I

57K 1.2K 206
                                    

"Tidak. Maafkan adinda. Adinda tidak bisa hidup dengan Kakanda. Kakanda yang sudah menghancurkan hidup dinda. Memisahkan dinda dengan keluarga yang sangat dinda sayangi..." desis sang Putri.

Lelaki yang berada di hadapannya hanya mematung. Remang malam yang mulai melingkupi alam membuat wajahnya tersamarkan. Sementara angin dingin perlahan berhembus meniup dedaunan.

"Maafkan Kakang, Dinda... ini juga bukan kemauanku..." timpal sang lelaki dengan suara berat dan sedikit parau.

"Aku mencintaimu. Tapi aku tak bisa hidup denganmu. Demi ayahanda..., Ibunda... dan kakak-kakaku.... mana mungkin aku bisa hidup bahagia bersamamu..."

Lelaki itu lagi-lagi terdiam.

"Mungkin aku dan Kakang tidak berjodoh saat ini. Dinda cuma bisa berharap di kehidupan berikutnya kita berdua akan bertemu dalam keadaan yang baik dan bisa hidup bersama..." ucap sang Putri seiring dengan menetesnya butiran air mata dari sepasang mata indahnya...

***

Gedang membuka matanya perlahan. Ia merasakan pipinya basah. Ia menyentuh pipinya. Pipinya basah karena air matanya sendiri. Untuk kesekian kalinya, ia menangis dalam tidur.

Gedang mengusap pipinya dan mengubah posisi berbaringnya menjadi terlentang. Matanya terpaku menatap langit-langit kamar. Mimpi itu lagi. Entah sudah berapa kali ia memimpikan tentang wanita itu. Wanita yang berbicara dengan seorang lelaki yang tidak pernah bisa ia lihat wajahnya dalam tidurnya. Dalam mimpinya sang wanita muda yang cantik yang menurut terkaan Gedang adalah seorang putri, selalu berwajah muram diliputi kesedihan yang dalam. Sang putri menangis sambil menatap wajah sang lelaki dengan perasaan yang bagi siapapun yang melihatnya akan ikut merasa tersiksa. Dan ajaibnya, ketika terbangun, pipi Gedang juga sudah basah sama air matanya. Dengan kata lain, ia juga ikutan menangis bersama sang putri.

Siapa sih tuh orang? Desis Gedang dalam hati. Biasanya kalo sudah mendapat mimpi itu, suasana hatinya pun ikut terpengaruhi. Ia akan merasa sedih, galau dan sakit yang tak bisa dijelaskan. Sakit yang ia sendiri tak tahu apa penyebabnya. Jika sudah demikian, Gedang tidak akan mampu melanjutkan tidurnya lagi. Ia Cuma berbaring di kasur, berganti-ganti posisi berbaring, berharap ada satu posisi yang bisa membuatnya nyaman dan bisa kembali terlelap.

Nyatanya, sampai malam berganti pagi, matanya tetap terjaga. Sinar fajar merambat datang dan seisi rumah satu persatu mulai bangun dari tidurnya, hanya Gedang yang menyambut pagi ini dengan malas. Semua itu gara-gara mimpi sialan itu!

"Dang.....?! Gedaanggg.....!!! Bangunnnnn...!!!" terdengar teriakan sang mama dari depan pintu kamar diserta ketukan keras.

Udah dari jam dua pagi tadi kali, gumam Gedang. "Udah bangun....!"

"Kalo udah bangun, buruan mandi! Jangan ngulet di kamar...! Ntar telat!"

Gedang bangkit dari tempat tidur dengan malas. Ia merasa matanya berat dan sedikit pedas efek kurang tidur. Tapi karena ia masih sekolah dan orang tuanya pasti tidak akan mengizinkannya untuk tidak sekolah hanya karena kurang tidur diakibatkan efek mimpi sialan semalam, mau tak mau ia pergi ke kamar mandi dengan langkah malas. Ia Cuma bisa berharap guyuran air bisa menyegarkan tubuh dan pikirannya.

Selesai mengenakan seragam sekolahnya, ia berjalan menuju ruang makan untuk sarapan bersama. Di rumah ini, adalah suatu kewajiban untuk sarapan dan makan malam bersama. Jadi jika tidak ada alasan yang super akurat atau kepentingan yang super penting, tidak boleh absen dari sarapan dan makan malam bersama. Karena kata Papa, saat pagi masing-masing seluruh anggota keluarga harus melihat kondisi masing-masing apakah baik-baik saja atau tidak dan menceritakan kegiatan atau rencana apa yang akan dilakukan 12 jam ke depan. Begitu pula malam harinya. Saat makan malam saatnya yang tepat untuk berbagi cerita setelah seharian berkutat dengan aktivitas masing-masing. Well, itu peraturan yang bagus. Setidaknya anggota keluarga tetap bisa saling komunikasi meskipun sibuk dengan kegiatan masing-masing.

BANGSATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang