Gedang melangkah memasuki ruang keluarga...
"Ma...Pa...."
Orang tuanya menoleh.
"Aku udah dengar semuanya. Ternyata emang ada yang kalian sembunyiin selama ini..."
"Nak..."
"Aku pengen kalian kasih tahu apa itu."
"Sekarang sudah malam, Dang..." kata Papa.
"Nggak apa-apa. Toh Gedang juga nggak bisa tidur..."
"Mimpi lagi?"
Gedang mengangguk.
Sang Mama menghela nafas berat.
"Ceritakan aja semuanya sama Gedang, Pa. Malam ini atau besok sama aja..."
"Baiklah..." kata Papa. "Sebenarnya Papa sama Mama bakal ceritain semuanya besok malam, Dang..."
"Iya, sebelum ulang ahun kamu yang ketujuh belas...." sambung Mama.
"Kenapa harus hari itu?"
"Karena hari itu adalah hari terakhir kami bisa menutupi rahasia ini dari kalian..."
"Ya udah. Ceritain aja. Oh, iya, apa yang lain perlu dibangunkan?" usul Gedang.
"Nggak usah," kata Mama.
"Baiklah. Apa yang selama ini kamu alami, semua berhubungan dengan rahasia yang selama hampir tujuh belas tahun ini kami simpan rapat-rapat dari siapapun, termasuk kamu dan saudara-saudaramu..."
***
Seorang wanita muda yang tengah hamil tua nampak sekuat tenaga dibantu bidan dan didampingi suaminya saat proses melahirkan.
"Terus Bu..., sedikit lagi, Bu..." kata sang Bidan memberi semangat.
Wanita muda yang bernama Evita itu kembali mengedan sambil menggenggam tangan suaminya kuat-kuat.
"Iya, iya..sedikit lagi. Kepalanya sudah hampir keluar..." kata sang Bidan.
"Ayo, Ma.... sedikit lagi..." sang suami—Agung---menambahkan.
Begitulah terus sampai akhirnya proses melahirkan berhasil dengan lancar. Kesakitan yang dialami Evita terbayar sudah setelah melihat wajah tampan bayi laki-laki yang memang sudah ia dan Agung idam-idamkan selama ini.
"Sekarang buah hati kita lengkap, Ma. Perempuan sama laki-laki..." kata Agung.
"Iya, Pa. Mama bahagia sekali. Kita punya anak yang cantik dan tampan..." jawab Evita sambil mengelus kepala bayinya yang masih tertidur pulas.
"Ma, nama adik bayinya siapa?" tanya si gadis kecil berambut sebahu yang duduk di pangkuan sang Ayah.
"Kak Betari belum dikasih tahu ya sama Papa nama adek bayinya?"
"Oh, iya, Papa lupa, Nak. Namanya Dim—"
"Namanya Gading."
Agung, Evita dan Betari serentak menoleh ke arah sumber suara. Seorang laki-laki asing dengan santai memasuki ruangan bersalin tempat mereka bertiga sekarang menginap untuk sementara. Perawakannya tinggi tegap dan ditilik dari wajahnya berusia sekitar dua puluh lima tahun keatas.
"Ma..maaf, Tuan ini siapa?" tanya Agung masih nampak kaget.
"Saya Satria."
"Seingat saya kita belum mengenal bukan?"
"Iya betul..." lelaki yang mengaku bernama Satria itu mendekati Evita. Sontak saja Evita melindungi bayinya dari pandangan lelaki asing itu.
"Lantas apa tujuan tuan datang kesini?" tanya Agung tetap bersikap sopan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BANGSAT
RandomGedang tak habis pikir kenapa orang tuanya sepertinya sangat menginginkan ia menyukai laki-laki, padahal ia sendiri adalah seorang laki-laki juga. Hal itu bukan perasaan Gedang saja. Kenyataannya orang tuanya lebih menyukai kalau dirinya membawa tem...