Gedang menanti tubuhnya menghantam lantai..., tapi tidak. tiba-tiba tubuhnya berhenti meluncur. Ia merasakan tubuhnya tertahan di udara. Secara pelan-pelan dan takut-takut Gedang membuka matanya. Tubuhnya mengambang di udara. Gedang tak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi. Seakan-akan ada benda tak kasat mata yang menopang tubuhnya. Belum habis keterkejutannya, tiba-tiba saja tubuhnya kembali bergerak ke bawah. Hanya saja sekarang meluncur dengan sangat pelan sampai ke bawah hingga kakinya menginjak lantai dengan selamat.
Gedang menghela napas lega ditengah shock yang masih menghantuinya. Ia mendongak ke atas. Ia melihat Roh Aria didalam tubuh Guntoro yang berdiri di balkon sama terkejut dengan dirinya. Hanya saja roh itu terkejut mengapa rencana yang dilancarkannya lagi-lagi gagal. Sedetik kemudian ia melihat tubuh Guntoro bergetar hebat. Wajahnya memerah. Lelaki itu naik ke atas balkon dan terjun ke bawah dengan mata melotot marah.
Gedang sesaat terpaku melihat aksi nekat Guntoro. Pun saat Guntoro melayang ke arahnya dengan kedua lengan terjulur ke depan, Gedang masih saja diam. Namun kemudian keanehan kembali terjadi. Saat sedikit lagi tangan Guntoro menyentuh leher Gedang, tiba-tiba saja tubuh lelaki yang dirasuki roh Aria itu terpental kembali ke atas dan menghantam sisi luar balkon.
Gedang menjerit tertahan. Tapi ternyata Guntoro seperti tak merasakan sakit sama sekali. Ia kembali meluncur menuju tempat Gedang berdiri. Tapi kali ini Gedang langsung mengambil langkah seribu. Ia bergegas menuju motornya. Sambil berlari ia merogoh kunci motor di saku celana putih abu-abunya dan menaiki motornya dengan tergesa-gesa.
Guntoro berhasil meraih pundak Gedang yang dengan gemetar sedang menyalakan mesin motornya. Ia tersentak sedikit ke belakang. Tapi lagi-lagi kali ini bantuan tak kasat mata melindungi Gedang. Tubuh Guntoro seperti didorong oleh kekuatan hebat menuju dinding pos jaga. Tubuh gempal itu menghantam tembok jaga sehingga terdengar bunyi BUG! yang kuat.
Gedang tak mensia-siakan kesempatan itu untuk segera menyelamatkan diri. Ia turun dari motor dan berlari membuka gerbang pagar. Setelah itu kembali menaiki motornya dan melarikan kendaraan sekencang-kencangnya...
***
Gedang menyesali kecerobohannya. Seharusnya ia tak boleh percaya begitu saja pada orang yang tak dikenal. Hampir saja nyawanya melayang. Tapi kejadian itu menerbitkan asa di hati Gedang. Setiap kali nyawanya terancam, selalu aja ada keajaiban yang terjadi. Begitu pun kali ini. Apakah keajaiban itu masih berasal dari Satria? Jika benar, berarti Satria masih peduli padanya. Memikirkan hal itu Gedang senang bukan kepalang.
Ia buru-buru memacu motornya menuju rumah Madam Rosetta. Ia berharap kali ini sang Madam akan menyambutnya dengan ramah. Toh ia menemui wanita itu bukan untuk berbicara yang tidak-tidak, tapi justru ingin meminta sang Madam menyampaikan terima kasihnya pada Gedang. Siapa tahu wanita itu berbaik hati sehingga membocorkan dimana keberadaan Satria.
Madam Rosetta tengah bermain dengan kucing-kucingnya yang sekarang jumlahnya semakin bertambah saat Gedang datang. Gedang kikuk dan bimbang melihat wanita itu tampak acuh tak acuh melihat kedatangannya.
"Uhmm, sebelumnya aku minta maaf kalau kedatanganku mengganggumu. Aku juga minta maaf soal waktu itu.... tapi kali ini aku tidak akan membuatmu naik pitam lagi..." kata Gedang.
Madam Rosetta masih acuh. Ia menggendong seekor kucing hitam gemuk yang nampak anteng saat duduk di pangkuan sang Madam.
"Sore ini seseorang menyerangku. Aku yakin itu roh Aria—"
"Dan kau menyangka itu perintah Satria begitu?" potong Madam Rosetta.
"Oh tidak, tidak!" bantah Gedang tegas. "Justru aku merasa Bang Satrialah yang sudah menolongku..."

KAMU SEDANG MEMBACA
BANGSAT
RandomGedang tak habis pikir kenapa orang tuanya sepertinya sangat menginginkan ia menyukai laki-laki, padahal ia sendiri adalah seorang laki-laki juga. Hal itu bukan perasaan Gedang saja. Kenyataannya orang tuanya lebih menyukai kalau dirinya membawa tem...