"Kanda...?!"
"KANDA...!!!" seru Satria seraya berlari cepat menghampiri tempat tidur.
Melihat kedatangan Satria, Aria Tebing menoleh dan langsung melesat keluar melalui jendela kamar yang terbuka.
"Kanda, tunggu!!!" tahan Satria. Tapi roh itu sudah menghilang di kegelapan malam.
Satria buru-buru menghampiri Gedang.
"Gedang...?" ia langsung memeriksa keadaan Gedang. Anehnya tak ada bekas cekikan sama sekali di leher anak itu. Satria mendekatkan telunjuknya ke lubang hidung Gedang. Ia masih merasakan nafas Gedang yang hangat.
Rupanya teriakan Satria tadi terdengar oleh kedua orang tua Gedang. Mereka pun langsung menuju kamar Gedang.
"Ada apa???" tanya Agung.
"Kanda Aria datang..."
"APA?" Evita sedikit histeris. "Ya Tuhan. Lantas bagaimana? Apa Gedang baik-baik saja?" ia berjalan menghampiri Gedang yang masih berbaring di ranjang.
"Dia baik-baik saja."
"Ternyata meskipun ada kamu dia tetap nekat ingin menyakiti Gedang," kata Agung pada Satria.
"Maafkan aku. Tadi aku sempat meninggalkan Gedang. Aku cari angin di luar..."
"Ya Tuhan, ini semakin mengerikan. Untung Gedang nggak kenapa-kenapa."
"Kalian tenang saja. Kemunculan dia tadi justru meninggalkan hal yang sangat penting."
"Maksudnya?"
"Saat aku masuk, Kanda Aria sedang mencekik Gedang. Tapi setelah aku cek, tidak ada bekas cekikan atau kekerasan apapun di leher Gedang."
"Bisa saja terjadi luka dalam," Agung buru-buru memeriksa Gedang.
"Aku rasa tidak," kata Satria.
Gedang terbangun setelah mendengar percakapan samar-samar antara kedua orang tuanya dengan Satria.
"Ma, Pa, ada apa?"
"Gedang? Kamu nggak apa-apa, nak?"
"Nggak apa-apa. Emang ada apa?"
"Kamu ngerasa sakit atau apa?" tanya Gedang.
Gedang menggeleng.
"Sesak nafas?"
"Nggak. Ada apa sih???" Gedang Gusar.
Satria dan kedua orang tua Gedang berpandangan.
"Heyyy!!! Ada apa sih???" Gedang mulai kesal.
"Ini kemajuan yang bagus. Sekarang kita tahu bahwa Kanda Aria tidak bisa menyentuh Gedang sendirian. Ia harus menggunakan perantara atau menggunakan tubuh orang lain untuk menyentuh Gedang," terang Satria.
"Maksudnya?" tanya Evita belum mengerti.
"Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, tadi Kanda Aria mencoba menyekik Gedang. Tapi ternyata tidak berhasil. Gedang tidak merasakan apa-apa..."
"Apa mungkin begitu?" tanya Agung.
"Kemungkinannya begitu. Buktinya Gedang tidak merasakan apa-apa...?"
"Bisa saja karena ia sedang tertidur sehingga tidak merasa sakit."
"Bagaimana dengan bekas cekikannya? Juga tidak ada kan?"
Evita menghela nafas.
"Jadi roh itu tidak akan bisa mengganggu Gedang tanpa merasuki orang terlebih dahulu begitu?" tanya Agung memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANGSAT
DiversosGedang tak habis pikir kenapa orang tuanya sepertinya sangat menginginkan ia menyukai laki-laki, padahal ia sendiri adalah seorang laki-laki juga. Hal itu bukan perasaan Gedang saja. Kenyataannya orang tuanya lebih menyukai kalau dirinya membawa tem...