Satria menatap Madam Rosetta lekat meminta penjelasan atas apa yang sudah dilihat dan didengarnya tadi.
"Gadis cantik itu cuma konsultasi. Sama seperti pasien yang lain," kata Madam Rosetta mencoba meyakinkan.
"Apa yang terjadi? Aku ingin tahu sedetil mungkin," tuntut Satria.
"Uhmm, ada sedikit masalah. Tapi tenang saja itu---"
"Aku mau tahu se-mua-nya."
Madam Rosetta menghela napas sembari menyusuri tepian cangkir teh di hadapannya dengan telunjuk.
"Aku yakin ada yang kamu sembunyikan."
"Maaf, aku tidak bisa membocorkan problem pasienku begitu sa---"
BRAK!
Madam Rosetta terlonjak ketika Satria menggebrak meja dengan muka datar seakan tanpa perasaan.
"Ambar merasa ada yang mengganggunya..." Madam Rosetta memulai ceritanya.
"Hantu bunga Cempaka?"
Madam Rosetta menyipitkan matanya.
"Maaf, aku tak sengaja mendengar pembicaraan kalian tadi. Lantas apakah hantu Cempaka itu benar-benar ada?"
"Aku rasa dia cuma berhalusinasi saja..."
"Benarkah begitu? Aku akan mendatangi Ambar untuk mengklarifikasi semua ucapanmu," beritahu Satria.
"Uhm....eeenggg..." Madam Rosetta gelagapan.
***
Gedang menyambangi rumah Satria. Sayang orang ia cari tak ada di rumah. Sialnya ia tak punya petunjuk apa pun di mana keberadaan Satria sekarang. Selama ini ia tak pernah perduli apa saja yang Satria lakukan dan kemana saja Satria pergi. Kontak pria itu juga tak pernah ia simpan. Dan seingatnya Satria tidak pernah menghubunginya melalui telepon. Mungkin papa ada nomor HP-nya, gumam Satria seraya mengeluarkan HP dari saku celana. Tapi ia mengurungkan niatnya itu karena ia tak ingin melibatkan orang tua dulu. Kalo ia memberitahu tentang ini ke papanya, ibunya pasti akan tahu juga. Dan memikirkan sang Mama yang histeris dan khawatiran kayak beberapa waktu yang lalu itu saja sudah cukup bikin Gedang senewen.
Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi Ambar saja. Ia akan menguak semua keganjilan ini ditemani oleh sang pacar. Ia merasa Ambar harus tahu yang sebenarnya supaya semua kekacauan ini segera berakhir. Ia tidak tahu sampai kapan bisa menyimpan rahasia konyol ini. Ia harap Ambar bisa mengerti dan tetap mau berada di sisinya.
Saat ia menelepon, panggilannya tak diangkat oleh Ambar. Gedang ingat kemarin Ambar bilang kalau selama dua hari ke depan, dimulai sejak hari ini, tidak ingin melakukan komunikasi dalam bentuk apapun dengannya. Gedang akhirnya mengirim pesan WA.
Sayang : Yang, kamu drmh kan? Aku jemput sekarang. Kita ke rumah Madam. Penting.
Beberapa detik kemudian langsung ada balasan.
Maboy : Ada apa?
Sayang : Nanti aku jelasin. Aku otw kesana.
Hanya butuh beberapa menit saja, Gedang sudah berada di depan pintu gerbang rumah Ambar. Saat mendengar deruman bunyi motor, Ambar langsung keluar.
"Ada apa sih? Aku kan udah bilang kita nggak boleh ketemu dulu..."
"Kita pergi sekarang ya...? Nanti di jalan aku kasih tahu."
Ambar melompat naik ke boncengan. Gedangpun membawa motornya melaju membelah keramaian.
"Ada apa? Aku penasaran nih..." tagih Ambar sambil menepuk bahu Gedang.

KAMU SEDANG MEMBACA
BANGSAT
LosoweGedang tak habis pikir kenapa orang tuanya sepertinya sangat menginginkan ia menyukai laki-laki, padahal ia sendiri adalah seorang laki-laki juga. Hal itu bukan perasaan Gedang saja. Kenyataannya orang tuanya lebih menyukai kalau dirinya membawa tem...