part 26

1.5K 132 5
                                    

AAkkhhhhh..” teriak gadis itu.

“Haeni~a” teriak Donghae ketika melihat Haeni terjatuh dan segera menghampiri gadis itu.

“Gwaenchana?” tanya Donghae kemudian, tapi gadis itu yang di tanya masih terdiam.

“Ania” ujar Haeni

“Ne?” tanya Donghae tak mengerti. Apa maksud gadis ini pikirnya.

“AAkkhhhhh..” teriak seorang gadis kecil.

“Heani-a gwenchana? Bukan kah sudah ku katakana jika kau harus berhati-hati.” Ujar bocah laki-laki.

“Hahahaha…” keduanya tertawa bersama.

“Ania” seru Haeni.

“Haeni~a wae gaeurae?” tanya Donghae khawatir. “Ya Kim haeni” panngil Donghae lagi.

Ingatan itu! batin Haeni. Kenapa dia muncula lagi. Gadis itu memandang Donghae tak percaya dengan mata berkaca. Kilasan-kilasan tentang masa lalu terus terlintas di ingatannya bagaikan film yang terus berputar. Seorang gadis kecil dengan anak laki-laki yang dia tau itu adalah Lee donghae. Pria yang berada tepat di hadapannya. Dan gadis kecil itu adalah dirinya. Ya gadis itu ingat sekarang. Gadis itu ingat tentang masa kecilnya. Lee dong hae Kim haeni. Batinnya. Air mata pun mengalir dari matanya,yang membuat Donghae khawatir melihatnya.

“Wae gaeurae? Kenapa kau menangis? Haeni~a” panggil Donghae. Haeni yang tak bisa terus menahan tangisnya pun menangis tersedu-sedu.

“Ya! kau kenapa? Haeni~a” tanya Donghae lagi. Serta menarik gadis itu kedalam pelukannya.

“Oppa wae?” ujar Haeni. Donghae mengeryidkan dahinya tak mengerti arah pembicaraan gadis yang berada di pelukannya.

“Oppa wae? Kenapa kau meninggalkan aku waktu itu?” sambung Haeni sambil menepuk dada Donghae. Donghae terdiam mendengar pertanyaan Haeni. Apakah dia mengingatku? Batin Donghae.

“Wae oppa? Hiks.. kau jahat. Oppa hiks aku membencimu hiks” isak Haeni masih memukul kecil dada Donghae. Pria itu masih diam membiarkan Haeni tenang sebelum dia menjawab pertanyaan gadis itu.

“Aku membencimu oppa hiks..”

Setelah menangis untuk waktu yang lumayan lama, akhirnya gadis itu tenang dan duduk kembali di ayunan yang tadi di dudukinya. Keduanya memandang kosong kedepan memikirkan apa yang harus mereka katakana.

“Mian” ujar Donghae memecah keheningan. Haeni mengalihkan padangannya ke arah Donghae.“Maafkan aku karna meninggalkan mu waktu itu.” sambung pria itu. Haeni masih diam menunggu pria itu melanjutkan perkataannya.

“Aku hanya mengira jika saat itu tidak bertemu dengan mu sebelum kami pergi. Maka aku bisa pergi dengan tenang meninggalkanmu. Tapi ternyata tidak”

“Wae?” Haeni membuka suara.

“Ne?”

“Kenapa kau pergi?” tanya Haeni. Donghae terdiam cukup lama sebelum menjawab.

“Uri appa. Saat itu perusahaan appa mengalami kebangkrutan, dan memutuskan untuk pindah. Karena beberapa rentenir terus saja memengganggu kami. Karna hutan yang tidak uri appa pinjam.” Jelas Donghae, terselip rasa sedih dari nada bicaranya. Yang membuat Haeni menyesal bertanya.

“Mian”ungkap Haeni.

“Untuk?”

“Karna telah mengingatkan mu, kejadian itu?”

“Ania. Seharusnya aku yang meminta maaf padamu. Karna ku kau jadi sakit dan kehilangan ingatan mu” ujar Donghae merasa bersalah. Keduanya saling berpandangan dan tersnyum setelahnya.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang