, tapi jemari gua bergerak dengan sendirinya. Senar penghubung dunia dan surga gua petik tanpa ada duet antara gitar dan mulut gua. Lagu lagu favorit kami dulu.
Sampe gua pengen banget nyanyi Without You nya Air Supply. Gua teriak teriak di kamar.Dok dok dok !
Papa :"mandi dulu kak, Try Out terus nanti kasih salam perpisahan yang terakhir buat Anggi" Papa ngomong gitu dengan nada kalem khasnya
gua :"Anggi belum mati ! Ini lagi di sini dengerin Kakak gitaran"
gua palingkan wajah gua ke kiri kemudian
gua :"lagu apalagi Shine?"
Anggi nggak ngejawab, cuman nunjuk ponsel gua yang berbunyi karena Alarm
06.15, gua lempar ponsel gua ke kasur dan mengulang lagi lagu itu dengan air mata gua yang terus bercucuran.ya, waktu itu gua ngurung diri di kamar tanpa menghadiri pemakaman Anggi. Karna gua nggak percaya kalo Anggi uda nggak ada.
terdengar In The End nya LP, gua liat jam uda 11.47
incoming call Fredygua :"...."
Fredy :"Xa, yang kuat ya? Kamu nggak dateng ke pemakaman Anggi?"
gua :"Anggi nggak mati !"
langsung gua lempar ponsel gua ke dinding dan menjadi beberapa bagian. Gua ambil sebungkus Marlboro merah dari laci meja komputer yang ada di depan gua. Berharap asap ini membuat gua lebih baik. Tapi nggak sama sekali, yang ada hanya kenangan waktu kami beli jis Jambu, gua di cuekin Anggi pas jalan cuman gara gara Anggi pengen baca komik One Piece yang baru di belinya, waktu kami main PS dan taruhan yang kalah masakin buat yang menang dan akhirnya kami malah masak bersama, semuanya. Semuanya muncul tanpa bisa gua pilah, gua kontrol. Pikiran gua melayang layang dan ada suara "bermimpilah"
Langsung gua tarik laci meja komputer gua, gua nyari nyari CTM. Dan ketemu beberapa kaplet. Gua ambil 5 biji dan langsung gua telen tanpa air. Nggak lama mata gua kerasa berat dan semua gelap. Terpejam tanpa sebuah mimpi pun sampe akhirnya gua kebangun karna perut gua benar benar perih. Mata yang masih kerasa berat gua coba buka. tangan gua menggapai Casing komputer tapi pala gua pening sepening peningnya. Karna nggak tahan ama peningnya, gua benturin jidat gua ke meja dan kerasa agak mendingan. Tombol power uda bisa gua liat jelas, segera gua tekan dan nggak lama tampilan desktop Windows XP muncul. Mata gua mencari cari angka yang berada di sudut kanan bawah, 14.56. Nggak pake mikir gua langsung buka kalender di komputer gua 18 Februari. Mulai membangkitkan ingatan gua meski .otak susah di ajak kompromi. Dua hari atau sekitar 40 an jam gua tidur. Berarti ini uda hari ketiga sejak Anggi nggak ada. Gua mulai nangis lagi dengan perut kerasa perih.
# Tuhan, gua bukan orang yang beriman, tapi kenapa kau berikan cobaan yang seberat ini?
-----
gua buka kunci pintu kamar gua, lapar....
kaki gua menuntun gua ke kulkas, di pintu kulkas ada sebuah kertas note"kak, Mama mau melahirkan, doain Mama mu ya? Ada uang di atas TV. Kamu kuat kak"
Papa.
gua ambil sepotong roti pisang keju dari kulkas kemudian balik masuk kamar sambil makan roti tadi.
Sepertinya gitar dari Anggi uda nunggu gua. kembali gua mainin lagunya Air Supply - Without You. Gua uda nggak mikirin apa apa lagi

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Seorang Psycho Mulai Menulis
SaggisticaPENTING! Beberapa hal yang Readers perlu ketahui 1. Ini bukan murni cerita saya, saya hanya menshare cerita ini dari kaskus yang menurut saya cukup menarik. 2. Saya semata-mata hanya ingin membagi cerita menarik ini ke wattpad supaya banyak readers...